Informationa

Hier werden Nachrichten über den Salafismus veröffentlicht.
Was sind Salafisten?
Hier anschauen:
http://www.youtube.com/watch?v=l5HRdwsck10
(Alle Angaben ohne Gewähr)
Diese Seite richtet sich nicht gegen Muslime und den Islam.
Diese Seite soll über den Salafismus/Islamismus/Terrorismus informieren.
Es ist wichtig über Fanatiker aufzuklären, um den Frieden und die Freiheit zu sichern.
Wir wollen in Europa mit allen Menschen friedlich zusammen leben,
egal welche Herkunft, Nationalität und Religion.


::: DOKUS :::
(Achtung: Youtube ist überschwemmt mit Videos, die salafistischen/islamistischen Einfluss besitzen.
Deshalb: Schaut euch die Accounts genau an!)

1.
[DOKU] Wie Salafisten zum Terror verleiten - 2013
https://www.youtube.com/watch?v=uM2x-vgdrKM

2.
Pulverfass Deutschland - Doku über Probleme zwischen Salafisten und Rechtsradikalen
https://www.youtube.com/watch?v=H5nOuzXJOmY

3.
Salafisten, ein finsterer Verein (heute-show)
https://www.youtube.com/watch?v=Myq48smApKs

4.
Deutsche Salafisten drangsalieren weltliche Hilfsorganisationen in Syrien | REPORT MAINZ
https://www.youtube.com/watch?v=lCext-9pu9I

5.
DIE SALAFISTEN KOMMEN
https://www.youtube.com/watch?v=uWARKJSKOP4

6.
Best of 2013 Peter Scholl Latour EZP Salafisten wird durch Saudisches Geld verbreitet!!!
https://www.youtube.com/watch?v=FmV3Z6f1BQQ

7.
Frauen im Islam
https://www.youtube.com/watch?v=mb4G6tUbkD0


8.
Gülen Bewegung
http://de.wikipedia.org/wiki/Fethullah_G%C3%BClen#Deutschland
Gefahr für Deutschland - Gülen Bewegung versucht die Unterwanderung
http://www.youtube.com/watch?v=E9Q1jS7Rw9M

9.
Islamisten oder Demokraten - Die Islamische Milli Görüs / Millî Görüş / Milli Görüş
http://www.youtube.com/watch?v=EtWjumM5G88

10.
Die türkischen Graue Wölfe (Rechtsextremismus/Islamismus)
http://www.youtube.com/watch?v=_Z9LEc4qM1I

11.
Föderation der Türkisch-Demokratischen Idealistenvereine in Deutschland
(türkisch Almanya Demokratik Ülkücü Türk Dernekleri Federasyonu, ADÜTDF; kurz auch Türk Federasyon, dt. „Türkische Föderation“)
http://de.wikipedia.org/wiki/F%C3%B6deration_der_T%C3%BCrkisch-Demokratischen_Idealistenvereine_in_Deutschland



http://de.wikipedia.org/wiki/Salafismus
http://de.wikipedia.org/wiki/Islamismus
http://de.wikipedia.org/wiki/Mill%C3%AE_G%C3%B6r%C3%BC%C5%9F

http://boxvogel.blogspot.de

::: DOKUS ENDE :::


http://salafisten-salafismus.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafisten
http://islamismus-islamisten-salafisten.blogspot.com
http://islamisten-salafisten.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamismus
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://islamismus-salafismus.blogspot.com
http://islamismus2.wordpress.com
https://www.google.de/#q=islamismus
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://salafismus2.wordpress.com
https://www.google.de/#q=islamisten
https://www.google.de/#q=salafisten
http://salafisten2.wordpress.com
https://www.google.de/#q=islamismus
http://islamisten2.wordpress.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://salafisten.blogspot.de
https://www.google.de/#q=salafisten
http://salafistenfacebook.blogspot.de
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://salafisteninyoutube.blogspot.de
https://www.google.de/#q=islamisten
http://salafismus.blogspot.de
https://www.google.de/#q=salafismus
http://salafismusinfacebook.blogspot.de
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://salafismusinyoutube.blogspot.de
http://scharia-strafen.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafismus
https://www.google.de/#q=islamismus
http://quran-hoeren-karim-mp3-deutsch.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamismus
http://mohammed-islam-koran-quran.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafismus
https://www.google.de/#q=islamisten
http://islam-symbol-gebet-moschee.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamismus
http://islam-referat-entstehung-koran.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamisten
http://scharia-in-deutschland-islam-koran.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://scharia-steinigung-scharia-gesetze.blogspot.com
http://islamisten-islamismus.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://gebetszeiten-islam-akte-islam.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafismus
http://frauen-im-islam-koran-quran.blogspot.com
http://sehitlik-groesste-moschee-islam.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafismus
http://frauen-unter-der-scharia-politik.blogspot.com
http://koran-online-mp3-frauen-suren.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://was-bedeutet-salafismus.blogspot.com
http://quran-download-islamway-flash.blogspot.com
http://minarett-moschee-koeln.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://kaaba-blaue-moschee.blogspot.com
http://muenchen-moschee-gebetsruf-islam.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamisten
http://koran-auf-deutsch-hoeren-pdf.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://islamismus-islamisten.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamismus

Islam Koran Moschee

Benachrichtigung für 76j4725235b235b891248jv1@googlegroups.com - 25 Nachrichten in 25 Themen

Gruppe: http://groups.google.com/group/76j4725235b235b891248jv1/topics

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 19 10:46PM  

    6236 QuranVerses Facebook-Pinnwand
     
    6236 QuranVerses Facebook-Pinnwand
     
    O ihr, die ihr glaubt, sucht Hilfe in der Geduld und im Gebet; wahrlich Allah is...
    http://www.facebook.com/6236QuranVerse/posts/231200140390360
    Nov 19th 2013, 21:48
     
    O ihr, die ihr glaubt, sucht Hilfe in der Geduld und im Gebet; wahrlich Allah ist mit den Geduldigen. "Und nennt nicht diejenigen, die auf Allahs Weg getötet wurden, ""Tote"". Denn sie leben, ihr aber nehmt es nicht wahr." Und gewiß werden Wir euch prüfen durch etwas Angst, Hunger und Minderung an Besitz, Menschenleben und Früchten. Doch verkünde den Geduldigen eine frohe Botschaft, die, wenn sie ein Unglück trifft, sagen: "Wir gehören Allah und zu Ihm kehren wir zurück." Auf diese läßt ihr Herr Segnungen und Barmherzigkeit herab und diese werden rechtgeleitet sein. (2:153-157)
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/Tv0sN6

     

 kafir - Social Mention: Larangan Bohong/Dusta/Sumpah (Atas Nama) Demi Allah Palsu/Sumpah palsu dengan menyebut nama Allah Mohon dibaca tulisan singkat ini saudaraku. Mungkin kita sering mendengar bahwa seseorang menyebut nama Allah untuk menguatkan pernyataan yang dibuatnya. Misalnya seseorang dituduh mencuri tetapi dia tidak melakukannya, maka dia akan berkata "demi Allah aku tidak mencuri barang itu". Sebenarnya hal itu mungkin kelihatan sepele, namun di balik itu terdapat ancaman yang besar bagi para pendusta yang berdusta atas nama Allah SWT maupun atas nama RasulNya. Arti Surat Az-Zumar ayat 60 : "Dan pada hari kiamat itu kamu akan melihat orang-orang yang berdusta atas nama Allah, muka-muka mereka itu menjadi hitam...." Orang yang borbohong/bersumpah dengan nama Allah sebagai penguat, maka orang tersebut termasuk ke dalam golongan orang- orang kafir yang keluar dari agama islam. Sesuatu yang halal bisa menjadi haram dan yang haram bisa dijadikan halal oleh para pendusta tersebut. Siksa neraka sudah siap menanti orang yang melakukan dusta atas nama Allah SWT. Arti Sabda Nabi Muhammad SAW (Hadist) : "Barangsiapa yang berdusta atas namaKu, maka baginya akan dibangunkan sebuah rumah di dalam neraka jahannam". (Hadis) "Barangsiapa yang berdusta atas namaKu dengan sengaja, maka bersiap-siaplah untuk tinggal di neraka". (HR. Bukhari dan Muslim) Banyak orang yang membuat hadist palsu baik di masa lampau maupun di masa sekarang. Hal itu merupakan salah satu perbuatan dusta atas nama Nabi Muhammad SAW yang hukuman atas perbuatan tersebut sangatlah berat. Yaitu siksa di dalam neraka jahannam. Oleh sebab itu mari kita tinggalkan kebiasaan bohong apa pun bentuknya agar terhindar dari azab dunia dan akhirat, Insya Allah..آمِيّنْ آمِّيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 21 06:50AM  

    kafir - Social Mention
     
     
     
    Larangan Bohong/Dusta/Sumpah (Atas Nama) Demi Allah Palsu/Sumpah palsu dengan menyebut nama Allah Mohon dibaca tulisan singkat ini saudaraku. Mungkin kita sering mendengar bahwa seseorang menyebut nama Allah untuk menguatkan pernyataan yang dibuatnya. Misalnya seseorang dituduh mencuri tetapi dia tidak melakukannya, maka dia akan berkata "demi Allah aku tidak mencuri barang itu". Sebenarnya hal itu mungkin kelihatan sepele, namun di balik itu terdapat ancaman yang besar bagi para pendusta yang berdusta atas nama Allah SWT maupun atas nama RasulNya. Arti Surat Az-Zumar ayat 60 : "Dan pada hari kiamat itu kamu akan melihat orang-orang yang berdusta atas nama Allah, muka-muka mereka itu menjadi hitam...." Orang yang borbohong/bersumpah dengan nama Allah sebagai penguat, maka orang tersebut termasuk ke dalam golongan orang- orang kafir yang keluar dari agama islam. Sesuatu yang halal bisa menjadi haram dan yang haram bisa dijadikan halal oleh para pendusta tersebut. Siksa neraka sudah siap menanti orang yang melakukan dusta atas nama Allah SWT. Arti Sabda Nabi Muhammad SAW (Hadist) : "Barangsiapa yang berdusta atas namaKu, maka baginya akan dibangunkan sebuah rumah di dalam neraka jahannam". (Hadis) "Barangsiapa yang berdusta atas namaKu dengan sengaja, maka bersiap-siaplah untuk tinggal di neraka". (HR. Bukhari dan Muslim) Banyak orang yang membuat hadist palsu baik di masa lampau maupun di masa sekarang. Hal itu merupakan salah satu perbuatan dusta atas nama Nabi Muhammad SAW yang hukuman atas perbuatan tersebut sangatlah berat. Yaitu siksa di dalam neraka jahannam. Oleh sebab itu mari kita tinggalkan kebiasaan bohong apa pun bentuknya agar terhindar dari azab dunia dan akhirat, Insya Allah..آمِيّنْ آمِّيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
    http://www.facebook.com/permalink.php?id=100001451073457&v=wall&story_fbid=618891308169233
    Nov 21st 2013, 06:43
     
     
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/ntXtB2

     

 tauhid - Social Mention: KH Abu Bakar Ba'asyir Bilang Jangan Pikirkan Saya, Pikirkanlah Islam JAKARTA SELATAN (voa-islam.com) – Dalam rangka memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang pentingnya pelatihan militer dalam Islam (i'dad), maka Al Tsauroh Institute mengadakan Seminar Nasional pada hari Selasa (19/11/13) di Gedung Sucofindo Jl Pasar Minggu Jakarta Selatan, dengan tema "Pelahan Militer Dalam Perspektif Islam". Pada sesi masukan dari berbagai kalangan dari ormas Islam, ada hal yang membuat para peserta tak dapat menahan air mata haru dan kerinduan. Di sela-sela penuturan Ustadz Khaththat, Ketua FUI (Forum Umat Islam), beliau menyampaikan salam dari KH Abu Bakar Ba'asyir. Ustadz Khaththat mengatakan bahwa Ustadz Abu, panggilan akrab Syaikh Abu Bakar Ba'asyir, senantiasa memikirkan kondisi umat Islam di Indonesia dan Syari'at Islam. Ustad Abu bilang, "Jangan pikirkan saya, pikirkanlah Islam" tutur sepuh yang berusia 70 tahun itu penuh wibawa. Bahkan, ketika Ustadz Fuad Al-Hazimi, Dewan Syari'ah Jamaah Anshar Tauhid, menuturkan tentang perhatian beliau terhadap Umat Islam di Indonesia, sampai-sampai beliau mengatakan, seminar ini telah mengobati kegelisahan beliau terhadap umat. Isak tangis peserta pun tak terbendung karena mengingat dalam kondisi yang sudah tua, beliau masih tetap tegar mendakwahkan Syari'at Islam. Semoga Allah senantiasa menjaga belliau.[usamah] http://m.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/11/19/27668/kh-abu-bakar-ba'asyir-bilang-jangan-pikirkan-sayapikirkanlah-islam/
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 19 07:01PM  

    tauhid - Social Mention
     
     
     
    KH Abu Bakar Ba'asyir Bilang Jangan Pikirkan Saya, Pikirkanlah Islam JAKARTA SELATAN (voa-islam.com) – Dalam rangka memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang pentingnya pelatihan militer dalam Islam (i'dad), maka Al Tsauroh Institute mengadakan Seminar Nasional pada hari Selasa (19/11/13) di Gedung Sucofindo Jl Pasar Minggu Jakarta Selatan, dengan tema "Pelahan Militer Dalam Perspektif Islam". Pada sesi masukan dari berbagai kalangan dari ormas Islam, ada hal yang membuat para peserta tak dapat menahan air mata haru dan kerinduan. Di sela-sela penuturan Ustadz Khaththat, Ketua FUI (Forum Umat Islam), beliau menyampaikan salam dari KH Abu Bakar Ba'asyir. Ustadz Khaththat mengatakan bahwa Ustadz Abu, panggilan akrab Syaikh Abu Bakar Ba'asyir, senantiasa memikirkan kondisi umat Islam di Indonesia dan Syari'at Islam. Ustad Abu bilang, "Jangan pikirkan saya, pikirkanlah Islam" tutur sepuh yang berusia 70 tahun itu penuh wibawa. Bahkan, ketika Ustadz Fuad Al-Hazimi, Dewan Syari'ah Jamaah Anshar Tauhid, menuturkan tentang perhatian beliau terhadap Umat Islam di Indonesia, sampai-sampai beliau mengatakan, seminar ini telah mengobati kegelisahan beliau terhadap umat. Isak tangis peserta pun tak terbendung karena mengingat dalam kondisi yang sudah tua, beliau masih tetap tegar mendakwahkan Syari'at Islam. Semoga Allah senantiasa menjaga belliau.[usamah] http://m.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/11/19/27668/kh-abu-bakar-ba'asyir-bilang-jangan-pikirkan-sayapikirkanlah-islam/
    http://www.facebook.com/permalink.php?id=55621789761&v=wall&story_fbid=10152455657579762
    Nov 19th 2013, 18:48
     
    Dalam rangka memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang pentingnya pelatihan militer dalam Islam (i'dad), maka Al Tsauroh Institute mengadakan Seminar Nasional pada hari Selasa (19/11/13) di Gedung Sucofindo Jl Pasar Minggu Jakarta Selatan, dengan tema
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/GrgmBy

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 21 04:37AM  

    takbir - Social Mention
     
     
     
    Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah As-Salaam Alaikum Wa-Rahmatullahi Wa-Barakatuhu 18th Muharram 1435 (21st November 2013) Narrated 'Abdullah bin Buhaina (Radi-Allahu 'anhu): Once Allah's Apostle (Sallallahu 'Alaihi Wa Sallam) led us in prayer, and after finishing the first two Rakat, got up (instead of sitting for At-Tahiyyat) and then carried on with the prayer. When he had finished his prayer, the people were waiting for him to say Taslim, but before saying Tasiim, he said Takbir and prostrated; then he raised his head, and saying Takbir, he prostrated (SAHU) and then raised his head and finished his prayer with Taslim. Bukhari Vol. 8 : No. 663
    http://www.facebook.com/permalink.php?id=1005620981&v=wall&story_fbid=10201429560433364
    Nov 21st 2013, 04:19
     
     
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/Cs0hBK

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 20 07:55PM  

    projekt quran - Social Mention
     
     
     
    Blessed Fruits
    http://www.al-miftah.com/2013/11/20/blessed-fruits/
    Nov 20th 2013, 19:12
     
    Allah Ta'ala has repeatedly made reference to the gift of fruit in the Holy Quran. In one verse Allah Ta'ala says: "Do you not see that Allah sends down rain from the [&#8230;]
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/l5Tf0Z

     

 abu adam - Social Mention: the most sacred site in planet . The Quran states that Ibrahim (peace be upon him ), together with his son Ishmael (peace be upon him ), raised the foundations of the holy house.[Quran 2:127] Allah had shown Ibrahim the exact site, very near to the Well of Zamzam, where Ibrahim and Ishmael began work on the Kaaba's construction in circa 2130 BC. After Ibrahim (peace be upon him ) had built the Kaaba, an angel brought to him the Black Stone, a celestial stone that, according to tradition, had fallen from Heaven on the nearby hill Abu Qubays. According to a saying attributed to Muhammad, the Black Stone had "descended from Paradise whiter than milk but the sins of the sons of Adam had made it black". The Black Stone is believed to be the only remnant of the original structure made by Ibrahim.(peace be upon him ), After the placing of the Black Stone in the Eastern corner of the Kaaba, Ibrahim received a revelation, in which Allah told the aged prophet that he should now go and proclaim the pilgrimage to mankind, so that men may come both from Arabia and from lands far away, on camel and on foot.[Quran 22:27] Going by the dates attributed to the patriarchs, Ishmael is believed to have been born around 2150 BC, with Isaac being born a hundred years later. Therefore, Islamic scholars have generally assumed that the Kaaba was constructed by Ibrahim around 2130 BC. The Kaaba is, therefore, believed by Muslims to be more than a millennium older than Solomon's Temple in Jerusalem, which is believed to have been finished in 1007 BC. These dates remain consistent with the Muslim belief that the Kaaba is the first and thus oldest mosque in history. At the time of Muhammad (peace be upon him ), (570–632 AD), his tribe, the Quraysh, was in charge of the Kaaba, which was at that time a shrine containing hundreds of idols representing Arabian tribal gods and other religious figures. Muhammad (peace be upon him ) earned the enmity of his tribe by claiming the Kaaba to be dedicated to the worship of Allah alone and by having all the other idols evicted. The Quraysh persecuted and harassed him continuously, so he and his followers eventually migrated to Medina in 622. Islamic histories also mention a reconstruction of the Kaaba around 600 AD. A story found in Ibn Ishaq's Sirat Rasūl Allāh, one of the biographies of Muhammad (peace be upon him ), (as reconstructed and translated by Guillaume), describes Muhammad settling a quarrel between Meccan clans as to which clan should set the Black Stone cornerstone in place. According to Ishaq's biography, Muhammad's solution was to have all the clan elders raise the cornerstone on a cloak, after which Muhammad set the stone into its final place with his own hands. Ibn Ishaq says that the timber for the reconstruction of the Kaaba came from a Greek ship that had been wrecked on the Red Sea coast at Shu'ayba and that the work was undertaken by a Coptic carpenter called Baqum . Muslims are expected to face the Kaaba during prayers, no matter where they are. From any given point in the world, the direction facing the Kaaba is called the Qibla. as i do )
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 21 07:06AM  

    abu adam - Social Mention
     
     
     
    the most sacred site in planet . The Quran states that Ibrahim (peace be upon him ), together with his son Ishmael (peace be upon him ), raised the foundations of the holy house.[Quran 2:127] Allah had shown Ibrahim the exact site, very near to the Well of Zamzam, where Ibrahim and Ishmael began work on the Kaaba's construction in circa 2130 BC. After Ibrahim (peace be upon him ) had built the Kaaba, an angel brought to him the Black Stone, a celestial stone that, according to tradition, had fallen from Heaven on the nearby hill Abu Qubays. According to a saying attributed to Muhammad, the Black Stone had "descended from Paradise whiter than milk but the sins of the sons of Adam had made it black". The Black Stone is believed to be the only remnant of the original structure made by Ibrahim.(peace be upon him ), After the placing of the Black Stone in the Eastern corner of the Kaaba, Ibrahim received a revelation, in which Allah told the aged prophet that he should now go and proclaim the pilgrimage to mankind, so that men may come both from Arabia and from lands far away, on camel and on foot.[Quran 22:27] Going by the dates attributed to the patriarchs, Ishmael is believed to have been born around 2150 BC, with Isaac being born a hundred years later. Therefore, Islamic scholars have generally assumed that the Kaaba was constructed by Ibrahim around 2130 BC. The Kaaba is, therefore, believed by Muslims to be more than a millennium older than Solomon's Temple in Jerusalem, which is believed to have been finished in 1007 BC. These dates remain consistent with the Muslim belief that the Kaaba is the first and thus oldest mosque in history. At the time of Muhammad (peace be upon him ), (570–632 AD), his tribe, the Quraysh, was in charge of the Kaaba, which was at that time a shrine containing hundreds of idols representing Arabian tribal gods and other religious figures. Muhammad (peace be upon him ) earned the enmity of his tribe by claiming the Kaaba to be dedicated to the worship of Allah alone and by having all the other idols evicted. The Quraysh persecuted and harassed him continuously, so he and his followers eventually migrated to Medina in 622. Islamic histories also mention a reconstruction of the Kaaba around 600 AD. A story found in Ibn Ishaq's Sirat Rasūl Allāh, one of the biographies of Muhammad (peace be upon him ), (as reconstructed and translated by Guillaume), describes Muhammad settling a quarrel between Meccan clans as to which clan should set the Black Stone cornerstone in place. According to Ishaq's biography, Muhammad's solution was to have all the clan elders raise the cornerstone on a cloak, after which Muhammad set the stone into its final place with his own hands. Ibn Ishaq says that the timber for the reconstruction of the Kaaba came from a Greek ship that had been wrecked on the Red Sea coast at Shu'ayba and that the work was undertaken by a Coptic carpenter called Baqum . Muslims are expected to face the Kaaba during prayers, no matter where they are. From any given point in the world, the direction facing the Kaaba is called the Qibla. as i do )
    http://www.facebook.com/permalink.php?id=1576877554&v=wall&story_fbid=10200832869975517
    Nov 21st 2013, 06:45
     
     
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/ZXRxgV

     

 islam fatwa - Social Mention: WWIPI- Merajut Cinta Mengurai Benci, karena Allah (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc) Dari Ibnu Abbas c, Rasulullah n bersabda: أَوْثَقُ عُرَى الْإِيمَانِ الْمُوَالَاةُ فِي اللهِ وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ وَالْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ "Tali iman yang terkuat adalah muwalah (berkasih sayang) karena Allah l dan mu'adah (bermusuhan) karena Allah l. Cinta karena Allah, benci pun karena Allah l." Hadits Ibnu Abbas c di atas diriwayatkan oleh al-Imam ath-Thabarani dalam al-Mu'jam al-Kabiir (11537) melalui jalur Hanasy, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas c. Hadits ini juga datang dari beberapa sahabat lain, seperti hadits Ibnu Mas'ud yang diriwayatkan oleh ath-Thayalisi (378), ath-Thabarani, dan yang lain; hadits al-bara' yang diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad (4/286) dan Ibnu Abi Syaibah dalam al-Iman (110). Asy-Syaikh al-Albani t berkata, "Hadits tersebut, dengan seluruh jalur periwayatannya, naik menjadi derajat hasan, minimalnya. Wallahu a'lam." (ash-Shahihah 4/306 nomor 1728) Makna al-Wala' dan al-Bara' Al-wala' adalah pembelaan, cinta, penghormatan, memuliakan, dan kebersamaan. Adapun al-bara' adalah kebencian, permusuhan, menjauhi, dan berlepas diri. Al-wala' bagi seorang muslim adalah cinta kepada Allah l, Rasul-Nya, agama Islam, dan kaum muslimin; membela dan menolong Allah l, Rasul-Nya, agama Islam, dan kaum muslimin. Adapun al-bara' bagi seorang muslim adalah membenci thaghut (peribadatan selain Allah l), kekafiran, dan para pengikut kekafiran serta memusuhi mereka. Asy-Syaikh al-Fauzan berkata, "…Setiap muslim wajib meyakini akidah Islam, berwala' kepada orang yang berakidah Islam dan memusuhi orang yang menentangnya. Ia mencintai orang yang bertauhid dan ikhlas serta berwala'. Ia membenci pelaku kesyirikan dan memusuhi mereka." Beliau melanjutkan pembicaraan tentang bentuk wala' (loyalitas) seorang mukmin, "Kaum mukminin, dari awal penciptaan hingga akhirnya, meskipun tempat tinggalnya berjauhan dan dipisahkan oleh waktu, mereka adalah bersaudara yang saling mencintai. Yang datang belakangan mengikuti yang sebelumnya. Mereka saling mendoakan kebaikan dan saling memohonkan ampun." (al-Wala' wal Bara', hlm. 1—2) Hakikat al-Wala' dan al-Bara' Syaikhul Islam t berkata, "Al-wilayah adalah lawan dari al-'adawah. Dasar al-wilayah adalah cinta dan taqarrub (mendekatkan diri). Adapun dasar al-'adawah adalah benci dan menjauh." (al-Furqan, 1/82) Asy-Syaikh as-Sa'di berkata, "Karena al-wala' dan al-bara' terkait dengan cinta dan benci, dasar keimanan adalah engkau mencintai segenap nabi dan para pengikutnya, karena Allah l. Engkau pun membenci musuh-musuh Allah l dan musuh-musuh seluruh nabi, karena Allah l." (Fatawa as-Sa'diyyah, 1/98) Syaikhul Islam t berkata, "Seorang mukmin, wajib berwala' dan bara' karena Allah l. Jika ada seorang mukmin yang lain, ia wajib mencintainya, meskipun ia dizalimi. Karena, perbuatan zalim tidak dapat memutuskan cinta yang berdasarkan keimanan. Apabila satu orang memiliki kebaikan dan keburukan sekaligus, ketaatan dan kedurhakaan, maksiat, sunnah dan bid'ah, ia tetap berhak mendapatkan cinta sesuai dengan kebaikan yang ada padanya. Ia pun berhak mendapatkan kebencian dan hukuman sesuai dengan kadar keburukan yang ada padanya." (Majmu' Fatawa, 28/208—209) Letak Prinsip al-Wala' dan al-Bara' dalam Islam Akidah al-wala' dan al-bara' memiliki kedudukan yang sangat urgen dan strategis dalam keislaman seseorang. Ia sangat kuat terhubung dengan keimanan. Bahkan, al-wala' dan al-bara' adalah wujud dari hakikat kalimat syahadat La Ilaha Illallah dan Muhammad Rasulullah n. Ibnu Umar c berkata, "Cinta dan bencilah karena Allah l, kasihi dan musuhi karena Allah l pula. Karena, sesungguhnya engkau tidak akan meraih cinta Allah l melainkan dengan cara demikian. Seorang hamba tidak akan mendapatkan rasa keimanan, walau banyak shalat dan puasanya, melainkan dengan cara tadi." (Hilyatul Auliya, 1/312) Syaikhul Islam t berkata, "Hati tidak akan merasakan kebahagiaan dan kelezatan melainkan dengan cara mencintai Allah l dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan hal-hal yang Dia cintai. Cinta kepada Allah l tidak akan terlaksana melainkan dengan berpaling dari kekasih selain Allah l. Inilah hakikat La Ilaha Illallah. Inilah millah (agama) Ibrahim al-Khalil q dan seluruh nabi serta rasul. Semoga shalawat dan salam Allah l terlimpah untuk mereka semua. Adapun syahadat bagian kedua, Muhammad utusan Allah l, maknanya adalah benar-benar hanya mengikuti setiap perintah beliau dan menjauhi semua yang beliau larang. Dari sinilah, Laa Ilaha Illallah menjadi bentuk al-wala' dan al-bara', nafyan (bentuk penafian) dan itsbatan (bentuk penetapan)." (Majmu' Fatawa 28/32) Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh berkata, "Menjadi jelaslah bahwa makna La Ilaha Illallah adalah mentauhidkan Allah l dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya, dan berlepas diri dari selain-Nya. Allah l telah menjelaskan bahwa bara' (berlepas diri) semacam ini dan wala' (cinta) semacam ini adalah wujud syahadat La Ilaha Illallah." (Fathul Majid hlm. 79) Bersama Keindahan Islam dalam al-Wala' dan al-Bara' Sebagian orang menyangka, prinsip al-wala' dan al-bara' mendidik umat Islam untuk tumbuh dan hidup dalam kebencian. Dalam anggapan mereka, Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan dan buas, tidak mengenal kompromi, dan mengajarkan kezaliman terhadap sesama. Berikut ini adalah contoh-contoh sikap, cermin dari akidah al-wala' dan al-bara', yang membuktikan bahwa ada keindahan dan kenyamanan dalam berprinsip al-wala' dan al-bara'. Pertama: Tidak ada paksaan bagi siapa pun untuk masuk Islam. Allah l berfirman: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah." (al-Baqarah: 256) Oleh sebab itu, banyak wilayah yang dikuasai Islam terjaga darah penduduknya dan mereka masih tetap memeluk agama mereka sendiri. Namun, mereka berkewajiban untuk menunaikan jizyah. Jizyah adalah sejumlah harta yang ditentukan oleh penguasa muslim, diwajibkan bagi penduduk nonmuslim yang menetap di daerah muslim untuk menunaikannya, tanpa memberatkan atau menzalimi. (Ahkam Ahli Dzimmah 1/34—39) Jizyah tidak boleh memudaratkan ahli dzimmah sehingga sama sekali tidak diambil dari anak kecil, wanita, atau orang gila. Tentang hal ini, telah dinukilkan adanya ijma' (kesepakatan ulama). Demikian pula, jizyah tidak diambil dari orang fakir. Bahkan, orang fakir dari kalangan ahli dzimmah mendapatkan santunan dari baitul mal kaum muslimin. Jizyah juga tidak diambil dari orang tua yang renta, orang yang berpenyakit menahun, orang buta, dan orang sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya, walaupun mereka mampu untuk membayar jizyah. Jizyah juga tidak diambil dari pendeta yang menghabiskan waktunya untuk bersembahyang. (Ahkam Ahli Dzimmah, Ibnul Qayyim, 1/42—51, al-Ijma' Ibnul Mundzir nomor 230) Kedua: Seorang ahli dzimmah diperkenankan untuk berpindah-pindah di negeri kaum muslimin, sesuai dengan keinginannya. Tidak ada wilayah yang terlarang baginya selain tanah al-Haram. Mereka pun boleh menetap di wilayah mana pun yang dikuasai oleh kaum muslimin, selain jazirah Arab. Semua hal ini adalah ijma' ulama. (Ahkam Ahli Dzimmah 1/175—191, Maratibul Ijma', Ibnu Hazm, no. 122) Ketiga: Menjaga kesepakatan yang telah dibuat oleh kaum muslimin dengan orang-orang kafir. Allah l berfirman: "Kecuali orang-orang musyirikin yang kamu mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa." (at-Taubah: 4) Abu Rafi' mengatakan bahwa kaum Quraisy pernah mengutusnya untuk menemui Rasulullah n. Setelah bertemu dan melihat beliau n, muncul keinginan dalam hatinya untuk masuk Islam. Ia berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya saya tidak ingin kembali kepada mereka selama-lamanya." Rasulullah n bersabda: إِنِّي لَا أَخِيسُ بِالْعَهْدِ وَلَا أَحْبِسُ الْبُرُدَ وَلَكِنِ ارْجِعْ فَإِنْ كَانَ فِي نَفْسِكَ الَّذِي فِي نَفْسِكَ الْآنَ فَارْجِعْ "Sesungguhnya aku tidak bersifat melanggar kesepakatan yang telah dibuat atau menahan utusan musuh. Kembalilah kepada mereka. Jika nanti masih ada keyakinan seperti saat ini, kembalilah kemari." Setelah itu, aku kembali kepada kaum Quraisy. Aku lalu kembali menemui Rasulullah n dan masuk Islam. Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (no. 23857), Abu Dawud (no. 2752), an-Nasai (no. 8621), dan disahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah (no. 702). Tentang menjaga kesepakatan yang telah dibuat antara kaum muslimin dan orang-orang kafir ini, Ibnu Hazm t menyebutkan adanya ijma'. (Maratibul Ijma', no. 123) Keempat: Haramnya darah ahli dzimmah dan orang kafir mua'had (yang terikat perjanjian dengan kaum muslimin), selama mereka menunaikan kewajiban-kewajiban sebagai ahli dzimmah dan kafir mu'ahad. Rasulullah n bersabda: مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ رِيْحَهَا يُوْجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَاماً "Barang siapa membunuh seorang kafir mu'ahad, ia tidak akan mencium harumnya surga. Padahal, sesungguhnya harumnya surga dapat tercium dari jarak (perjalanan) empat puluh tahun." (HR. al-Imam Bukhari no. 3166) Ibnu Hazm t berkata, "Mereka bersepakat bahwa darah seorang ahli dzimmah yang tidak melanggar adalah haram." (Maratibul Ijma', 138) Kelima: Perbedaan agama tidak menghilangkan hak kerabat. Allah l berfirman: "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, serta ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (Luqman: 15) Asma' bintu Abi Bakr c berkata, "Ibuku yang masih musyrik datang menjengukku setelah terjadi perjanjian dengan orang-orang Quraisy. Aku pun memohon fatwa dari Rasulullah n. 'Wahai Rasulullah, ibuku datang menjengukku dalam keadaan senang. Apakah aku boleh menyambung hubungan dengannya?' Rasulullah n menjawab: نَعَمْ، صِلِي أُمَّكِ "Benar, sambunglah hubungan dengan ibumu." (HR. al-Bukhari 2620 dan Muslim 1003) Rasulullah n juga menjenguk pamannya, Abu Thalib, saat sakit. Ini sebagaimana keterangan Ibnu Abbas c dalam riwayat Ahmad (no. 2008). Al-Imam al-Bukhari t menyebutkan sebuah riwayat dalam Shahih-nya (no. 886) bahwa Rasulullah n pernah memberi hadiah kepada Umar bin al-Khaththab z sebuah pakaian sutra yang sangat mahal. Kemudian Umar bin al-Khaththab z menghadiahkan pakaian tersebut kepada seorang saudaranya yang masih musyrik di kota Makkah. Keenam: Berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin atau menampakkan permusuhan terhadap kaum muslimin, selama tidak merugikan. Allah l berfirman: "Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (al-Mumtahanah: 8—9) Al-Imam Ibnu Jarir t berkata, "Maksudnya, Allah l tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang kafir, dari seluruh jenis agama dan keyakinan, yang tidak memerangi kalian karena agama. Berbuat baik dan berlaku adil yang dilakukan oleh seorang mukmin terhadap mereka, baik yang memiliki hubungan kerabat/nasab maupun tidak, bukanlah sesuatu yang diharamkan atau dilarang. Selama hubungan tersebut tidak menjadikan mereka mengetahui kekurangan kaum muslimin atau membantu orang-orang kafir dengan perlengkapan dan persenjataan." Adapun berlaku adil, wajib hukumnya terhadap siapa pun, terhadap musuh sekalipun. Allah l berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang akan kamu kerjakan." (al-Maidah: 8) "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (al-Baqarah: 190) Oleh karena itu, kita tidak diperbolehkan berbuat khianat terhadap orang yang mengkhianati. Sebab, khianat bukan termasuk sikap adil. Antara Sikap Bara' terhadap Orang Kafir dan Perintah Berbuat Baik terhadap Ahli Dzimmah Dari sedikit penjelasan di atas, tentu akan muncul anggapan, "Mengapa ajaran Islam saling bertentangan? Di satu sisi terdapat perintah untuk membenci dan berlepas diri dari orang kafir. Namun, dalam kesempatan yang lain ada juga perintah untuk berbuat baik kepada orang kafir." Sungguh, ajaran Islam tidak akan mengalami kontradiksi dan penyimpangan karena Islam diturunkan dari sisi Allah, Dzat Yang Mahabenar dan Mahabijaksana. Islam disampaikan dan diajarkan oleh Rasulullah n, yang tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu. Semua adalah wahyu, yang tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya. Anggapan di atas, sesungguhnya telah ditepis dan dijawab oleh para ulama. Intinya, masing-masing sikap perwujudan al-wala' dan al-bara' hendaknya diletakkan tepat pada tempatnya. Benci dan cinta hendaknya diberikan pada saatnya masing-masing. Di dalam al-Furuq (3/15—16), Syihabuddin al-Qarafi menjelaskan bahwa apabila demikian ketentuan terhadap hak dzimmah, menjadi sebuah kepastian bagi kita untuk berbuat baik terhadap mereka (ahli dzimmah) dengan sikap lahiriah yang tidak menunjukkan kecintaan hati, sekaligus tanpa sikap yang menunjukkan ta'zhim (pengagungan) terhadap syi'ar kekafiran. Jika sikap baik terhadap mereka berakibat pada salah satu dari dua hal tersebut, sikap tersebut dilarang oleh ayat atau dalil lainnya. Hal ini akan semakin jelas dengan contoh. Mengosongkan tempat untuk mereka (ahli dzimmah) ketika datang, bangkit menyambut kedatangan mereka, atau memanggil mereka dengan nama-nama besar yang akan mengangkat derajat, semua ini adalah haram. Demikian juga, jika kita bertemu mereka di jalan, lalu memberi mereka sisi jalan yang luas, baik, dan datar, kemudian kita sendiri memilih jalan yang sempit, tidak baik, dan tidak rata, hal ini juga terlarang. Di antara yang terlarang juga, memberi mereka kesempatan untuk menduduki pos-pos pemerintahan yang penting dan strategis. Mereka pun tidak boleh menjadi wakil bagi penguasa di dalam penentuan hukum kaum muslimin. Adapun contoh sikap berbuat baik kepada mereka yang diperintahkan dan tidak menunjukkan kecintaan hati adalah lemah lembut kepada orang lemah di antara mereka, membantu orang fakir, memberi makan yang lapar, memberi pakaian, santun dalam berkata sebagai bentuk rahmat—bukan karena takut atau terhina—, menahan diri ketika diganggu dalam bertetangga (padahal mampu membalas, sebagai bentuk rahmat, bukan karena takut atau hormat), mendoakan hidayah untuk mereka, menjaga harta dan hak-hak mereka, memberi nasihat dan sebagainya. Kita pun harus selalu mengingat bahwa mereka selalu membenci kita dan mendustakan Nabi Muhammad n. Andai mampu, mereka tentu akan menghancurkan kita dan menghalalkan darah serta harta kita. Mereka adalah makhluk yang paling besar kedurhakaannya kepada Allah l. Kita berbuat baik, seperti contoh di atas, karena melaksanakan perintah Allah l dan Nabi-Nya n, bukan karena cinta dan menghormati mereka. Sikap Ekstrem dalam al-Wala' dan al-Bara' Dalam hal al-wala' dan al-bara', terjadi beberapa bentuk sikap ekstrem yang dilarang. Di antaranya: 1. Menghalalkan darah dan harta orang-orang kafir yang telah mendapatkan jaminan keamanan, seperti kafir mu'ahad dan ahli dzimmah; atau bersikap kasar dan zalim kepada mereka tanpa sebab yang syar'i. 2. Menentang akidah al-wala' dan al-bara', bahkan menuntut penghapusannya. Alasannya, akidah ini mengajarkan umat Islam untuk membenci orang lain. 3. Memerangi akidah al-wala' dan al-bara' dengan taklid (membebek) dan menyebarkan adat orang-orang kafir di tengah-tengah kaum muslimin. (al-Wala' wal-Bara' bainas Samahah wal Ghuluw) Keberlangsungan Akidah al-Wala' dan al-Bara' Akidah al-wala' dan al-bara' tetap berlangsung wujudnya bersamaan dengan keberadaan Islam itu sendiri. Selama di muka bumi ini masih ada seorang muslim, al-wala', cinta, dan loyalitas wajib diberikan untuknya. Ia wajib dibela, ditolong, dan dibantu karena muslim satu dengan yang lain ibarat sebuah bangunan yang tiap-tiap bagiannya saling mendukung dan menopang. Seorang muslim harus merasakan kesedihan dan kesempitan yang dialami oleh saudaranya yang lain. Ia pun harus turut berbahagia di atas kebahagiaan saudaranya. Ia tidak boleh menzalimi, menyakiti, dan melanggar kehormatannya. Harta dan darahnya harus dijaga. Akidah al-bara' juga akan selalu berlaku selama di muka bumi masih terdapat satu orang kafir sekalipun. Ia wajib dibenci. Ia tidak boleh diberi cinta dan loyalitas. Setiap muslim harus selalu mengingat dan menyadari bahwa kebencian orang kafir terhadap umat Islam sangatlah mendalam. Mereka selalu berharap dan menunggu kelemahan serta kehancuran umat Islam. Mereka tidak akan pernah ridha, meskipun sesaat, sampai kita mau mengikuti jalan mereka. Segala daya dan upaya, waktu dan tenaga, biaya serta dana, diusahakan untuk memerangi umat Islam, dengan berbagai cara, baik kita sadari maupun tidak. Maka dari itu, seorang muslim dituntut untuk selalu meningkatkan kekuatan akidah dan keimanan. Caranya adalah dengan memperdalam pengetahuan tentang Islam, bersemangat menuntut ilmu, dan memperbanyak ibadah berdasarkan ilmu yang telah ia peroleh. Dengan demikian, diharapkan ia mampu menempatkan prinsip al-wala' dan al-bara' tepat pada tempat dan timbangannya. Wallahu a'lam bish-shawab. sumber: http://asysyariah.com/merajut-cinta-mengurai-benci-karena-allah.html
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 20 08:49AM  

    islam fatwa - Social Mention
     
     
     
    WWIPI- Merajut Cinta Mengurai Benci, karena Allah (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc) Dari Ibnu Abbas c, Rasulullah n bersabda: أَوْثَقُ عُرَى الْإِيمَانِ الْمُوَالَاةُ فِي اللهِ وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ وَالْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ "Tali iman yang terkuat adalah muwalah (berkasih sayang) karena Allah l dan mu'adah (bermusuhan) karena Allah l. Cinta karena Allah, benci pun karena Allah l." Hadits Ibnu Abbas c di atas diriwayatkan oleh al-Imam ath-Thabarani dalam al-Mu'jam al-Kabiir (11537) melalui jalur Hanasy, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas c. Hadits ini juga datang dari beberapa sahabat lain, seperti hadits Ibnu Mas'ud yang diriwayatkan oleh ath-Thayalisi (378), ath-Thabarani, dan yang lain; hadits al-bara' yang diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad (4/286) dan Ibnu Abi Syaibah dalam al-Iman (110). Asy-Syaikh al-Albani t berkata, "Hadits tersebut, dengan seluruh jalur periwayatannya, naik menjadi derajat hasan, minimalnya. Wallahu a'lam." (ash-Shahihah 4/306 nomor 1728) Makna al-Wala' dan al-Bara' Al-wala' adalah pembelaan, cinta, penghormatan, memuliakan, dan kebersamaan. Adapun al-bara' adalah kebencian, permusuhan, menjauhi, dan berlepas diri. Al-wala' bagi seorang muslim adalah cinta kepada Allah l, Rasul-Nya, agama Islam, dan kaum muslimin; membela dan menolong Allah l, Rasul-Nya, agama Islam, dan kaum muslimin. Adapun al-bara' bagi seorang muslim adalah membenci thaghut (peribadatan selain Allah l), kekafiran, dan para pengikut kekafiran serta memusuhi mereka. Asy-Syaikh al-Fauzan berkata, "…Setiap muslim wajib meyakini akidah Islam, berwala' kepada orang yang berakidah Islam dan memusuhi orang yang menentangnya. Ia mencintai orang yang bertauhid dan ikhlas serta berwala'. Ia membenci pelaku kesyirikan dan memusuhi mereka." Beliau melanjutkan pembicaraan tentang bentuk wala' (loyalitas) seorang mukmin, "Kaum mukminin, dari awal penciptaan hingga akhirnya, meskipun tempat tinggalnya berjauhan dan dipisahkan oleh waktu, mereka adalah bersaudara yang saling mencintai. Yang datang belakangan mengikuti yang sebelumnya. Mereka saling mendoakan kebaikan dan saling memohonkan ampun." (al-Wala' wal Bara', hlm. 1—2) Hakikat al-Wala' dan al-Bara' Syaikhul Islam t berkata, "Al-wilayah adalah lawan dari al-'adawah. Dasar al-wilayah adalah cinta dan taqarrub (mendekatkan diri). Adapun dasar al-'adawah adalah benci dan menjauh." (al-Furqan, 1/82) Asy-Syaikh as-Sa'di berkata, "Karena al-wala' dan al-bara' terkait dengan cinta dan benci, dasar keimanan adalah engkau mencintai segenap nabi dan para pengikutnya, karena Allah l. Engkau pun membenci musuh-musuh Allah l dan musuh-musuh seluruh nabi, karena Allah l." (Fatawa as-Sa'diyyah, 1/98) Syaikhul Islam t berkata, "Seorang mukmin, wajib berwala' dan bara' karena Allah l. Jika ada seorang mukmin yang lain, ia wajib mencintainya, meskipun ia dizalimi. Karena, perbuatan zalim tidak dapat memutuskan cinta yang berdasarkan keimanan. Apabila satu orang memiliki kebaikan dan keburukan sekaligus, ketaatan dan kedurhakaan, maksiat, sunnah dan bid'ah, ia tetap berhak mendapatkan cinta sesuai dengan kebaikan yang ada padanya. Ia pun berhak mendapatkan kebencian dan hukuman sesuai dengan kadar keburukan yang ada padanya." (Majmu' Fatawa, 28/208—209) Letak Prinsip al-Wala' dan al-Bara' dalam Islam Akidah al-wala' dan al-bara' memiliki kedudukan yang sangat urgen dan strategis dalam keislaman seseorang. Ia sangat kuat terhubung dengan keimanan. Bahkan, al-wala' dan al-bara' adalah wujud dari hakikat kalimat syahadat La Ilaha Illallah dan Muhammad Rasulullah n. Ibnu Umar c berkata, "Cinta dan bencilah karena Allah l, kasihi dan musuhi karena Allah l pula. Karena, sesungguhnya engkau tidak akan meraih cinta Allah l melainkan dengan cara demikian. Seorang hamba tidak akan mendapatkan rasa keimanan, walau banyak shalat dan puasanya, melainkan dengan cara tadi." (Hilyatul Auliya, 1/312) Syaikhul Islam t berkata, "Hati tidak akan merasakan kebahagiaan dan kelezatan melainkan dengan cara mencintai Allah l dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan hal-hal yang Dia cintai. Cinta kepada Allah l tidak akan terlaksana melainkan dengan berpaling dari kekasih selain Allah l. Inilah hakikat La Ilaha Illallah. Inilah millah (agama) Ibrahim al-Khalil q dan seluruh nabi serta rasul. Semoga shalawat dan salam Allah l terlimpah untuk mereka semua. Adapun syahadat bagian kedua, Muhammad utusan Allah l, maknanya adalah benar-benar hanya mengikuti setiap perintah beliau dan menjauhi semua yang beliau larang. Dari sinilah, Laa Ilaha Illallah menjadi bentuk al-wala' dan al-bara', nafyan (bentuk penafian) dan itsbatan (bentuk penetapan)." (Majmu' Fatawa 28/32) Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh berkata, "Menjadi jelaslah bahwa makna La Ilaha Illallah adalah mentauhidkan Allah l dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya, dan berlepas diri dari selain-Nya. Allah l telah menjelaskan bahwa bara' (berlepas diri) semacam ini dan wala' (cinta) semacam ini adalah wujud syahadat La Ilaha Illallah." (Fathul Majid hlm. 79) Bersama Keindahan Islam dalam al-Wala' dan al-Bara' Sebagian orang menyangka, prinsip al-wala' dan al-bara' mendidik umat Islam untuk tumbuh dan hidup dalam kebencian. Dalam anggapan mereka, Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan dan buas, tidak mengenal kompromi, dan mengajarkan kezaliman terhadap sesama. Berikut ini adalah contoh-contoh sikap, cermin dari akidah al-wala' dan al-bara', yang membuktikan bahwa ada keindahan dan kenyamanan dalam berprinsip al-wala' dan al-bara'. Pertama: Tidak ada paksaan bagi siapa pun untuk masuk Islam. Allah l berfirman: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah." (al-Baqarah: 256) Oleh sebab itu, banyak wilayah yang dikuasai Islam terjaga darah penduduknya dan mereka masih tetap memeluk agama mereka sendiri. Namun, mereka berkewajiban untuk menunaikan jizyah. Jizyah adalah sejumlah harta yang ditentukan oleh penguasa muslim, diwajibkan bagi penduduk nonmuslim yang menetap di daerah muslim untuk menunaikannya, tanpa memberatkan atau menzalimi. (Ahkam Ahli Dzimmah 1/34—39) Jizyah tidak boleh memudaratkan ahli dzimmah sehingga sama sekali tidak diambil dari anak kecil, wanita, atau orang gila. Tentang hal ini, telah dinukilkan adanya ijma' (kesepakatan ulama). Demikian pula, jizyah tidak diambil dari orang fakir. Bahkan, orang fakir dari kalangan ahli dzimmah mendapatkan santunan dari baitul mal kaum muslimin. Jizyah juga tidak diambil dari orang tua yang renta, orang yang berpenyakit menahun, orang buta, dan orang sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya, walaupun mereka mampu untuk membayar jizyah. Jizyah juga tidak diambil dari pendeta yang menghabiskan waktunya untuk bersembahyang. (Ahkam Ahli Dzimmah, Ibnul Qayyim, 1/42—51, al-Ijma' Ibnul Mundzir nomor 230) Kedua: Seorang ahli dzimmah diperkenankan untuk berpindah-pindah di negeri kaum muslimin, sesuai dengan keinginannya. Tidak ada wilayah yang terlarang baginya selain tanah al-Haram. Mereka pun boleh menetap di wilayah mana pun yang dikuasai oleh kaum muslimin, selain jazirah Arab. Semua hal ini adalah ijma' ulama. (Ahkam Ahli Dzimmah 1/175—191, Maratibul Ijma', Ibnu Hazm, no. 122) Ketiga: Menjaga kesepakatan yang telah dibuat oleh kaum muslimin dengan orang-orang kafir. Allah l berfirman: "Kecuali orang-orang musyirikin yang kamu mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa." (at-Taubah: 4) Abu Rafi' mengatakan bahwa kaum Quraisy pernah mengutusnya untuk menemui Rasulullah n. Setelah bertemu dan melihat beliau n, muncul keinginan dalam hatinya untuk masuk Islam. Ia berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya saya tidak ingin kembali kepada mereka selama-lamanya." Rasulullah n bersabda: إِنِّي لَا أَخِيسُ بِالْعَهْدِ وَلَا أَحْبِسُ الْبُرُدَ وَلَكِنِ ارْجِعْ فَإِنْ كَانَ فِي نَفْسِكَ الَّذِي فِي نَفْسِكَ الْآنَ فَارْجِعْ "Sesungguhnya aku tidak bersifat melanggar kesepakatan yang telah dibuat atau menahan utusan musuh. Kembalilah kepada mereka. Jika nanti masih ada keyakinan seperti saat ini, kembalilah kemari." Setelah itu, aku kembali kepada kaum Quraisy. Aku lalu kembali menemui Rasulullah n dan masuk Islam. Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (no. 23857), Abu Dawud (no. 2752), an-Nasai (no. 8621), dan disahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah (no. 702). Tentang menjaga kesepakatan yang telah dibuat antara kaum muslimin dan orang-orang kafir ini, Ibnu Hazm t menyebutkan adanya ijma'. (Maratibul Ijma', no. 123) Keempat: Haramnya darah ahli dzimmah dan orang kafir mua'had (yang terikat perjanjian dengan kaum muslimin), selama mereka menunaikan kewajiban-kewajiban sebagai ahli dzimmah dan kafir mu'ahad. Rasulullah n bersabda: مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ رِيْحَهَا يُوْجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَاماً "Barang siapa membunuh seorang kafir mu'ahad, ia tidak akan mencium harumnya surga. Padahal, sesungguhnya harumnya surga dapat tercium dari jarak (perjalanan) empat puluh tahun." (HR. al-Imam Bukhari no. 3166) Ibnu Hazm t berkata, "Mereka bersepakat bahwa darah seorang ahli dzimmah yang tidak melanggar adalah haram." (Maratibul Ijma', 138) Kelima: Perbedaan agama tidak menghilangkan hak kerabat. Allah l berfirman: "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, serta ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (Luqman: 15) Asma' bintu Abi Bakr c berkata, "Ibuku yang masih musyrik datang menjengukku setelah terjadi perjanjian dengan orang-orang Quraisy. Aku pun memohon fatwa dari Rasulullah n. 'Wahai Rasulullah, ibuku datang menjengukku dalam keadaan senang. Apakah aku boleh menyambung hubungan dengannya?' Rasulullah n menjawab: نَعَمْ، صِلِي أُمَّكِ "Benar, sambunglah hubungan dengan ibumu." (HR. al-Bukhari 2620 dan Muslim 1003) Rasulullah n juga menjenguk pamannya, Abu Thalib, saat sakit. Ini sebagaimana keterangan Ibnu Abbas c dalam riwayat Ahmad (no. 2008). Al-Imam al-Bukhari t menyebutkan sebuah riwayat dalam Shahih-nya (no. 886) bahwa Rasulullah n pernah memberi hadiah kepada Umar bin al-Khaththab z sebuah pakaian sutra yang sangat mahal. Kemudian Umar bin al-Khaththab z menghadiahkan pakaian tersebut kepada seorang saudaranya yang masih musyrik di kota Makkah. Keenam: Berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin atau menampakkan permusuhan terhadap kaum muslimin, selama tidak merugikan. Allah l berfirman: "Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (al-Mumtahanah: 8—9) Al-Imam Ibnu Jarir t berkata, "Maksudnya, Allah l tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang kafir, dari seluruh jenis agama dan keyakinan, yang tidak memerangi kalian karena agama. Berbuat baik dan berlaku adil yang dilakukan oleh seorang mukmin terhadap mereka, baik yang memiliki hubungan kerabat/nasab maupun tidak, bukanlah sesuatu yang diharamkan atau dilarang. Selama hubungan tersebut tidak menjadikan mereka mengetahui kekurangan kaum muslimin atau membantu orang-orang kafir dengan perlengkapan dan persenjataan." Adapun berlaku adil, wajib hukumnya terhadap siapa pun, terhadap musuh sekalipun. Allah l berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang akan kamu kerjakan." (al-Maidah: 8) "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (al-Baqarah: 190) Oleh karena itu, kita tidak diperbolehkan berbuat khianat terhadap orang yang mengkhianati. Sebab, khianat bukan termasuk sikap adil. Antara Sikap Bara' terhadap Orang Kafir dan Perintah Berbuat Baik terhadap Ahli Dzimmah Dari sedikit penjelasan di atas, tentu akan muncul anggapan, "Mengapa ajaran Islam saling bertentangan? Di satu sisi terdapat perintah untuk membenci dan berlepas diri dari orang kafir. Namun, dalam kesempatan yang lain ada juga perintah untuk berbuat baik kepada orang kafir." Sungguh, ajaran Islam tidak akan mengalami kontradiksi dan penyimpangan karena Islam diturunkan dari sisi Allah, Dzat Yang Mahabenar dan Mahabijaksana. Islam disampaikan dan diajarkan oleh Rasulullah n, yang tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu. Semua adalah wahyu, yang tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya. Anggapan di atas, sesungguhnya telah ditepis dan dijawab oleh para ulama. Intinya, masing-masing sikap perwujudan al-wala' dan al-bara' hendaknya diletakkan tepat pada tempatnya. Benci dan cinta hendaknya diberikan pada saatnya masing-masing. Di dalam al-Furuq (3/15—16), Syihabuddin al-Qarafi menjelaskan bahwa apabila demikian ketentuan terhadap hak dzimmah, menjadi sebuah kepastian bagi kita untuk berbuat baik terhadap mereka (ahli dzimmah) dengan sikap lahiriah yang tidak menunjukkan kecintaan hati, sekaligus tanpa sikap yang menunjukkan ta'zhim (pengagungan) terhadap syi'ar kekafiran. Jika sikap baik terhadap mereka berakibat pada salah satu dari dua hal tersebut, sikap tersebut dilarang oleh ayat atau dalil lainnya. Hal ini akan semakin jelas dengan contoh. Mengosongkan tempat untuk mereka (ahli dzimmah) ketika datang, bangkit menyambut kedatangan mereka, atau memanggil mereka dengan nama-nama besar yang akan mengangkat derajat, semua ini adalah haram. Demikian juga, jika kita bertemu mereka di jalan, lalu memberi mereka sisi jalan yang luas, baik, dan datar, kemudian kita sendiri memilih jalan yang sempit, tidak baik, dan tidak rata, hal ini juga terlarang. Di antara yang terlarang juga, memberi mereka kesempatan untuk menduduki pos-pos pemerintahan yang penting dan strategis. Mereka pun tidak boleh menjadi wakil bagi penguasa di dalam penentuan hukum kaum muslimin. Adapun contoh sikap berbuat baik kepada mereka yang diperintahkan dan tidak menunjukkan kecintaan hati adalah lemah lembut kepada orang lemah di antara mereka, membantu orang fakir, memberi makan yang lapar, memberi pakaian, santun dalam berkata sebagai bentuk rahmat—bukan karena takut atau terhina—, menahan diri ketika diganggu dalam bertetangga (padahal mampu membalas, sebagai bentuk rahmat, bukan karena takut atau hormat), mendoakan hidayah untuk mereka,

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 21 06:51AM  

    helfen in not - Social Mention
     
     
     
    Was ich gerade mache? Ist das noch ne Frage? Natürlich Junioren ausbilden, Sport fördern Menschen die in Not sind helfen.... In der Natur herumpirschen Mit Schafshüter sprechen, sie sollen sich endlich Australian Shepherd als Herdenführer u Leonberger als Schafsschutzhunde anschaffen als die 10 Wölfe die wir in der Schweiz haben töten zu wollen!!!!! http://chwolf.org/
    http://www.facebook.com/permalink.php?id=1800218239&v=wall&story_fbid=10200270919014539
    Nov 21st 2013, 06:17
     
    Der Verein CHWOLF informiert über den Wolf, um die Akzeptanz gegenüber seiner Wiederintegration in der Schweiz zu fördern.
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/qm62CB

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 21 06:49AM  

    ansaar international - Social Mention
     
     
     
    Lanka will not bow down to international pressure - President
    http://snappikz.com/sunob/?p=566
    Nov 21st 2013, 06:38
     
    President Mahinda Rajapaksa said that Sri Lanka would not bow down to international pressure or any threats of an international inquiry over alleged war crimes. "The country is [&#8230;]
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/P9Kzzm

     

 Abu Adam - Social Mention: Al-Haafiz Ibn Katheer: "Every Muslim should mourn the killing of al-Husayn (radiyAllahu'anhu), for he is one of the leaders of the Muslims, one of the scholars of the Sahaabah, and the son of the daughter of the Messenger of Allah (ﷺ), who was the best of his daughters. He was a devoted worshiper, and a courageous and generous man. But there is nothing good in what the Shi'ah do of expressing distress and grief, most of which may be done in order to show off. His father was better than him and he was killed, but they do not take his death as an anniversary as they do with the death of al-Husayn. His father was killed on a Friday as he was leaving the mosque after Fajr prayer, on the seventeenth of Ramadan in 40 AH. 'Uthmaan was better than 'Ali according to Ahl al-Sunnah wa'l-Jamaa'ah, and he was killed when he was besieged in his house during the days of al-Tashreeq in Dhu'l-Hijjah of 36 AH, with his throat cut from one jugular vein to the other, but the people did not take his death as an anniversary. 'Umar ibn al-Khattaab was better than 'Ali and 'Uthmaan, and he was killed as he was standing in the mihraab, praying Fajr and reciting Qur'an, but the people did not take his death as an anniversary. Abu Bakr al-Siddeeq was better than him but the people did not take his death as an anniversary. The Messenger of Allah (ﷺ) is the leader of the sons of Adam in this world and the Hereafter, and Allah took him to Him as the Prophets died before him, but no one took the dates of their deaths as anniversaries on which they do what these ignorant Raafidis do on the day that al-Husayn was killed. … The best that can be said when remembering these and similar calamities is that which 'Ali ibn al-Husayn narrated from his grandfather the Messenger of Allah (ﷺ), who said: "There is no Muslim who is afflicted by a calamity and when he remembers it, even if it was in the dim and distant past, he says Inna Lillaahi wa inna ilayhi raaji'oon (verily to Allah we belong and unto Him is our return), but Allah will give him a reward like that of the day when it befell him." Narrated by Imam Ahmad and Ibn Majaah, end quote from al-Bidaayah wa'l-Nihaayah (8/221).
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 19 09:49AM  

    Abu Adam - Social Mention
     
     
     
    Al-Haafiz Ibn Katheer: "Every Muslim should mourn the killing of al-Husayn (radiyAllahu'anhu), for he is one of the leaders of the Muslims, one of the scholars of the Sahaabah, and the son of the daughter of the Messenger of Allah (ﷺ), who was the best of his daughters. He was a devoted worshiper, and a courageous and generous man. But there is nothing good in what the Shi'ah do of expressing distress and grief, most of which may be done in order to show off. His father was better than him and he was killed, but they do not take his death as an anniversary as they do with the death of al-Husayn. His father was killed on a Friday as he was leaving the mosque after Fajr prayer, on the seventeenth of Ramadan in 40 AH. 'Uthmaan was better than 'Ali according to Ahl al-Sunnah wa'l-Jamaa'ah, and he was killed when he was besieged in his house during the days of al-Tashreeq in Dhu'l-Hijjah of 36 AH, with his throat cut from one jugular vein to the other, but the people did not take his death as an anniversary. 'Umar ibn al-Khattaab was better than 'Ali and 'Uthmaan, and he was killed as he was standing in the mihraab, praying Fajr and reciting Qur'an, but the people did not take his death as an anniversary. Abu Bakr al-Siddeeq was better than him but the people did not take his death as an anniversary. The Messenger of Allah (ﷺ) is the leader of the sons of Adam in this world and the Hereafter, and Allah took him to Him as the Prophets died before him, but no one took the dates of their deaths as anniversaries on which they do what these ignorant Raafidis do on the day that al-Husayn was killed. … The best that can be said when remembering these and similar calamities is that which 'Ali ibn al-Husayn narrated from his grandfather the Messenger of Allah (ﷺ), who said: "There is no Muslim who is afflicted by a calamity and when he remembers it, even if it was in the dim and distant past, he says Inna Lillaahi wa inna ilayhi raaji'oon (verily to Allah we belong and unto Him is our return), but Allah will give him a reward like that of the day when it befell him." Narrated by Imam Ahmad and Ibn Majaah, end quote from al-Bidaayah wa'l-Nihaayah (8/221).
    http://www.facebook.com/permalink.php?id=551840706&v=wall&story_fbid=10153553785680707
    Nov 19th 2013, 09:00
     
     
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/YVt0FM

     

--
Sie erhalten diese Nachricht, weil Sie Mitglied der Google Groups-Gruppe "News2" sind.
Um Ihr Abonnement für diese Gruppe zu beenden und keine E-Mails mehr von dieser Gruppe zu erhalten, senden Sie eine Email an 76j4725235b235b891248jv1+unsubscribe@googlegroups.com.
Weitere Optionen: https://groups.google.com/groups/opt_out