Informationa

Hier werden Nachrichten über den Salafismus veröffentlicht.
Was sind Salafisten?
Hier anschauen:
http://www.youtube.com/watch?v=l5HRdwsck10
(Alle Angaben ohne Gewähr)
Diese Seite richtet sich nicht gegen Muslime und den Islam.
Diese Seite soll über den Salafismus/Islamismus/Terrorismus informieren.
Es ist wichtig über Fanatiker aufzuklären, um den Frieden und die Freiheit zu sichern.
Wir wollen in Europa mit allen Menschen friedlich zusammen leben,
egal welche Herkunft, Nationalität und Religion.


::: DOKUS :::
(Achtung: Youtube ist überschwemmt mit Videos, die salafistischen/islamistischen Einfluss besitzen.
Deshalb: Schaut euch die Accounts genau an!)

1.
[DOKU] Wie Salafisten zum Terror verleiten - 2013
https://www.youtube.com/watch?v=uM2x-vgdrKM

2.
Pulverfass Deutschland - Doku über Probleme zwischen Salafisten und Rechtsradikalen
https://www.youtube.com/watch?v=H5nOuzXJOmY

3.
Salafisten, ein finsterer Verein (heute-show)
https://www.youtube.com/watch?v=Myq48smApKs

4.
Deutsche Salafisten drangsalieren weltliche Hilfsorganisationen in Syrien | REPORT MAINZ
https://www.youtube.com/watch?v=lCext-9pu9I

5.
DIE SALAFISTEN KOMMEN
https://www.youtube.com/watch?v=uWARKJSKOP4

6.
Best of 2013 Peter Scholl Latour EZP Salafisten wird durch Saudisches Geld verbreitet!!!
https://www.youtube.com/watch?v=FmV3Z6f1BQQ

7.
Frauen im Islam
https://www.youtube.com/watch?v=mb4G6tUbkD0


8.
Gülen Bewegung
http://de.wikipedia.org/wiki/Fethullah_G%C3%BClen#Deutschland
Gefahr für Deutschland - Gülen Bewegung versucht die Unterwanderung
http://www.youtube.com/watch?v=E9Q1jS7Rw9M

9.
Islamisten oder Demokraten - Die Islamische Milli Görüs / Millî Görüş / Milli Görüş
http://www.youtube.com/watch?v=EtWjumM5G88

10.
Die türkischen Graue Wölfe (Rechtsextremismus/Islamismus)
http://www.youtube.com/watch?v=_Z9LEc4qM1I

11.
Föderation der Türkisch-Demokratischen Idealistenvereine in Deutschland
(türkisch Almanya Demokratik Ülkücü Türk Dernekleri Federasyonu, ADÜTDF; kurz auch Türk Federasyon, dt. „Türkische Föderation“)
http://de.wikipedia.org/wiki/F%C3%B6deration_der_T%C3%BCrkisch-Demokratischen_Idealistenvereine_in_Deutschland



http://de.wikipedia.org/wiki/Salafismus
http://de.wikipedia.org/wiki/Islamismus
http://de.wikipedia.org/wiki/Mill%C3%AE_G%C3%B6r%C3%BC%C5%9F

http://boxvogel.blogspot.de

::: DOKUS ENDE :::


http://salafisten-salafismus.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafisten
http://islamismus-islamisten-salafisten.blogspot.com
http://islamisten-salafisten.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamismus
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://islamismus-salafismus.blogspot.com
http://islamismus2.wordpress.com
https://www.google.de/#q=islamismus
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://salafismus2.wordpress.com
https://www.google.de/#q=islamisten
https://www.google.de/#q=salafisten
http://salafisten2.wordpress.com
https://www.google.de/#q=islamismus
http://islamisten2.wordpress.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://salafisten.blogspot.de
https://www.google.de/#q=salafisten
http://salafistenfacebook.blogspot.de
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://salafisteninyoutube.blogspot.de
https://www.google.de/#q=islamisten
http://salafismus.blogspot.de
https://www.google.de/#q=salafismus
http://salafismusinfacebook.blogspot.de
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://salafismusinyoutube.blogspot.de
http://scharia-strafen.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafismus
https://www.google.de/#q=islamismus
http://quran-hoeren-karim-mp3-deutsch.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamismus
http://mohammed-islam-koran-quran.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafismus
https://www.google.de/#q=islamisten
http://islam-symbol-gebet-moschee.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamismus
http://islam-referat-entstehung-koran.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamisten
http://scharia-in-deutschland-islam-koran.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://scharia-steinigung-scharia-gesetze.blogspot.com
http://islamisten-islamismus.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://gebetszeiten-islam-akte-islam.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafismus
http://frauen-im-islam-koran-quran.blogspot.com
http://sehitlik-groesste-moschee-islam.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafismus
http://frauen-unter-der-scharia-politik.blogspot.com
http://koran-online-mp3-frauen-suren.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://was-bedeutet-salafismus.blogspot.com
http://quran-download-islamway-flash.blogspot.com
http://minarett-moschee-koeln.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://kaaba-blaue-moschee.blogspot.com
http://muenchen-moschee-gebetsruf-islam.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamisten
http://koran-auf-deutsch-hoeren-pdf.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://islamismus-islamisten.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamismus

Islam Koran Moschee

Benachrichtigung für 76j4725235b235b891248jv1@googlegroups.com - 25 Nachrichten in 25 Themen

Gruppe: http://groups.google.com/group/76j4725235b235b891248jv1/topics

 takbir - Social Mention: Cukuplah Hafalan Qur'anmu menjadi mahar Untukku..!! Dari Mukharikah Assalamu Alaykum Wr. Wb. Pendengar Nurani yang budiman, mukharikah namaku, aku ingin berkisah panjang dimalam ini, tetapi kisah yang akan aku tuturkan dimalam ini bukanlah kisahku, tetapi kisah kakakku, sebut saja namanya ummu fudhail, Demi Allah aku menceritakan ini tidak hanya sekedar karena ingin member pujian pada kakakku atau tendesi lainnya, tetapi jujur kisah ini kuceritakan berdasarkan kenyataan yang aku lihat, aku dengar dan aku saksikan sendiri, sebab ummu fudhail adalah kakakku, dan kami selalu bersama sejak kecil. Pendengar Nurani yang budiman Jujur, tanpa melebih2kan, sosok kakakku "ummu fudhail"adalah sosok seorang wanita yang bersahaa, tangguh dan teguh dalam memegang komitmen2 sakral dala hidupnya, apalagi menyangkut kepentingan orang banyak, sejak kecil watak itu memang sudah tampak darinya, terlahir sebagai anak ke 2 dari 4 bersaudara, kakaku selalu tampil beda dalam keluarga, khususnnya pada saat2 kondisi keluarga dalam keadaan genting, entah itu disebabkan masalah besar maupun masalah2 sederhana sekalipun. Keluarga kami sendiri bukanlah keluarga yang religius, ayah dan ibuku adalah 2 orang tua yang masih mewarisi kepercayaan khurofat para leluhurnya, kepercayaan2 yang sudah sangat tidak masuk akal diera modern saat ini masih sangat kental dalam keyakinan keduanya, sementara kakak sulungku adalah seorang lelaki cuek yang tidak terlalu muluk2 dalam hidupnya, dan aku sendiri adalah putri ke 3 dari keluarga itu, ada juga adikku, yang nomor 4, saskia namanya, usianya hanya terpaut 3 tahun dariku, kami semua besar dan hidup dari keluarga yang biasa-biasa saja, dari sisi ekonomipun kondisi keluarga kami terbilang sangat sederhana. Pendengar Nurani yang budiman Sikap santun, rendah hati dan apa adanya telah ditunjukan oleh kakakku "ummu fudhail" sejak kami kecil, bila ada makanan dengan porsi terbatas, beliau memilih untuk tidak mencicipinya, yg penting kami sekelurga dapat menikmatinya, dirumah juga beliau terbilang sangat rajin, perabotan rumah selalu kinclong ditangannya, kebersihan dari depan hingga belakang rumahpun selalu tampak rapi dibuatnya, dan beliau tidak pernah ngeluh dengan kondisi apapun, diapun bahkan tidak pernah merasa cemburu melihatku dan saskia kadang malas nimbrung bersamanya memelihara kebersihan dan keindahan rumah, cara bermuamalahnya dengan orang tua dan para tetanggapun terbilang luar biasa, tak pernah selama tinggal bersama kami, ummu fudhail meninggikan suaranya bila berbicara dengan ayah dan ibu, begitu juga cara memperlakukan para tetangga kami, bila ada masakan yang Alhamdulillah lebih, beliau selalu berbagi dengan para tetangga, khususnya 2 keluarga disamping rumah yang memang kondisi ekonominya jauh lebih memprihatinkan dari kami. Pendengar Nurani yang budiman Hingga pada saat memasuki bangku SMA, ummu fudhail harus terpisah dengan keluarga kami, sebab untuk kelangsungan sekolahnya, beliau tinggal dirumah salah seorang yang masih kerabat jauh dengan kami, dirumah itu ummu fudhail sepulang sekolah dimanfaatkan oleh tuan rumah/majikannya untuk menjaga kios kecil sederhana, kudengar dia juga bertugas memasak, mencuci baju mereka dan memelihara keindahan rumaha mereka. Yaa, seperti biasalah, sebab dari situlah ummu fudhail mendapat upah sehingga dapat memenuhi kebutuhan sekolahnya, bahkan bila lebih, beliau selalu mengirimkannya pada orang tua kami dikampung, hingga suatu hari, ketika aku bertandang kerumah majikan dimana ia tinggal, alangkah kagetnya aku ketika mendapati kakakku sudah berubah 180 derajat, aku sendiri sempat pangling, manakala melihat ada seorang wanita bercadar sedang menjaga kios dirumah majikannya itu, semula aku fikir kerabat dari majikannya, tetapi ternyata aku dibuatnya tercengang manakala mendengar sapaan dari suara yang tidak asing lagi ditelingaku, dan benar saja, sumber suara itu dari sosok seorang wanita bercadar yang menjaga kios itu, yang tiada lain adalah kakaku sediri, ummu fudhail. Saat itu antara kaget bercampur haru, laksana seorang detektif, aku berusaha mengorek keterangan darinya tentang penyebab beliau menutup seluruh auratnya dengan busana muslimah lengkap dengan cadarnya. Dan terus terang kemistry diantara kami memang sangat kental, dalam kondisi tertentu kami sangat dekat laksana 2 sahabat, dan tak pelak lagi, kakaku menceritakan perjalanan meraih hidayah ilahi selama tinggal bersama majikannya itu. Beliau bertutur bahwa pilihannya tersebut bermula saat beliau mengenal sebuah rohis disekolahnya, dari majelis2 ilmu disekolahnya itulah, kakakku mendapat banyak pelajaran berharga, serta ilmu2 yang bermanfaat, termasuk tentang anjuran berhijab bagi wanita yang mengaku muslimah, beliau juga menceritakan bahwa dirohis tersebut, dialah satu2nya akhwat yang berani melaksanakan syariat islam menutup aurat itu, sebab akhwat2 lainnya ada yang masih risih, malu2 bahkan masih takut karena berbenturan dengan aturan sekolah, subhanallah, aku kagum dengan beliau. Dengan mata berkaca2 beliau juga menceritakan pahitnya perlakuan orang awwam terhadapnya, karena harus tampil sebagai sosok musimah sesungguhnya. Bahkan banyak sekali beliau dilecehkan oleh beberapa oknum guru dan teman2 disekolahnya, namun hatinya telah yakin d engan keputusan tersebut, sebab berhijab bagi muslimah, bukanlah syariat yang dibuat2 oleh manusia, tetapi langsung perintah dari Allah. Makanya beliau sendiri sudah bertekad, apapun yang terjadi beliau tetap akan kekeh dengan pendiriannya. Hidup mulia atau mati syahid, itulah mottonya. Pendengar Nurani yang baik Keberaniannya menegakkan syariat islam ternyata tidak hanya setengah2, aku menyaksikan sendiri seolah2 beliau begitu total dalam menjalankan syariat tersebut, caranya bermuammalah dengan lingkungan sekitarpun begitu membuatku kagum. Kelemah lembutannya dalam bertutur meskipun harus menerima perlakuan tidak baik dari beberapa oknum yang menganggapnya aneh dengan penampilannya saat itu, sebab hijab syari kala itu masih sangat asing ditengah2 masyarakat, dan kakaku sering mendapatkan cacian dan hinaan dari semua itu. Dari keluargaku sendiripun mengecam keras keputusan berhijab yang dipilihnya manakala berita ttg perubahannya sudah sampai ketelinga orang tuaku, bahkan suatu ketika beliau silaturahim kerumah, ayahku tidak mengizinkannya masuk kedalam rumah hingga ia mau berjanji untuk tidak uring2an lagi dalam berpenampilan. Namun caranya menanggapi kemarahan tersebut justru begitu semakin membuatku kagum, tak ada kemarahan dalam dirinya, namun justru kelemah lembutan yang selalu ia tampakkan. "Jangan sekali-kali kau menginjakkan kakimu dirumah ini lagi, bila penampilanmu masih seperti itu…?, ayah tidak ridho…!!, ayah malu orang2 sering mengejek keluarga kita, katanya anakku sudah stress, katanya anakku tak waras lagi…, ayah tidak sanggup mendengarnya nak.., ayah tidak sanggup.., pergi kau dari sini, ayah tidak sudi melihatmu lagi…" ujar ayahku dengan gurat kemarahnnya. "Ayah…, bersabarlah, nanti ayah sakit…, maafkan saya ayah.., bila memang ayah tidak menginginkan saya ada dirumah ini, tidak mengapa ayah, inshaa Allah saya akan segera pergi dari sini, tetapi sebelum saya pergi dari rumah ini, cobalah tanyakan satu hal pada hati ayah?, apakah aku ini anak kandung ayah?, apakah benar darah yang mengalir ditubuhku ini darah daging ayah??" sahut kakakku perlahan dengan kelembutannya "apa maksudmu, jadi kau tidak yakin kau itu anakku?" jawab ayahku sambil mengerutkan keningnya masih dengan emosi "Ayah, bila memang aku anakmu, bila memang darah dagingmu mengalir ditubuhku, maka orang yang pertama kali merasakan keganjilan dalam diri anak2nya adalah orang tuanya sendiri, sekarang, cobalah tanyakan pada hati kecil ayah, apakah ayah merasa bahwa saat ini aku tak waras, apakah kejiwaanku terganggu?, apakah langkahku menutup seluruh auratku ini salah?. Bila ayah merasakan demikian, maka aku siap diterapi, aku akan siap mengikuti kemauan ayah, tetapi bila tidak ada rasa apapun menghinggap dalam hati ayah, mak aku perlu meragukan pertalian darah diantara kita, sekrang.., katakana padaku ayah, apakah kau sendiri merasa bahwa aku ini tidak waras, apakah kondisi kejiawaanku terganggu?." Ujar kakaku menimpali dengan kelembutannya, dan suasana saat itu semakin tegang ditambah dengan cuaca diluar yang cukup panas. Kusaksikan ayahku tersungkur ditepat dimana ia berdiri, air matanya menetes deras menahan kesedihan. "kemarilah nak…, masuklah…., kau anak ayah dan ibu, ayah bias merasakan bahwa kau tidak sedang sakit, kau masih waras dan tak ada yang berubah dari dirimu, sekarang beri penjelasan yang masuk akal pada ayah dan ibu tentang penyebab dirimu menggunakan busana muslimah seperti ini…, kemarilah nak…" ujar ayahku sambil menjulurkan kedua tangannya pada kakakku, suasana saat itu menjadi haru, tak pelak kakaku berlari menuju pelukan ayah, menyaksikan semua itu air mataku menetes, subhanallah… Pendengar Nurani yang baik Akhirnya, ba'da sholat magrib, dihadapan majelis keci keluarga, dimana semua anggota keluarga kami hadir, ayah, ibu, kakak sulung dan adik bungsuku juga ikut serta dalam majelis itu, dengan santunnya kakakku "ummu fudhail" mulai melancarkan dakwahnya ditengah2 keluarga kami, pembahasannya ringan namun menohok sampai kerelug hati, satu persatu kakaku menyampaikan pemahan islam yang ia dapat selama dirohis, tentang thaharah, bermuamalah, tentang akidah dan tak ketinggalan tentang hijab, sesekali terjadi dialog sengit dalam majelis itu, apa lagi kalau bukan perbedaan pemahaman, kakakku yang mencoba memahamkan dakwah ahlussunah waljama'ah kepada kedua orang tuaku yang meyakini kepercayaan "khurofatnya" nenek moyangnya. Namun dengan penjelasan ringan, tidak menghakimi dan dengan lemah lembut, maka hati kedua orang tuakupun semakin luluh. Jujur aku sendiri bila menyimak penjelasan2 darinya begitu membuat bulu kudukku merinding, akhirnya mulai hari itu, kakakku lebih memilih untuk tinggal dirumah dan tidak kembali kemajikannya dulu, sebab menurutnnya misi menyelamatkan kelurganya dari kehidupan yang gelap gulita kecahaya yang terang benderang menjadi sebuah misi utama baginya, dan mulai malam itu juga, dengan kesepakatan bersama setiap ba'da magrib meskipun hanya beberapa menit, majelis keluarga itupun selalu digelar. Alhamdulillah, satu persatu dari kami mulai menampakkan perubahan, ayah dan kakak sulungku mulai sholat berjama'ah dimesjid meskipun awalnya hanya sholat ashar, magrib dan isya, namun seiring bergulirnya waktu dan bertambahnya pemahaman mereka, akhirnya sholat 5 waktu berjama'ah dimesjidpun sudah menjadi ritual rutin mereka, sementara aku, ibu,adik dan kakakku melaaksanakan sholat berjama'ah dirumah, Alhamdulillah pula ibu, aku dan adikku saskia mulai mengenakan busana muslimah, meskipun tidak serta merta bercadar, dan dari hasil memecahkan tabungan kakakku "umu fudhail", beliaupun menghadiahi kami beberapa busana muslimah dan jilbab2 panjang. Subhanallah. Pendengar Nurani yang budiman Hingga akhirnya pada masa kelas 3 smanya dan saat itu aku kelas 1 disekolah yang sama, kakakku sempat mengalami kendala saat memasuki ujuan NAsional, sebab menurut aturan sekolah, dilarang bagi siswi berfoto menggunakan jilbab, apallagi jilbab panjang, dan tidak dibolehkan bagi peserta ujian nasional mengikuti ujian dengan menggunakan cadar. Namun subhanallah, kakakku bersama beberapa orang teman akhwatya dirohis melakukan protes khidmat diruang kepala sekolah, mereka meminta kebijakan sekolah untuk membolehkan mereka mengikuti Ujian Nasional sebagaimana yang lainnya dengan tidak menanggalkan baju muslimah syar'inya, tak mudah memang , Meluluhkan hati bagi para pengambil kebijakan disekolahnya. Berbgai protes mereka sampaikan dengan khidmat. "Tidak bias…!, ini sudah menjadi aturan sekolah yang tidak dapat diganggu gugat, dan semua siswa wajib mentaatinya…, sebab dikhawatirkan akan mengganggu kenyaman dalam ujian dan akan berimbas pada Nilai akhir ujian kalian, putusan ini dibuat demi kebaikan bersama, agar kalian bias lulus 100%!!" itulah putusan akhir dari pihak sekolah disampaikan sela-sela apel pagi. "Maaf, interupsi pak…" ujar kakakku ditengah heningnya suasana apel pagi itu "Apa hubungannya Ujian Nasional dengan Busana Muslimah yang kami gunakan saat ini, apapula hubungan busana muslimah syar'I seerti yang kami gunakan saat ini dengan Nilai akhir, bukankah yang menentukan nilai akhir kita adalah Allah plus ikhtiar yang baik dengan belajar bersungguh2?, lalu mengapa pula busana muslimah dikait2kan dengan kenyamana Ruang kelas saat ujian?, apakah busana kami membuat pengap ruang kelas?, apa busana kami norak sehingga membuat peserta ujian tidak konsentrasi?, saya rasa tidak pak, sebab kami sendiri yang nyata2 menggunakannya tidak sedikitpun merasa gerah dengan pakaian ini. Mohon dipertimbangkan sekali lagi pak, sebab ini menyangkut reputasi sekolah bapak, sebab jumlah kami yang menggunakan busana muslimah disekolah ini teramat banyak, dan 60% diantaranya adalah peserta ujian tahun ini, bila memang kami tidak dibolehkan mengikuti ujian ini, maka secara otomatis 60% dari peserta ujian tahun ini disekolah bapak tidak akan mengikuti ujian dan otomatis pula 60% itu tidak akan lulus dalam ujian ini. Sekali lagi mohon dipertimbangkan, sebab kalaupun diberi pilihan untuk ikut ujian ini, namun harus menanggalkan busana uslimah syar'I ini, maka kami lebih memilih tidak mengikuti ujiannya, bagiamna teman-teman?" ujar kakakku dengan lantangnya yang kemudian disahuti oleh teman2 akhawat lainnya dengan teriakan takbir. "allahu akbar..allahu akbar…" Pendengar Nurani yang budiman Entah bagaimana jadinya, dan dengan negosiasi yang baimana, yang pasti tiba2 pihak sekolah membolehkan akhwat berfoto menggunakan jilbab dan dibolehkan mengikuti ujian nasional, dan hasilnya 100% peserta ujian disekolah kami lulus dengan Nilai memuaskan, sebagai adik, aku sangat gembira saat itu, aku sangat kagum dengan kakakku. Pendengar, perjalanan waktu terus bergulir, qadarallah, karena keterbatasan ekonomi, kakakku tidak bias melanjutkan kuliahnya keperguruan tinggi, meskipun cita2nya begitu besar untuk itu, dan dia lebih memilih membuka usaha kecil-kecilan dirumah, menjadi penjual nasi kuning di pagi hingga tengah harinya, dan menjual nasi bungkus disiang hari sampai sore, sebab kebetulan tepat didepan rumah kami, terdapat pangkalan ojek, dan tukang2 ojek itu pun jadi langganannnya, dari penghasilan inilah, ekonomi keluagra terdongkrak, apalagi setelah kondisi ayah mulai sakit2an, kakakku dengan gigihnya berjuang demi menghidupi kebutuhan keluarga dan biaya sekolahku dan adikku. Sementara itu, kakak sulungkku yang laki2pun sudah menjadi seorang ikhwah yang taat, rajin dan ulet pula, Alhamdulillah pada saat kakak kami ingin segera menyempurnakan separuh agamanya, kakakku "ummu fudhail"lah yang beraksi mencarikan akhwat calon istrinya, dan Alhadulillah akhwat yang dipilihkannyapun betul2 sesuai dengan keinginan kakakku dan klik dihati keluarga, jadilah bertambah satu akhwat sholehah ditengah2 keluarga kami. Dan keluarga kamipun semakin lengkap dengan hadirnya kakak iparku yang juga Alhamdulillah memberi warna positif ditengah2 keluarga dan lingkungan kami. Pendengar Nurani yang baik Jujur, kakakku "ummu fudhail" memang tidak sampai kuliah keperguruan tinggi, beliau juga bukanlah pengurus diorganisasi dimana kami bernaung, dia hanyalah sosok akhwat biasa, namun subhanallah begitu luar biasa perannya dalam dakwah ini. Termasuk mendakwahi keluarga kami. Hingga suatu hari ketika tanpa sengaja aku lewat dipintu kamarnya, aku mendengar percakapan beliau dan ibu, meskipun samar2 namun sedikitnya aku bias mendengar bahwa yang mereka bahas adalah perkara masa depan kakakku. "Nak, kau sudah cukup dewasa, usiamu sudah layak untuk menikah, apa sudah ada pria yang dekat dihatimu, jangan lama-lama lho.., ayah dan ibupun begitu ingin menimang cucu darimu.."ujar ibuku sepertinya dengan nada serius. "Iyya bu, Alhamdulillah tak terasa ya usia saya sudah dewasa, perasaan kemarin masih sering disuapin ibu.., hehehe, hmmm, untuk sementara ini, kebetulan belum ada tanda-tanda pria yang dating menghitbah saya bu, kita serahkan saja kepada Allah, sebab pilihanNYA pasti tidak meleset, ayah dan ibu bersabar aja yaahh…, saya mohon didoakan saja, semoga Allah segera mengirimkan seorang pria terbaik untuk saya, bukankah do'a seorang ibu maqbul adanya…" jawab kakakku dengan khidmat. Perlahan aku mengintipnya dari balik pintu, kusaksikan ibuku memeluk kakakku. " iyya nak, ibu selalu doakan yang terbaik untukkmu dan keluarga kita, apa tidak sebaiknya kau minta dicarikan pria terbaik melalui kakakmu..?, mungkin ia punya teman yang bias dipilihkan menjadi suamimu…" ujar ibuku member solusi "hmm.., mana baiknya aja bu, saya ikut aja.." jawab kakakku perlahan "nak, ngomog2 pria seperti apa yang kau inginkan nak?, nanti ibu sampaikan pada kakakmu.." ujar ibuku lagi. "ah ibu, aku jadi malu.., bu.., aku memimpikan seorang pria yang bias jadi imam buatku dan anak2ku kelak, aku juga memimpikan calon suami yang tidak hany amenyanagiku, tetapi juga menyanagi ayah dan ibu, selebihnya aku tidak inginkan apapun bu…, wallahi, hal itu sudah cukup menjadi syarat buatku." Jawab kakakku lagi, kulihat keduanya saling berpelukan dengan isakan tangis, dan akupun segera pergi berlalu dari tempat itu sebelum ketahuan oleh mereka, subhanallah, aku merasa bahagia dengan kondisi keluargaku saat ini, begitu damai, dan suasana kekeluargaan begitu kental terasa. Pendengar Nurani yang baik Hingga akhirnya, datanglah seorang pria kerumah bersama kakak sulungku, sepertinya dia seorang ikhwah yang juga teman kakak sulungku, lagi-lagi aku, kakakku "ummu fudhail", ibu dan adikku sasika menguping pembicaraan mereka diruang tengah, sebab kakak sulungku dan ayah yang menemuinya, dan ternyata memang benar, ikhwah tersebut dating dengan maksud melamar kakakku ummu fudhail, percakapan diantara merekapun cukup a lot, si ikhwah menyampaikan hajatnya ingin mengkhitbh kakakku. "bismillah, afwan pak, nama saya Abdul Rodzak, saya temannya Abdullah, putra bapak, hmm, kedatangan saya kemari dalam rangka ingin mengkhitbah putri bapak "ummu fuhail" menjadi istri saya, kebetulan orang tua saya sudah saya kabari namun qadarallah hari ini karena ada satu dan lain hal maka mereka tdak bias menemani saya." Ujar ikhwah tersebut "iyya, terima kasih nak rodzak, memang sebelumnya Abdullah sudah sering mnceritakan tentangmu, katanya kau honor di sebuah sekolah dasar ya?, masya Allah, bapak senangnya mendengarnya. Apa kau sudah pernah melihat putriku, sebab itu penting dalam sebuah persiapan pernikahan, agar nantinya tidak ada penyesalan dibelakang hari…" jawab ayahku perlahan dengan bijaknya. "iyya pak, Alhamdulillah saat ini saya mengajar disebuah sekolah dasar, yaa meskipun masih honor, tetapi inshaa Allah pekerjaan itumenjadi berkah bagi saya dan keluarga saya kelak, dan…, sejujurnya saya tidak perlu lagi melihat putri bapak, sebab qadarallah, semoga Allah mengampuni saya…hmm, tempo hari saat saya dating kesini pada persiapan walimahnnya Abdullah, dengan tidak sengaja saya melihat putrid bapak tidak memakai cadarnya keluar dari kamarnya menuju dapur, dan sejujurnya itu tidak saya sengajai. Dan sejak itu pulalah menjadikannya beban dihati saya, sebab saya begitu merasa bersalah, tetapi niat lamaran ini bukan semata2 karena ingin menebus keslaahan itu, tetapi memang saya sudah merasa mantap untuk berkeluarga, semoga bapak dan keluarga berkenan." Tutur Abdullah dengan malu-malu sambil menundukkan pandangannya dihadapan ayah dan kakakku, sesaat juga kulihat kakakku "ummu fudhail" tersipu malu mendengarnya. "ya udah, tidak jadi masalah buat bapak dan semoga Allah mengampuni kita semua atas apa yang tidak sengaja kita lakaukan, nah.., adapun untuk urusan ini, biaralah putriku yang menentukannya, apakah ia bersedia menjadi istrimu atau tidak, sebab dialah yang menjalani biduk rumah tangga setelahnya, bukan bapak atau siapapun…." Sela ayahku, lalu selanjutnya meminta pertimbangan kakakku "ummu fudhail" "Nak.., bagaimana denganmu sendiri?, apakah kau menerima pinangannya?, atau kau masih butuh waktu untuk menjawabnya..?" Tanya ayahku perlahan pada kakakku, dengan tersipu malu kakakku "ummu fudhail"pun menjawabnya "Bismillah, dengan memohon keberkahan dari urusan ini, serta mengharap ridha dari Allah, insha Allah saya bersedia menjadi istri beliau, semoga kelak beliau bsa menjadi imam yang bagi saya dan anak2 saya kelak, aamiin.." jawab kakakku dengan mantapnya. Ada keharuan meresapi relug2 hati kami yang sempat hadir pada saat itu, subhanallah, begitu indahnya islam ini. "Alhamdulillah.., nah, nak rodzak, antum sudah mendengarkan jawaban anakku, hmm, sekarang berapa kemampuan nak rodzak sendiri, maksud saya berapa dana yang kau sanggupi sebagai uang nikah dan untuk urusan mahar, biarlah putriku yang menentukannya, sebab mahar itu adalah hak dia, jadi dia yang berhak menentukaan apa yang ia inginkan sebagai mahar pernikahan kalian…" ujar ayahku melanjutkan pembicaraan sacral tersebut. Aku semakin terharu menyaksikan urusan ini. "Alhamdulillah pak, eee, begini, kebetulan keinginan menikah ini adalah inisiatif saya sendiri, orang tua sayapun beru kemarin saya kabari dan mereka kaget dibuatnya, bagi mereka tak jadi soal, namun dalam hal materi mereka belum bias member bantuan apapun pada saya, jadinya saya memakai dana simpanan saya sendiri untuk ini, dan dana yang saya miliki saat ini sebesar Rp. 5.500.000." tutur abdul rodjak menimpali sambil malu2, ayah dan kakakkupun tersipu malu sambil tersenyum mendengar penuturn ikhwah tersebut. "Masyaa Allah, bapak bangga padamu nak, bapak bangga dengan keberanianmu, semoga kau adalah pria terbaik yang dipilihkan allah untuk putriku, bagi bapak, dana itu sudah lebih dari cukup, insha Allah kita gelar acara walimahnya dengan sederhana, yang penting tidak menghilangkan kesakralannya, jadi, bapak memutuskan biarlah kau serahkan saja Rp. 200.000 sebagai uang nikahmu nak, sisanya Rp. 5.300.000 simpanlah untuk kalian jadikan modal usaha nanti setelah menikah…"jawab ayahku dengan bijaknya. "Subhanallah…, terima kasih pak, bertemu dan insha Allah menjadi bagian dari keluarga ini adalah anugerah buat saya, inshaa Allah saya akan berusaha menjadi suami yang baik buat putrid bapak" uajr ikhwah tersebut dengan tangis haru, sesaat suasana hening. Hingga beberapa saat kemudian. "sekarang giliranmu putriku, apa yang kau inginkan sebagai mahar pernikahan kalian, kau berhak menentukannya arena itu hakmu.." ujar ayahku dengan semakin bijaknya "Syukran ayah, sebagaiman ayah member kemudahan pada beliau untuk meringankan uang nikahnya, maka mahar yang saya minta dari beliaupun cukup sederhana, semoga beliau menyanggupi dan ikhlas memberikannya" jawab kakakku " ummu fudhail" masih dibalik hijab. "apa itu ukhti..,, insha Allah ana akan berusaha dan ikhlas memberikannya" jawab ikhwah itu langsung menanggapi pernyataan kakakku. "Bismillah, semoga antum tidak terbebani dan ikhlas atas permintaan ana ini, inshaa Allah sebagai maharku, ana meminta antum unntuk menghafalkan Qur'an juz 30 sebagai mahar pernikahan kita. Syukran" ujar kakakku menimpalinya dengan khidmat. "Subahanallah.., Alhamdulillah.., Allahu akbar.., barakallahu fiek.., inshaa Allah ana menyanggupinya ukhti. Syukran wajazakillah kaheran atas kebesaran hati anti mempermudah usursan ini." Jawab abdul rodzak dengan rasa haru. Dan suasana saat itupun berubah menjadi suasana yang penuh keharuan. Dan aku semakin kagum dengan agamaku sendiri, Islam Rahmatan lil 'alamiin Pendengar Nurani yang budiman Demikianlah kisah yang dapat kututurkan dimalam ini, Alhamdulillah saat ini aku udah punya 2 ponakan yang lucu2 dari kakakku tersayang, sementara kakak iparku al akh abdul rodzak saat ini telah terangkat menjadi PNS dan mengajar di sebuah Sekolah Menengah Umum, keluarga merekapun kusaksikan begitu bahagia, semoga kebahagiaan itu akan selamanya menyertai rumah tangga mereka, aamiin. Semoga kisah ini bermanfaat untuk kita semua, aamiin. Special aku ucapkan terima kasih kepada Kakakku tersayang "Ummu Fudhail" yang sudah ngebolehin aku mengisahkan tentang kehidupannya deprogram Nurani Malam mini. Wassalam
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 18 07:19PM  

    takbir - Social Mention
     
     
     
    Cukuplah Hafalan Qur'anmu menjadi mahar Untukku..!! Dari Mukharikah Assalamu Alaykum Wr. Wb. Pendengar Nurani yang budiman, mukharikah namaku, aku ingin berkisah panjang dimalam ini, tetapi kisah yang akan aku tuturkan dimalam ini bukanlah kisahku, tetapi kisah kakakku, sebut saja namanya ummu fudhail, Demi Allah aku menceritakan ini tidak hanya sekedar karena ingin member pujian pada kakakku atau tendesi lainnya, tetapi jujur kisah ini kuceritakan berdasarkan kenyataan yang aku lihat, aku dengar dan aku saksikan sendiri, sebab ummu fudhail adalah kakakku, dan kami selalu bersama sejak kecil. Pendengar Nurani yang budiman Jujur, tanpa melebih2kan, sosok kakakku "ummu fudhail"adalah sosok seorang wanita yang bersahaa, tangguh dan teguh dalam memegang komitmen2 sakral dala hidupnya, apalagi menyangkut kepentingan orang banyak, sejak kecil watak itu memang sudah tampak darinya, terlahir sebagai anak ke 2 dari 4 bersaudara, kakaku selalu tampil beda dalam keluarga, khususnnya pada saat2 kondisi keluarga dalam keadaan genting, entah itu disebabkan masalah besar maupun masalah2 sederhana sekalipun. Keluarga kami sendiri bukanlah keluarga yang religius, ayah dan ibuku adalah 2 orang tua yang masih mewarisi kepercayaan khurofat para leluhurnya, kepercayaan2 yang sudah sangat tidak masuk akal diera modern saat ini masih sangat kental dalam keyakinan keduanya, sementara kakak sulungku adalah seorang lelaki cuek yang tidak terlalu muluk2 dalam hidupnya, dan aku sendiri adalah putri ke 3 dari keluarga itu, ada juga adikku, yang nomor 4, saskia namanya, usianya hanya terpaut 3 tahun dariku, kami semua besar dan hidup dari keluarga yang biasa-biasa saja, dari sisi ekonomipun kondisi keluarga kami terbilang sangat sederhana. Pendengar Nurani yang budiman Sikap santun, rendah hati dan apa adanya telah ditunjukan oleh kakakku "ummu fudhail" sejak kami kecil, bila ada makanan dengan porsi terbatas, beliau memilih untuk tidak mencicipinya, yg penting kami sekelurga dapat menikmatinya, dirumah juga beliau terbilang sangat rajin, perabotan rumah selalu kinclong ditangannya, kebersihan dari depan hingga belakang rumahpun selalu tampak rapi dibuatnya, dan beliau tidak pernah ngeluh dengan kondisi apapun, diapun bahkan tidak pernah merasa cemburu melihatku dan saskia kadang malas nimbrung bersamanya memelihara kebersihan dan keindahan rumah, cara bermuamalahnya dengan orang tua dan para tetanggapun terbilang luar biasa, tak pernah selama tinggal bersama kami, ummu fudhail meninggikan suaranya bila berbicara dengan ayah dan ibu, begitu juga cara memperlakukan para tetangga kami, bila ada masakan yang Alhamdulillah lebih, beliau selalu berbagi dengan para tetangga, khususnya 2 keluarga disamping rumah yang memang kondisi ekonominya jauh lebih memprihatinkan dari kami. Pendengar Nurani yang budiman Hingga pada saat memasuki bangku SMA, ummu fudhail harus terpisah dengan keluarga kami, sebab untuk kelangsungan sekolahnya, beliau tinggal dirumah salah seorang yang masih kerabat jauh dengan kami, dirumah itu ummu fudhail sepulang sekolah dimanfaatkan oleh tuan rumah/majikannya untuk menjaga kios kecil sederhana, kudengar dia juga bertugas memasak, mencuci baju mereka dan memelihara keindahan rumaha mereka. Yaa, seperti biasalah, sebab dari situlah ummu fudhail mendapat upah sehingga dapat memenuhi kebutuhan sekolahnya, bahkan bila lebih, beliau selalu mengirimkannya pada orang tua kami dikampung, hingga suatu hari, ketika aku bertandang kerumah majikan dimana ia tinggal, alangkah kagetnya aku ketika mendapati kakakku sudah berubah 180 derajat, aku sendiri sempat pangling, manakala melihat ada seorang wanita bercadar sedang menjaga kios dirumah majikannya itu, semula aku fikir kerabat dari majikannya, tetapi ternyata aku dibuatnya tercengang manakala mendengar sapaan dari suara yang tidak asing lagi ditelingaku, dan benar saja, sumber suara itu dari sosok seorang wanita bercadar yang menjaga kios itu, yang tiada lain adalah kakaku sediri, ummu fudhail. Saat itu antara kaget bercampur haru, laksana seorang detektif, aku berusaha mengorek keterangan darinya tentang penyebab beliau menutup seluruh auratnya dengan busana muslimah lengkap dengan cadarnya. Dan terus terang kemistry diantara kami memang sangat kental, dalam kondisi tertentu kami sangat dekat laksana 2 sahabat, dan tak pelak lagi, kakaku menceritakan perjalanan meraih hidayah ilahi selama tinggal bersama majikannya itu. Beliau bertutur bahwa pilihannya tersebut bermula saat beliau mengenal sebuah rohis disekolahnya, dari majelis2 ilmu disekolahnya itulah, kakakku mendapat banyak pelajaran berharga, serta ilmu2 yang bermanfaat, termasuk tentang anjuran berhijab bagi wanita yang mengaku muslimah, beliau juga menceritakan bahwa dirohis tersebut, dialah satu2nya akhwat yang berani melaksanakan syariat islam menutup aurat itu, sebab akhwat2 lainnya ada yang masih risih, malu2 bahkan masih takut karena berbenturan dengan aturan sekolah, subhanallah, aku kagum dengan beliau. Dengan mata berkaca2 beliau juga menceritakan pahitnya perlakuan orang awwam terhadapnya, karena harus tampil sebagai sosok musimah sesungguhnya. Bahkan banyak sekali beliau dilecehkan oleh beberapa oknum guru dan teman2 disekolahnya, namun hatinya telah yakin d engan keputusan tersebut, sebab berhijab bagi muslimah, bukanlah syariat yang dibuat2 oleh manusia, tetapi langsung perintah dari Allah. Makanya beliau sendiri sudah bertekad, apapun yang terjadi beliau tetap akan kekeh dengan pendiriannya. Hidup mulia atau mati syahid, itulah mottonya. Pendengar Nurani yang baik Keberaniannya menegakkan syariat islam ternyata tidak hanya setengah2, aku menyaksikan sendiri seolah2 beliau begitu total dalam menjalankan syariat tersebut, caranya bermuammalah dengan lingkungan sekitarpun begitu membuatku kagum. Kelemah lembutannya dalam bertutur meskipun harus menerima perlakuan tidak baik dari beberapa oknum yang menganggapnya aneh dengan penampilannya saat itu, sebab hijab syari kala itu masih sangat asing ditengah2 masyarakat, dan kakaku sering mendapatkan cacian dan hinaan dari semua itu. Dari keluargaku sendiripun mengecam keras keputusan berhijab yang dipilihnya manakala berita ttg perubahannya sudah sampai ketelinga orang tuaku, bahkan suatu ketika beliau silaturahim kerumah, ayahku tidak mengizinkannya masuk kedalam rumah hingga ia mau berjanji untuk tidak uring2an lagi dalam berpenampilan. Namun caranya menanggapi kemarahan tersebut justru begitu semakin membuatku kagum, tak ada kemarahan dalam dirinya, namun justru kelemah lembutan yang selalu ia tampakkan. "Jangan sekali-kali kau menginjakkan kakimu dirumah ini lagi, bila penampilanmu masih seperti itu…?, ayah tidak ridho…!!, ayah malu orang2 sering mengejek keluarga kita, katanya anakku sudah stress, katanya anakku tak waras lagi…, ayah tidak sanggup mendengarnya nak.., ayah tidak sanggup.., pergi kau dari sini, ayah tidak sudi melihatmu lagi…" ujar ayahku dengan gurat kemarahnnya. "Ayah…, bersabarlah, nanti ayah sakit…, maafkan saya ayah.., bila memang ayah tidak menginginkan saya ada dirumah ini, tidak mengapa ayah, inshaa Allah saya akan segera pergi dari sini, tetapi sebelum saya pergi dari rumah ini, cobalah tanyakan satu hal pada hati ayah?, apakah aku ini anak kandung ayah?, apakah benar darah yang mengalir ditubuhku ini darah daging ayah??" sahut kakakku perlahan dengan kelembutannya "apa maksudmu, jadi kau tidak yakin kau itu anakku?" jawab ayahku sambil mengerutkan keningnya masih dengan emosi "Ayah, bila memang aku anakmu, bila memang darah dagingmu mengalir ditubuhku, maka orang yang pertama kali merasakan keganjilan dalam diri anak2nya adalah orang tuanya sendiri, sekarang, cobalah tanyakan pada hati kecil ayah, apakah ayah merasa bahwa saat ini aku tak waras, apakah kejiwaanku terganggu?, apakah langkahku menutup seluruh auratku ini salah?. Bila ayah merasakan demikian, maka aku siap diterapi, aku akan siap mengikuti kemauan ayah, tetapi bila tidak ada rasa apapun menghinggap dalam hati ayah, mak aku perlu meragukan pertalian darah diantara kita, sekrang.., katakana padaku ayah, apakah kau sendiri merasa bahwa aku ini tidak waras, apakah kondisi kejiawaanku terganggu?." Ujar kakaku menimpali dengan kelembutannya, dan suasana saat itu semakin tegang ditambah dengan cuaca diluar yang cukup panas. Kusaksikan ayahku tersungkur ditepat dimana ia berdiri, air matanya menetes deras menahan kesedihan. "kemarilah nak…, masuklah…., kau anak ayah dan ibu, ayah bias merasakan bahwa kau tidak sedang sakit, kau masih waras dan tak ada yang berubah dari dirimu, sekarang beri penjelasan yang masuk akal pada ayah dan ibu tentang penyebab dirimu menggunakan busana muslimah seperti ini…, kemarilah nak…" ujar ayahku sambil menjulurkan kedua tangannya pada kakakku, suasana saat itu menjadi haru, tak pelak kakaku berlari menuju pelukan ayah, menyaksikan semua itu air mataku menetes, subhanallah… Pendengar Nurani yang baik Akhirnya, ba'da sholat magrib, dihadapan majelis keci keluarga, dimana semua anggota keluarga kami hadir, ayah, ibu, kakak sulung dan adik bungsuku juga ikut serta dalam majelis itu, dengan santunnya kakakku "ummu fudhail" mulai melancarkan dakwahnya ditengah2 keluarga kami, pembahasannya ringan namun menohok sampai kerelug hati, satu persatu kakaku menyampaikan pemahan islam yang ia dapat selama dirohis, tentang thaharah, bermuamalah, tentang akidah dan tak ketinggalan tentang hijab, sesekali terjadi dialog sengit dalam majelis itu, apa lagi kalau bukan perbedaan pemahaman, kakakku yang mencoba memahamkan dakwah ahlussunah waljama'ah kepada kedua orang tuaku yang meyakini kepercayaan "khurofatnya" nenek moyangnya. Namun dengan penjelasan ringan, tidak menghakimi dan dengan lemah lembut, maka hati kedua orang tuakupun semakin luluh. Jujur aku sendiri bila menyimak penjelasan2 darinya begitu membuat bulu kudukku merinding, akhirnya mulai hari itu, kakakku lebih memilih untuk tinggal dirumah dan tidak kembali kemajikannya dulu, sebab menurutnnya misi menyelamatkan kelurganya dari kehidupan yang gelap gulita kecahaya yang terang benderang menjadi sebuah misi utama baginya, dan mulai malam itu juga, dengan kesepakatan bersama setiap ba'da magrib meskipun hanya beberapa menit, majelis keluarga itupun selalu digelar. Alhamdulillah, satu persatu dari kami mulai menampakkan perubahan, ayah dan kakak sulungku mulai sholat berjama'ah dimesjid meskipun awalnya hanya sholat ashar, magrib dan isya, namun seiring bergulirnya waktu dan bertambahnya pemahaman mereka, akhirnya sholat 5 waktu berjama'ah dimesjidpun sudah menjadi ritual rutin mereka, sementara aku, ibu,adik dan kakakku melaaksanakan sholat berjama'ah dirumah, Alhamdulillah pula ibu, aku dan adikku saskia mulai mengenakan busana muslimah, meskipun tidak serta merta bercadar, dan dari hasil memecahkan tabungan kakakku "umu fudhail", beliaupun menghadiahi kami beberapa busana muslimah dan jilbab2 panjang. Subhanallah. Pendengar Nurani yang budiman Hingga akhirnya pada masa kelas 3 smanya dan saat itu aku kelas 1 disekolah yang sama, kakakku sempat mengalami kendala saat memasuki ujuan NAsional, sebab menurut aturan sekolah, dilarang bagi siswi berfoto menggunakan jilbab, apallagi jilbab panjang, dan tidak dibolehkan bagi peserta ujian nasional mengikuti ujian dengan menggunakan cadar. Namun subhanallah, kakakku bersama beberapa orang teman akhwatya dirohis melakukan protes khidmat diruang kepala sekolah, mereka meminta kebijakan sekolah untuk membolehkan mereka mengikuti Ujian Nasional sebagaimana yang lainnya dengan tidak menanggalkan baju muslimah syar'inya, tak mudah memang , Meluluhkan hati bagi para pengambil kebijakan disekolahnya. Berbgai protes mereka sampaikan dengan khidmat. "Tidak bias…!, ini sudah menjadi aturan sekolah yang tidak dapat diganggu gugat, dan semua siswa wajib mentaatinya…, sebab dikhawatirkan akan mengganggu kenyaman dalam ujian dan akan berimbas pada Nilai akhir ujian kalian, putusan ini dibuat demi kebaikan bersama, agar kalian bias lulus 100%!!" itulah putusan akhir dari pihak sekolah disampaikan sela-sela apel pagi. "Maaf, interupsi pak…" ujar kakakku ditengah heningnya suasana apel pagi itu "Apa hubungannya Ujian Nasional dengan Busana Muslimah yang kami gunakan saat ini, apapula hubungan busana muslimah syar'I seerti yang kami gunakan saat ini dengan Nilai akhir, bukankah yang menentukan nilai akhir kita adalah Allah plus ikhtiar yang baik dengan belajar bersungguh2?, lalu mengapa pula busana muslimah dikait2kan dengan kenyamana Ruang kelas saat ujian?, apakah busana kami membuat pengap ruang kelas?, apa busana kami norak sehingga membuat peserta ujian tidak konsentrasi?, saya rasa tidak pak, sebab kami sendiri yang nyata2 menggunakannya tidak sedikitpun merasa gerah dengan pakaian ini. Mohon dipertimbangkan sekali lagi pak, sebab ini menyangkut reputasi sekolah bapak, sebab jumlah kami yang menggunakan busana muslimah disekolah ini teramat banyak, dan 60% diantaranya adalah peserta ujian tahun ini, bila memang kami tidak dibolehkan mengikuti ujian ini, maka secara otomatis 60% dari peserta ujian tahun ini disekolah bapak tidak akan mengikuti ujian dan otomatis pula 60% itu tidak akan lulus dalam ujian ini. Sekali lagi mohon dipertimbangkan, sebab kalaupun diberi pilihan untuk ikut ujian ini, namun harus menanggalkan busana uslimah syar'I ini, maka kami lebih memilih tidak mengikuti ujiannya, bagiamna teman-teman?" ujar kakakku dengan lantangnya yang kemudian disahuti oleh teman2 akhawat lainnya dengan teriakan takbir. "allahu akbar..allahu akbar…" Pendengar Nurani yang budiman Entah bagaimana jadinya, dan dengan negosiasi yang baimana, yang pasti tiba2 pihak sekolah membolehkan akhwat berfoto menggunakan jilbab dan dibolehkan mengikuti ujian nasional, dan hasilnya 100% peserta ujian disekolah kami lulus dengan Nilai memuaskan, sebagai adik, aku sangat gembira saat itu, aku sangat kagum dengan kakakku. Pendengar, perjalanan waktu terus bergulir, qadarallah, karena keterbatasan ekonomi, kakakku tidak bias melanjutkan kuliahnya keperguruan tinggi, meskipun cita2nya begitu besar untuk itu, dan dia lebih memilih membuka usaha kecil-kecilan dirumah, menjadi penjual nasi kuning di pagi hingga tengah harinya, dan menjual nasi bungkus disiang hari sampai sore, sebab kebetulan tepat didepan rumah kami, terdapat pangkalan ojek, dan tukang2 ojek itu pun jadi langganannnya, dari penghasilan inilah, ekonomi keluagra terdongkrak, apalagi setelah kondisi ayah mulai sakit2an, kakakku dengan gigihnya berjuang demi menghidupi kebutuhan keluarga dan biaya sekolahku dan adikku. Sementara itu, kakak sulungkku yang laki2pun sudah menjadi seorang ikhwah yang taat, rajin dan ulet pula, Alhamdulillah pada saat kakak kami ingin segera menyempurnakan separuh agamanya, kakakku "ummu fudhail"lah yang beraksi mencarikan akhwat calon istrinya, dan Alhadulillah akhwat yang dipilihkannyapun betul2 sesuai dengan keinginan kakakku dan klik dihati keluarga, jadilah bertambah satu akhwat sholehah ditengah2 keluarga kami. Dan keluarga kamipun semakin lengkap dengan hadirnya kakak iparku yang juga Alhamdulillah memberi warna positif ditengah2 keluarga dan lingkungan kami. Pendengar Nurani yang baik Jujur, kakakku "ummu fudhail" memang tidak sampai kuliah keperguruan tinggi, beliau juga bukanlah pengurus diorganisasi dimana kami bernaung, dia hanyalah sosok akhwat biasa, namun subhanallah begitu luar biasa perannya dalam dakwah ini. Termasuk mendakwahi keluarga kami. Hingga suatu hari ketika tanpa sengaja aku lewat dipintu kamarnya, aku mendengar percakapan beliau dan ibu, meskipun samar2 namun sedikitnya aku bias mendengar bahwa yang mereka bahas adalah perkara masa depan kakakku. "Nak, kau sudah cukup dewasa, usiamu sudah layak untuk menikah, apa sudah ada pria yang dekat dihatimu, jangan lama-lama lho.., ayah dan ibupun begitu ingin menimang cucu

     

 takbir - Social Mention: SHOLAT DHUHA, PERLU GAK SIH ? Siapa yang istiqomah melaksanakan Shalat DHUHA Insya Allah, Allah SWT akan menjamin baginya dengan jaminan istimewa di dunia dan akhirat. Shalat Dhuha, shalat sunat pada pagi hari kira2 pukul 7-11 Rakaatnya bisa 2 sampai 12 rakaat ... A. MENGAPA KITA DISUNNAHKAN SHALAT DHUHA ? .. 1.Wasiat Baginda Rasulullah SAW ... dari Abu Hurairah, "Kekasihku (Nabi Muhammad) mewasiatkan kepadaku untuk berpuasa tiga hari dalam tiap bulan, melakukan dua rakaat sholat Dhuha dan melakukan sholat witir sebelum tidur." (HR. Bukhari Muslim) Jadi Shalat ini merupakan kebiasaan Rasulullah yg patut kita ikuti 2.Sedekah untuk tiap ruas tulang kita ... Dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu, Rasulullah bersabda, .. "Tiap pagi ada kewajiban sedekah bagi tiap ruas tulang kalian, Setiap tasbih adalah sedekah, Setiap tahmid adalah sedekah, Setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan untuk melakukan kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah, dan semua itu dapat tercukupi dengan melakukan dua rakaat sholat Dhuha." (HR. Muslim) 3.Sholatnya orang-orang yang bertaubat (penghapus dosa) .. "Shalatnya orang-orang yang bertaubat adalah pada saat berdirinya anak unta karena teriknya matahari." (HR. Muslim) "Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak busa lautan." (H.R Turmudzi) B. KEUTAMAAN SHALAT DHUHA ... Mungkin kita sering menyepelekan shalat dhuha, padahal sangat disayangkan kalau kita melewatkan shalat ini setiap harinya … Dari Keutamaan2 dibawah ini semoga bisa mencerahkan bathin pikiran kita agar mau meluangkan waktu untuk shalat ini ... 1.Limpahan barokah sepanjang hari serta bathin yg damai .. "Hai anak Adam, tunaikanlah kewajibanmu untuk KU, yaitu shalat empat rakaat pada pagi hari, niscaya Aku akan mencukupi sepanjang harimu (Hadits Qudsi Riwayat Imam Ahmad, Abu Ya'la). Dari hadits qudsi ini, Allah akan melimpahkan barokah sepanjang hari dari shalat empat rakaat dhuha kita, yang menyebabkan bathin terasa damai walaupun banyak rintangan hidup. 2.Terbukanya pintu rezeki yang luas dan diberi keberkahan hidup di dunia&akhirat ... Coba kita cermati isi do'a yang dibaca setelah shalat dhuha ini : "Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, kecantikan ialah kencantikan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, kekuatan itu kekuatan-Mu, kekuasaan itu kekuasaan-Mu, dan perlindungan itu perlindungan Mu". Ya Allah, jika rizqiku masih diatas langit, turunkanlah , dan jika ada di didalam bumi, keluarkanlah, jika sukar, mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba Mu yang shaleh". Dari doa tersebut kita banyak memohon agar pintu rizqi kita diluaskan, karena semakin kita banyak berdoa dan beramal sholeh (salah satunya shalat dhuha) maka permohonan dan doa kita akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah. Di dunia kita diberi keberkahan hidup dan di akhirat kita InsyaAllah diberikan surga sperti pada hadits qudsi : ... "Sesungguhnya di dalam syurga, ada pintu yang dinamakan pintu DHUHA, maka ketika datang hari kiamat memanggillah (yang memanggil Allah), dimanakah orang yang selalu mengerjakan shalat atas Ku dengan shalat DHUHA? inilah pintu kamu, maka masuklah kamu ke dalam syurga dengan rahmat Allah". (Riwayat Thabrani dari Abu Huraerah). *** Nah gimana gimana?? sudah baca semua kan? Mari kita usahakan agar Shalat Dhuha ini bisa kita laksanakan secara istiqomah (terus menerus) .. "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (Qs.Al-Zalzalah :7) Subhanallah.. (Cantumkan jika ada doa khusus untuk ibu dan juga doa yang lainnya,agar kami para jamaah bisa mengaminkannya) Silahkan Klik Like dan Bagikan di halamanmu agar kamu dan teman-temanmu senantiasa istiqomah dan bisa meningkatkan ketakwaannya kepada ALLAH SWT. Ya ALLAH... ? Muliakanlah orang yang membaca tausiah ini ? Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid ? Lapangkanlah hatinya ? Bahagiakanlah keluarganya ? Luaskan rezekinya seluas lautan ? Mudahkan segala urusannya ? Kabulkan cita-citanya ? Jauhkan dari segala Musibah ? Jauhkan dari segala Penyakit,Fitnah ,Prasangka Keji,Berkata Kasar dan Mungkar. ? Dan dekatkanlah jodohnya untuk orang yang membaca dan membagikan tausiah ini. Aamiin ya Rabbal'alamin ____________________________ 10 Surah Al-Qur'an Dapat Menghalangi Dari 10 Ujian Besar Allah SWT 1. Surah Al-Fatihah dapat memadamkan kemurkaan Allah SWT, baca selengkapnya di sini: Sehat Wal 'afiat insya'allah bermanfa'at
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 18 07:19PM  

    takbir - Social Mention
     
     
     
    SHOLAT DHUHA, PERLU GAK SIH ? Siapa yang istiqomah melaksanakan Shalat DHUHA Insya Allah, Allah SWT akan menjamin baginya dengan jaminan istimewa di dunia dan akhirat. Shalat Dhuha, shalat sunat pada pagi hari kira2 pukul 7-11 Rakaatnya bisa 2 sampai 12 rakaat ... A. MENGAPA KITA DISUNNAHKAN SHALAT DHUHA ? .. 1.Wasiat Baginda Rasulullah SAW ... dari Abu Hurairah, "Kekasihku (Nabi Muhammad) mewasiatkan kepadaku untuk berpuasa tiga hari dalam tiap bulan, melakukan dua rakaat sholat Dhuha dan melakukan sholat witir sebelum tidur." (HR. Bukhari Muslim) Jadi Shalat ini merupakan kebiasaan Rasulullah yg patut kita ikuti 2.Sedekah untuk tiap ruas tulang kita ... Dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu, Rasulullah bersabda, .. "Tiap pagi ada kewajiban sedekah bagi tiap ruas tulang kalian, Setiap tasbih adalah sedekah, Setiap tahmid adalah sedekah, Setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan untuk melakukan kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah, dan semua itu dapat tercukupi dengan melakukan dua rakaat sholat Dhuha." (HR. Muslim) 3.Sholatnya orang-orang yang bertaubat (penghapus dosa) .. "Shalatnya orang-orang yang bertaubat adalah pada saat berdirinya anak unta karena teriknya matahari." (HR. Muslim) "Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak busa lautan." (H.R Turmudzi) B. KEUTAMAAN SHALAT DHUHA ... Mungkin kita sering menyepelekan shalat dhuha, padahal sangat disayangkan kalau kita melewatkan shalat ini setiap harinya … Dari Keutamaan2 dibawah ini semoga bisa mencerahkan bathin pikiran kita agar mau meluangkan waktu untuk shalat ini ... 1.Limpahan barokah sepanjang hari serta bathin yg damai .. "Hai anak Adam, tunaikanlah kewajibanmu untuk KU, yaitu shalat empat rakaat pada pagi hari, niscaya Aku akan mencukupi sepanjang harimu (Hadits Qudsi Riwayat Imam Ahmad, Abu Ya'la). Dari hadits qudsi ini, Allah akan melimpahkan barokah sepanjang hari dari shalat empat rakaat dhuha kita, yang menyebabkan bathin terasa damai walaupun banyak rintangan hidup. 2.Terbukanya pintu rezeki yang luas dan diberi keberkahan hidup di dunia&akhirat ... Coba kita cermati isi do'a yang dibaca setelah shalat dhuha ini : "Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, kecantikan ialah kencantikan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, kekuatan itu kekuatan-Mu, kekuasaan itu kekuasaan-Mu, dan perlindungan itu perlindungan Mu". Ya Allah, jika rizqiku masih diatas langit, turunkanlah , dan jika ada di didalam bumi, keluarkanlah, jika sukar, mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba Mu yang shaleh". Dari doa tersebut kita banyak memohon agar pintu rizqi kita diluaskan, karena semakin kita banyak berdoa dan beramal sholeh (salah satunya shalat dhuha) maka permohonan dan doa kita akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah. Di dunia kita diberi keberkahan hidup dan di akhirat kita InsyaAllah diberikan surga sperti pada hadits qudsi : ... "Sesungguhnya di dalam syurga, ada pintu yang dinamakan pintu DHUHA, maka ketika datang hari kiamat memanggillah (yang memanggil Allah), dimanakah orang yang selalu mengerjakan shalat atas Ku dengan shalat DHUHA? inilah pintu kamu, maka masuklah kamu ke dalam syurga dengan rahmat Allah". (Riwayat Thabrani dari Abu Huraerah). *** Nah gimana gimana?? sudah baca semua kan? Mari kita usahakan agar Shalat Dhuha ini bisa kita laksanakan secara istiqomah (terus menerus) .. "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (Qs.Al-Zalzalah :7) Subhanallah.. (Cantumkan jika ada doa khusus untuk ibu dan juga doa yang lainnya,agar kami para jamaah bisa mengaminkannya) Silahkan Klik Like dan Bagikan di halamanmu agar kamu dan teman-temanmu senantiasa istiqomah dan bisa meningkatkan ketakwaannya kepada ALLAH SWT. Ya ALLAH... ? Muliakanlah orang yang membaca tausiah ini ? Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid ? Lapangkanlah hatinya ? Bahagiakanlah keluarganya ? Luaskan rezekinya seluas lautan ? Mudahkan segala urusannya ? Kabulkan cita-citanya ? Jauhkan dari segala Musibah ? Jauhkan dari segala Penyakit,Fitnah ,Prasangka Keji,Berkata Kasar dan Mungkar. ? Dan dekatkanlah jodohnya untuk orang yang membaca dan membagikan tausiah ini. Aamiin ya Rabbal'alamin ____________________________ 10 Surah Al-Qur'an Dapat Menghalangi Dari 10 Ujian Besar Allah SWT 1. Surah Al-Fatihah dapat memadamkan kemurkaan Allah SWT, baca selengkapnya di sini: Sehat Wal 'afiat insya'allah bermanfa'at
    http://www.facebook.com/permalink.php?id=100004307863106&v=wall&story_fbid=252737211546539
    Nov 18th 2013, 18:37
     
     
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/Cs0hBK

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 18 07:19PM  

    takbir - Social Mention
     
     
     
    Assalam moakeykoum DES OUBLIES QUI N'OCCASIONNENT PAS DE REPARATION. 1.Celui qui oublie un takbir autre que la première takbire. 2.Celui qui oublie un samial lahou liman hamidahou. 3.Celui qui oublie de lire le kounout. 4.Celui qui oublie de lever les mains à hauteur des oreilles au première takbir 5.Celui qui oublie de tourner la tête sur le coté pour le salam. 6.Celui qui oublie de lire le tasbihi au moment de la genuflexion. 7.Celui qui oublie alla houma rabana wa lakalahamdou. NB:Ces actes sont des sounnas qui n'entraînent pas des prosternations celui qui leur fait une prosternation sa prière n'est pas valable. Ô ALLAH FACILITE NOUS LA TÂCHE.
    http://www.facebook.com/permalink.php?id=100005852052802&v=wall&story_fbid=181043165434084
    Nov 18th 2013, 18:43
     
     
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/Cs0hBK

     

 takbir - Social Mention: ASSALAMUALIKUM KEUTAMAAN ,MANFAAT DAN RAHASIANYA SERTA TATA CARA SHOLAT DHUHA6 Keutamaan Sholat Dhuha6 Keutamaan Sholat DhuhaSebelum kita membaca Artikel tentang 6 Keutamaan Sholat Dhuha mari kita membaca Bismillahirrahmanirrahim ...Hadits Rasulullah Muhammad saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusiaDari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:"Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala" (HR Muslim).2. Ghanimah (keuntungan) yang besarDari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.Nabi saw berkata: "Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!".Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).Lalu Rasulullah saw berkata; "Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?"Mereka menjawab; "Ya!Rasul saw berkata lagi:"Barangsiapa yang berwudhu', kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya." (Shahih al-Targhib: 666)3. Sebuah rumah di surgaBagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:"Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga." (Shahih al-Jami`: 634)4. Memperoleh ganjaran di sore hariDari Abu Darda' ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:Allah ta`ala berkata: "Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya" (Shahih al-Jami: 4339).Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: "Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi'arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika"(Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: "Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu").5. Pahala UmrahDari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:"Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…" (Shahih al-Targhib: 673).Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:"Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna.." (Shahih al-Jami`: 6346).6. Ampunan Dosa"Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan." (HR Tirmidzi)Sekian Artikel tentang 6 Keutamaan Sholat Dhuha , semoga bermanfaat bagi kita semua , Amin MASIH DI LANJUT DI BAWAHNYA INI,,KEUTAMAAN ,MANFAAT DAN RAHASIANYA,Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: "Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma'ruf) dan melarang dari berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua rakaat yang dilaksanakan di waktu Dhuha."[HR. Muslim, Abu Dawud dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah]Dari Abu Hurairah, ia berkata: "Kekasihku Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah berwasiat kepadaku tiga perkara: [1] puasa tiga hari setiap bulan, [2] dua rakaat shalat Dhuha dan [3] melaksanakan shalat witir sebelum tidur."[HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa'i, Ahmad dan Ad-Darami]Dari Abud Darda, ia berkata: "Kekasihku telah berwasiat kepadaku tiga hal. Hendaklah saya tidak pernah meninggalkan ketiga hal itu selama saya masih hidup: [1] menunaikan puasa selama tiga hari pada setiap bulan, [2] mengerjakan shalat Dhuha, dan [3] tidak tidur sebelum menunaikan shalat Witir."[HR. Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Nasa'i]Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga".[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]Dari Abu Said [Al-Khudry], ia berkata: Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhuha, sehingga kami mengira bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya. Dan jika beliau meninggalkannya, kami mengira seakan-akan beliau tidak pernah mengerjakannya".[HR. Turmuzi, hadis hasan]Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Shalat Dhuha itu dapat mendatangkan rejeki dan menolak kefakiran. Dan tidak ada yang akan memelihara shalat Dhuha melainkan orang-orang yang bertaubat."[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]Anjuran Shalat Dhuh. SEMUGA BERMENFAAT UNTUK AHIRAT
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 18 07:19PM  

    takbir - Social Mention
     
     
     
    ASSALAMUALIKUM KEUTAMAAN ,MANFAAT DAN RAHASIANYA SERTA TATA CARA SHOLAT DHUHA6 Keutamaan Sholat Dhuha6 Keutamaan Sholat DhuhaSebelum kita membaca Artikel tentang 6 Keutamaan Sholat Dhuha mari kita membaca Bismillahirrahmanirrahim ...Hadits Rasulullah Muhammad saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusiaDari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:"Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala" (HR Muslim).2. Ghanimah (keuntungan) yang besarDari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.Nabi saw berkata: "Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!".Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).Lalu Rasulullah saw berkata; "Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?"Mereka menjawab; "Ya!Rasul saw berkata lagi:"Barangsiapa yang berwudhu', kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya." (Shahih al-Targhib: 666)3. Sebuah rumah di surgaBagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:"Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga." (Shahih al-Jami`: 634)4. Memperoleh ganjaran di sore hariDari Abu Darda' ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:Allah ta`ala berkata: "Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya" (Shahih al-Jami: 4339).Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: "Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi'arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika"(Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: "Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu").5. Pahala UmrahDari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:"Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…" (Shahih al-Targhib: 673).Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:"Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna.." (Shahih al-Jami`: 6346).6. Ampunan Dosa"Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan." (HR Tirmidzi)Sekian Artikel tentang 6 Keutamaan Sholat Dhuha , semoga bermanfaat bagi kita semua , Amin MASIH DI LANJUT DI BAWAHNYA INI,,KEUTAMAAN ,MANFAAT DAN RAHASIANYA,Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: "Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma'ruf) dan melarang dari berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua rakaat yang dilaksanakan di waktu Dhuha."[HR. Muslim, Abu Dawud dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah]Dari Abu Hurairah, ia berkata: "Kekasihku Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah berwasiat kepadaku tiga perkara: [1] puasa tiga hari setiap bulan, [2] dua rakaat shalat Dhuha dan [3] melaksanakan shalat witir sebelum tidur."[HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa'i, Ahmad dan Ad-Darami]Dari Abud Darda, ia berkata: "Kekasihku telah berwasiat kepadaku tiga hal. Hendaklah saya tidak pernah meninggalkan ketiga hal itu selama saya masih hidup: [1] menunaikan puasa selama tiga hari pada setiap bulan, [2] mengerjakan shalat Dhuha, dan [3] tidak tidur sebelum menunaikan shalat Witir."[HR. Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Nasa'i]Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga".[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]Dari Abu Said [Al-Khudry], ia berkata: Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhuha, sehingga kami mengira bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya. Dan jika beliau meninggalkannya, kami mengira seakan-akan beliau tidak pernah mengerjakannya".[HR. Turmuzi, hadis hasan]Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Shalat Dhuha itu dapat mendatangkan rejeki dan menolak kefakiran. Dan tidak ada yang akan memelihara shalat Dhuha melainkan orang-orang yang bertaubat."[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]Anjuran Shalat Dhuh. SEMUGA BERMENFAAT UNTUK AHIRAT
    http://www.facebook.com/permalink.php?id=100006128765758&v=wall&story_fbid=1432656680281944
    Nov 18th 2013, 18:58
     
     
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/Cs0hBK

     

 takbir - Social Mention: SHOLAT DHUHA, PERLU GAK SIH ? Siapa yang istiqomah melaksanakan Shalat DHUHA Insya Allah, Allah SWT akan menjamin baginya dengan jaminan istimewa di dunia dan akhirat. Shalat Dhuha, shalat sunat pada pagi hari kira2 pukul 7-11 Rakaatnya bisa 2 sampai 12 rakaat ... A. MENGAPA KITA DISUNNAHKAN SHALAT DHUHA ? .. 1.Wasiat Baginda Rasulullah SAW ... dari Abu Hurairah, "Kekasihku (Nabi Muhammad) mewasiatkan kepadaku untuk berpuasa tiga hari dalam tiap bulan, melakukan dua rakaat sholat Dhuha dan melakukan sholat witir sebelum tidur." (HR. Bukhari Muslim) Jadi Shalat ini merupakan kebiasaan Rasulullah yg patut kita ikuti 2.Sedekah untuk tiap ruas tulang kita ... Dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu, Rasulullah bersabda, .. "Tiap pagi ada kewajiban sedekah bagi tiap ruas tulang kalian, Setiap tasbih adalah sedekah, Setiap tahmid adalah sedekah, Setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan untuk melakukan kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah, dan semua itu dapat tercukupi dengan melakukan dua rakaat sholat Dhuha." (HR. Muslim) 3.Sholatnya orang-orang yang bertaubat (penghapus dosa) .. "Shalatnya orang-orang yang bertaubat adalah pada saat berdirinya anak unta karena teriknya matahari." (HR. Muslim) "Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak busa lautan." (H.R Turmudzi) B. KEUTAMAAN SHALAT DHUHA ... Mungkin kita sering menyepelekan shalat dhuha, padahal sangat disayangkan kalau kita melewatkan shalat ini setiap harinya … Dari Keutamaan2 dibawah ini semoga bisa mencerahkan bathin pikiran kita agar mau meluangkan waktu untuk shalat ini ... 1.Limpahan barokah sepanjang hari serta bathin yg damai .. "Hai anak Adam, tunaikanlah kewajibanmu untuk KU, yaitu shalat empat rakaat pada pagi hari, niscaya Aku akan mencukupi sepanjang harimu (Hadits Qudsi Riwayat Imam Ahmad, Abu Ya'la). Dari hadits qudsi ini, Allah akan melimpahkan barokah sepanjang hari dari shalat empat rakaat dhuha kita, yang menyebabkan bathin terasa damai walaupun banyak rintangan hidup. 2.Terbukanya pintu rezeki yang luas dan diberi keberkahan hidup di dunia&akhirat ... Coba kita cermati isi do'a yang dibaca setelah shalat dhuha ini : "Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, kecantikan ialah kencantikan-Mu, keindahan itu keindahan- Mu, kekuatan itu kekuatan-Mu, kekuasaan itu kekuasaan-Mu, dan perlindungan itu perlindungan Mu". Ya Allah, jika rizqiku masih diatas langit, turunkanlah , dan jika ada di didalam bumi, keluarkanlah, jika sukar, mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba Mu yang shaleh". Dari doa tersebut kita banyak memohon agar pintu rizqi kita diluaskan, karena semakin kita banyak berdoa dan beramal sholeh (salah satunya shalat dhuha) maka permohonan dan doa kita akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah. Di dunia kita diberi keberkahan hidup dan di akhirat kita InsyaAllah diberikan surga sperti pada hadits qudsi : ... "Sesungguhnya di dalam syurga, ada pintu yang dinamakan pintu DHUHA, maka ketika datang hari kiamat memanggillah (yang memanggil Allah), dimanakah orang yang selalu mengerjakan shalat atas Ku dengan shalat DHUHA? inilah pintu kamu, maka masuklah kamu ke dalam syurga dengan rahmat Allah". (Riwayat Thabrani dari Abu Huraerah). *** Nah gimana gimana?? sudah baca semua kan? Mari kita usahakan agar Shalat Dhuha ini bisa kita laksanakan secara istiqomah (terus menerus) .. "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (Qs.Al-Zalzalah :7)
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 18 07:19PM  

    takbir - Social Mention
     
     
     
    SHOLAT DHUHA, PERLU GAK SIH ? Siapa yang istiqomah melaksanakan Shalat DHUHA Insya Allah, Allah SWT akan menjamin baginya dengan jaminan istimewa di dunia dan akhirat. Shalat Dhuha, shalat sunat pada pagi hari kira2 pukul 7-11 Rakaatnya bisa 2 sampai 12 rakaat ... A. MENGAPA KITA DISUNNAHKAN SHALAT DHUHA ? .. 1.Wasiat Baginda Rasulullah SAW ... dari Abu Hurairah, "Kekasihku (Nabi Muhammad) mewasiatkan kepadaku untuk berpuasa tiga hari dalam tiap bulan, melakukan dua rakaat sholat Dhuha dan melakukan sholat witir sebelum tidur." (HR. Bukhari Muslim) Jadi Shalat ini merupakan kebiasaan Rasulullah yg patut kita ikuti 2.Sedekah untuk tiap ruas tulang kita ... Dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu, Rasulullah bersabda, .. "Tiap pagi ada kewajiban sedekah bagi tiap ruas tulang kalian, Setiap tasbih adalah sedekah, Setiap tahmid adalah sedekah, Setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan untuk melakukan kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah, dan semua itu dapat tercukupi dengan melakukan dua rakaat sholat Dhuha." (HR. Muslim) 3.Sholatnya orang-orang yang bertaubat (penghapus dosa) .. "Shalatnya orang-orang yang bertaubat adalah pada saat berdirinya anak unta karena teriknya matahari." (HR. Muslim) "Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak busa lautan." (H.R Turmudzi) B. KEUTAMAAN SHALAT DHUHA ... Mungkin kita sering menyepelekan shalat dhuha, padahal sangat disayangkan kalau kita melewatkan shalat ini setiap harinya … Dari Keutamaan2 dibawah ini semoga bisa mencerahkan bathin pikiran kita agar mau meluangkan waktu untuk shalat ini ... 1.Limpahan barokah sepanjang hari serta bathin yg damai .. "Hai anak Adam, tunaikanlah kewajibanmu untuk KU, yaitu shalat empat rakaat pada pagi hari, niscaya Aku akan mencukupi sepanjang harimu (Hadits Qudsi Riwayat Imam Ahmad, Abu Ya'la). Dari hadits qudsi ini, Allah akan melimpahkan barokah sepanjang hari dari shalat empat rakaat dhuha kita, yang menyebabkan bathin terasa damai walaupun banyak rintangan hidup. 2.Terbukanya pintu rezeki yang luas dan diberi keberkahan hidup di dunia&akhirat ... Coba kita cermati isi do'a yang dibaca setelah shalat dhuha ini : "Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, kecantikan ialah kencantikan-Mu, keindahan itu keindahan- Mu, kekuatan itu kekuatan-Mu, kekuasaan itu kekuasaan-Mu, dan perlindungan itu perlindungan Mu". Ya Allah, jika rizqiku masih diatas langit, turunkanlah , dan jika ada di didalam bumi, keluarkanlah, jika sukar, mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba Mu yang shaleh". Dari doa tersebut kita banyak memohon agar pintu rizqi kita diluaskan, karena semakin kita banyak berdoa dan beramal sholeh (salah satunya shalat dhuha) maka permohonan dan doa kita akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah. Di dunia kita diberi keberkahan hidup dan di akhirat kita InsyaAllah diberikan surga sperti pada hadits qudsi : ... "Sesungguhnya di dalam syurga, ada pintu yang dinamakan pintu DHUHA, maka ketika datang hari kiamat memanggillah (yang memanggil Allah), dimanakah orang yang selalu mengerjakan shalat atas Ku dengan shalat DHUHA? inilah pintu kamu, maka masuklah kamu ke dalam syurga dengan rahmat Allah". (Riwayat Thabrani dari Abu Huraerah). *** Nah gimana gimana?? sudah baca semua kan? Mari kita usahakan agar Shalat Dhuha ini bisa kita laksanakan secara istiqomah (terus menerus) .. "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (Qs.Al-Zalzalah :7)
    http://www.facebook.com/permalink.php?id=148885561958424&v=wall&story_fbid=211804458999867
    Nov 18th 2013, 19:03
     
     
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/Cs0hBK

     

 takbir - Social Mention: Perbedaan Antara Dakwah Terhadap Orang Yang Jahil (Tidak Berilmu) Dan Ahlil Hawa (Ahli Bid'ah) (bag.1) Sesungguhnya orang yang meneliti sunnah Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam merenungkan dan memikirkannya. Begitu juga dengan jalan para sahabat serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, niscaya akan melihat bahwa mereka betul-betul mempunyai manhaj yang kokoh. Dalam sikap mutaba'ah ini terdapat garis tegas yang memisahkan dakwah orang yang jahil dan ahli bid'ah serta orang-orang yang mengikuti hawa nafsu (dengan dakwah Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam dan para pengikutnya -ed). Perbedaan sangat menyolok terjadi antara mereka yang kesalahannya itu karena kejahilan dan orang-orang yang berjalan di atas manhaj ahli bid'ah, yang akibatnya adalah kesalahan dan ketergelinciran. Maka, kita lihat para pendahulu kita biasanya mengajari orang yang jahil, dan menegakkan hujjah di hadapan ahli bid'ah yang keras kepala dan sombong. Mari kita perhatikan bagaimana nash-nash dari ayat dan hadits berikut ini untuk memahami hal ini: Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari hadits Anas , katanya:"tatkala kami duduk di masjid bersama Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam, tiba-tiba datang seorang Arab badui (dusun) kemudian bawl (buang air kecil) di dalam masjid. Para sahabat Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam menegur:"Hus. Hus." Anas berkata lagi:"Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam bersabda: "Jangan kalian putuskan dia (dari bawlnya). Biarkan dia." Merekapun membiarkannya sampai selesai. Kemudian Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam memanggilnya dan berkata kepadanya:" Sesungguhnya mesjid ini tidak layak baginya apapun seperti bawl dan kotoran. Mesjid ini adalah untuk dzikir mengingat Allah ,shalat dan membaca Al-Quran." (HR. Muslim ). Coba perhatikan manhaj nabawi yang lurus ini. Bagaimana beliau memulai melalui pendidikan dan bimbingan karena jahilnya mad'u dan tidak memiliki ilmu tentang hukum syari'at dalam masalah tersebut. Demikian juga yang disebutkan oleh Imam Muslim dari hadits Mu'awiyah bin Al-Hakam As Sulami . ia berkata: "Ketika saya sedang shalat bersama Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam, tiba-tiba ada seseorang yang bersin, segera saya berkata : (semoga Allah merahmatimu). Ternyata mereka melihat kepada saya, lalu saya berkata:"Aduh, malangnya ibuku. Apa urusan kalian melihat kepada saya?"Mereka memukulkan tangan ke paha mereka masing-masing. Setelah Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam selesai shalat. Sungguh bapak dan ibukujadi tebusan beliau, saya tidak pernah melihat seorang pendidik sebelum dan sesudah beliau yang lebih baik didikannya dibandaingkan beliau. Demi Allah beliau tidak membentakku, tidak memukulku dan tidak pula mencercaku. Beliau berkata: "Sesungguhnya shalat ini tidak pantas di dalamnya sedikitpun ucapan manusia. Shalat itu isinya tasbih, takbir dan membaca Al Quran." Perhatikanlah wahai para da'i. Bagaimana kebiasaan Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam bersama kaum muslimin yang (masih) jahil yang terjerumus ke dalam hal-hal yang dilarang oleh Allah. Atau melakukan sesuatu yang menyelisihi syari'at Islam karena kebodohan mereka. Maka sudah menjadi kebiasaan beliau Shalallahu'alaihiwassalam untuk memberikan pendidikan kepada mereka, menerangkan al haq beserta dalil-dalilnya dengan sikap lemah lembut. Oleh sebab itu wajib bagi seorang da'i untuk menjadi seorang yang penyayang, pengasih dan santun kepada para mad'unya. Tetap mengharapkan hidayah buat mereka. Senantiasa bermuamalah dengan sesama manusia sesuai menurut keadaan mereka masing-masing. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam yang patut diteladani. Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam betul-betul seorang yang paling besar kasih sayangnya kepada sesama manusia. Ketika seorang Arab badui tiba-tiba berada di hadapan Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam yang sedang tidur, lalu menghunuskan pedangnya sambil berkata: " siapa yang akan menyelamatkanmu dari saya?" Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam berkata:"Allah." Pedang di tangan badui itu terlepas,segera Rasulullah shalallahu'alaihiwassalam mengambilnya dan berkata: "Siapa yang akan menyelamatkanmu dari saya?" Ternyata Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam tidak menghukumnya bahkan memaafkannya. Akhirnya dia masuk islam. Perhatikanlah bagaimana kasih sayang Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam kepada mad'u, besar keinginan beliau agar mereka memperoleh kebaikan, sehingga hal ini kemudian menjadi salah satu sebab mendapat hidayahnya orang yang diajaknya (kepada islam). Selanjutnya, kejadian ini menjadi satu metode yang sangat berpengaruh dan bermanfaat untuk diterimanya sebuah dakwah. Maka, tidak mungkin membuka hati manusia menerima dakwah kecuali dengan cara-cara nubuwwah yang bersumber dari rasa cinta agar manusia itu memperoleh kebaikan dan mendapat hidayah. Jadi , kalau didikan dengan cara lemah lembut kepada orang yang jahil,berdialog bersama mereka dengan cara yang baik dalam setiap hal akan mendorong disambutnya dakwah, maka wajib bagi seorang da'i untuk menempuh metode yang demikian. Sebab tidak akan sempurna satu kewajiban dalam dakwah ini kecuali dengan perkara tersebut, maka perkara tersebut menjadi wajib pula hukumnya. ( Dikutip dari buku Manhaj Dakwah Salafiyah, Pustaka Al HAURA) Artikel:salafy.or.id
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 18 07:19PM  

    takbir - Social Mention
     
     
     
    Perbedaan Antara Dakwah Terhadap Orang Yang Jahil (Tidak Berilmu) Dan Ahlil Hawa (Ahli Bid'ah) (bag.1) Sesungguhnya orang yang meneliti sunnah Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam merenungkan dan memikirkannya. Begitu juga dengan jalan para sahabat serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, niscaya akan melihat bahwa mereka betul-betul mempunyai manhaj yang kokoh. Dalam sikap mutaba'ah ini terdapat garis tegas yang memisahkan dakwah orang yang jahil dan ahli bid'ah serta orang-orang yang mengikuti hawa nafsu (dengan dakwah Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam dan para pengikutnya -ed). Perbedaan sangat menyolok terjadi antara mereka yang kesalahannya itu karena kejahilan dan orang-orang yang berjalan di atas manhaj ahli bid'ah, yang akibatnya adalah kesalahan dan ketergelinciran. Maka, kita lihat para pendahulu kita biasanya mengajari orang yang jahil, dan menegakkan hujjah di hadapan ahli bid'ah yang keras kepala dan sombong. Mari kita perhatikan bagaimana nash-nash dari ayat dan hadits berikut ini untuk memahami hal ini: Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari hadits Anas , katanya:"tatkala kami duduk di masjid bersama Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam, tiba-tiba datang seorang Arab badui (dusun) kemudian bawl (buang air kecil) di dalam masjid. Para sahabat Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam menegur:"Hus. Hus." Anas berkata lagi:"Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam bersabda: "Jangan kalian putuskan dia (dari bawlnya). Biarkan dia." Merekapun membiarkannya sampai selesai. Kemudian Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam memanggilnya dan berkata kepadanya:" Sesungguhnya mesjid ini tidak layak baginya apapun seperti bawl dan kotoran. Mesjid ini adalah untuk dzikir mengingat Allah ,shalat dan membaca Al-Quran." (HR. Muslim ). Coba perhatikan manhaj nabawi yang lurus ini. Bagaimana beliau memulai melalui pendidikan dan bimbingan karena jahilnya mad'u dan tidak memiliki ilmu tentang hukum syari'at dalam masalah tersebut. Demikian juga yang disebutkan oleh Imam Muslim dari hadits Mu'awiyah bin Al-Hakam As Sulami . ia berkata: "Ketika saya sedang shalat bersama Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam, tiba-tiba ada seseorang yang bersin, segera saya berkata : (semoga Allah merahmatimu). Ternyata mereka melihat kepada saya, lalu saya berkata:"Aduh, malangnya ibuku. Apa urusan kalian melihat kepada saya?"Mereka memukulkan tangan ke paha mereka masing-masing. Setelah Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam selesai shalat. Sungguh bapak dan ibukujadi tebusan beliau, saya tidak pernah melihat seorang pendidik sebelum dan sesudah beliau yang lebih baik didikannya dibandaingkan beliau. Demi Allah beliau tidak membentakku, tidak memukulku dan tidak pula mencercaku. Beliau berkata: "Sesungguhnya shalat ini tidak pantas di dalamnya sedikitpun ucapan manusia. Shalat itu isinya tasbih, takbir dan membaca Al Quran." Perhatikanlah wahai para da'i. Bagaimana kebiasaan Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam bersama kaum muslimin yang (masih) jahil yang terjerumus ke dalam hal-hal yang dilarang oleh Allah. Atau melakukan sesuatu yang menyelisihi syari'at Islam karena kebodohan mereka. Maka sudah menjadi kebiasaan beliau Shalallahu'alaihiwassalam untuk memberikan pendidikan kepada mereka, menerangkan al haq beserta dalil-dalilnya dengan sikap lemah lembut. Oleh sebab itu wajib bagi seorang da'i untuk menjadi seorang yang penyayang, pengasih dan santun kepada para mad'unya. Tetap mengharapkan hidayah buat mereka. Senantiasa bermuamalah dengan sesama manusia sesuai menurut keadaan mereka masing-masing. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam yang patut diteladani. Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam betul-betul seorang yang paling besar kasih sayangnya kepada sesama manusia. Ketika seorang Arab badui tiba-tiba berada di hadapan Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam yang sedang tidur, lalu menghunuskan pedangnya sambil berkata: " siapa yang akan menyelamatkanmu dari saya?" Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam berkata:"Allah." Pedang di tangan badui itu terlepas,segera Rasulullah shalallahu'alaihiwassalam mengambilnya dan berkata: "Siapa yang akan menyelamatkanmu dari saya?" Ternyata Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam tidak menghukumnya bahkan memaafkannya. Akhirnya dia masuk islam. Perhatikanlah bagaimana kasih sayang Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam kepada mad'u, besar keinginan beliau agar mereka memperoleh kebaikan, sehingga hal ini kemudian menjadi salah satu sebab mendapat hidayahnya orang yang diajaknya (kepada islam). Selanjutnya, kejadian ini menjadi satu metode yang sangat berpengaruh dan bermanfaat untuk diterimanya sebuah dakwah. Maka, tidak mungkin membuka hati manusia menerima dakwah kecuali dengan cara-cara nubuwwah yang bersumber dari rasa cinta agar manusia itu memperoleh kebaikan dan mendapat hidayah. Jadi , kalau didikan dengan cara lemah lembut kepada orang yang jahil,berdialog bersama mereka dengan cara yang baik dalam setiap hal akan mendorong disambutnya dakwah, maka wajib bagi seorang da'i untuk menempuh metode yang demikian. Sebab tidak akan sempurna satu kewajiban dalam dakwah ini kecuali dengan perkara tersebut, maka perkara tersebut menjadi wajib pula hukumnya. ( Dikutip dari buku Manhaj Dakwah Salafiyah, Pustaka Al HAURA) Artikel:salafy.or.id
    http://www.facebook.com/permalink.php?id=100000729508679&v=wall&story_fbid=674007182633592
    Nov 18th 2013, 19:07
     
     
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/Cs0hBK

     

 takbir - Social Mention: La prière des deux 'id par Cheykh Al Outhaymin (رحمه الله) Louange à Allah, c'est Lui dont nous implorons le secours et la guidée. Nous cherchons refuge auprès de Lui contre la méchanceté de nous-même et contre nos mauvaises actions. Celui qu'Allah guide, ne s'égarera jamais et celui qu'Allah égare ne sera jamais guidé. Je témoigne que Le Seul qui mérite l'adoration est Allah l'Unique et que Mouhammad (صلى الله عليه و سلم) est Son adorateur et Son messager. Sache que la parole la plus saine et la plus véridique est celle d'Allah (Coran) et le chemin le plus droit est celui du Prophète Mouhammad (صلى الله عليه و سلم). Et la plus mauvaise des choses est la nouveauté et toute nouveauté est une innovation, et toute innovation est un égarement et tout égarement est en enfer. « Je vous ai laissé sur une voie claire de nuit comme de jour, ne s'en égare que celui qui est voué à la perdition. » Rapporté par Ahmed et ibn Majah Un jour de l'Aïd, 'Omar ibn 'Abdelaziz (qui fut khalife pendant deux ans et demi) vit un de ses fils avec un vêtement déchiré et se mit à pleurer. Son fils lui dit alors : « Mais qu'est-ce qui te fait pleurer prince des croyants ? » Alors 'Omar répondit : « Ô mon fils ! J'ai peur que ton cœur ne se brise lorsque tu verras les enfants parés de beaux vêtements pour l'Aïd alors que toi, tu es habillé de la sorte ». Alors l'enfant lui dit : « Ô prince des croyants ! Celui dont le cœur se brise est celui qui est privé de la satisfaction d'Allah ou bien qui a désobéit à son père ou à sa mère ! Quant à moi j'espère qu'Allah est satisfait de moi du fait que toi tu sois satisfait de moi. » Alors 'Omar se mit à pleurer, serra son fils contre lui, l'embrassa, et fit des invocations pour lui. Nous aussi, Ô Allah ! Nous témoignons que nous sommes satisfaits de Toi en tant que Seigneur, et de l'Islam en tant que culte, et de Mouhammad en tant que Prophète et Messager, alors Soit satisfait de nous, et Accepte nos bonnes actions! Ce qui suit est un essai de traduction du livre : Questions & Réponses concernant la Prière des 2 fêtes du cheikh Mouhammad ibn Saleh el 'Outhaymine (رحمه الله) Traduction achevée le 7 Dhoul Hijja 1421, Oummou Yassir 1° / Doit-on faire « al Adhan » (Le Grand Appel à la prière) et « al Iqama » (Le petit appel à la prière) pour la prière de la fête (al 'aïd) ? Non, pour la prière de la fête il n'y a ni Ahdan, ni Iqama, comme le prouve la Sounnah, mais certains savants (qu'Allah leur fasse miséricorde) ont dit : « Il faut y appeler de la sorte : As-Salât Jâmi'a» ; mais aucune preuve ne crédite ces paroles, c'est donc une parole faible. Tout comme on ne peut la comparer par analogie avec la prière de l'éclipse, car une éclipse peut se produire alors que les gens ne s'en rendent même pas compte, contrairement à la prière de la fête. Donc la Sounnah est de ne pas faire al Adhan en cette occasion, ni non plus al Iqama, ni même d'y appeler par « as-Salât Jâmi'a », mais les gens s'y rendent, et quand l'imam se présente, ils prient après quoi ils assisteront au prône. 2°/ Est -il considéré comme Sounnah pour l'imam de faire son prône sur le minbar (la chair), le jour de la fête ? Oui, certains savants considèrent que c'est une Sounnah. En effet, d'après un Hadith de Jabir (رضي الله عنه), le Prophète (صلى الله عليه و سلم) a fait un prône aux gens puis Jabir a dit : « Ensuite il est descendu et alla voir les femmes » ; les savants en ont donc déduit que l'on ne pouvait descendre que d'un endroit élevé. Mais d'autres savants considèrent qu'il vaut mieux ne pas faire le prône en étant sur le minbar, mais de toute façon la question est assez large (pour contenir tous les avis.) 3°/ Quelle est la sagesse dans le fait de ne pas emprunter les mêmes chemins le jour de la fête ? (C'est à dire : prendre un chemin pour aller à la prière du 'id et prendre un autre chemin pour le retour) La sagesse, à mon avis est de suivre le messager (صلى الله عليه و سلم), car cet acte fait parti de la Sounnah. Et parmi les sagesses également, il y a le fait de laisser apparaître le rite et la cérémonie de la prière de la fête à travers tous les marchés du pays. Parmi les sagesses aussi, le fait de rendre visite à ceux qui se trouvent dans les marchés que ce soit les pauvres ou autre pour les pauvres et ceux qui se trouvent dans les marchés. Et les deux chemins empruntés témoigneront en faveur de l'individu le Jour du jugement. 4°/ Doit-on rattraper la prière de la fête si on l'a ratée ? Ce qui est juste est que l'on n'a pas à la rattraper, et celui qui aurait raté la prière de la fête alors elle ne lui incombe plus, contrairement à la prière du vendredi, car celui qui la rate doit prier le zhouhour. Et la différence entre les deux est que la prière du zhouhour est une prière qui a un temps précis, alors si l'individu ne peut pas faire la prière du vendredi, il lui incombera de prier celle de zhouhour ; Alors que la prière de la fête, est une prière qui ne se fait qu'en groupe, si l'individu manque l'assemblée qui prie, il ne devra donc pas la rattraper. 5°/ Quelle est la Sounnah pour la prière de la fête ? Prier à la mosquée ou dans le désert ? Mais si cela est Sounnah de la faire dans le désert, et bien le pays ne cesse de s'étendre, alors à chaque fois que l'on adopte un « moussala » (endroit de prière), les constructions l'envahissent de toute part, on ne se croirait plus dans le désert ? La Sounnah quant à la prière de la fête est de prier dans le désert comme le fit le Prophète, mais si le pays s'étend, il faut alors adopter un autre « moussala » dans le désert, mais si le « moussala » n'est pas déplacé il n'y a aucun mal, car le fait qu'il soit dans le désert n'est pas une obligation, mais plutôt recommandé. 6°/ Qu'en est-il des « takbirat » (c'est-à-dire : Le fait de dire « Allahou Akbar ») en plus dans la prière de la fête et du fait de lever les mains en le disant ? Les « takbirat » supplémentaires sont une Sounnah, si l'individu les fait, il en sera récompensé mais s'il ne le fait pas il ne lui en sera pas tenu grief, mais il ne faut pas les délaisser afin de pouvoir différencier la prière de la fête des autres prières. Quant à ce qu'il faut dire entre les « takbirat », les savants ont dit qu'il fallait louer Allah et prier sur le Prophète (صلى الله عليه و سلم), mais si l'individu ne le fait pas, encore une fois, il n'encoure rien ; Quant au fait de lever les mains en disant chaque « takbir », ceci est une Sounnah également. 7°/ Que faire si la fête coïncide avec le vendredi ? Dans ce cas-là il faut effectuer la prière de la fête et celle du vendredi, comme le faisait le Prophète (صلى الله عليه و سلم). Puis ceux qui ont assisté à la prière de la fête peuvent être dispensés d'être présents à la prière du vendredi, par contre ils devront prier le zhouhour, car c'est une prière prescrite à ce moment là, et on ne peut la délaisser. 8°/ Que faire si j'arrive au moment où l'imam prie et est en train de faire les « takbirat » en plus, dois-je rattraper ce que je n'ai pas fait, que dois-je faire sinon ? Si tu arrives alors que l'imam fait les « takbirat », alors fait le « takbir al Ihram » [le takbir de la sacralisation marquant le début de la prière], puis suis l'imam pour le restant de la prière ; quant à ce que tu as manqué il ne t'incombe pas de le rattraper. 9°/ Comment la législation considère-t-elle les souhaits de vœux pour le jour de la fête, et y a t-il une manière précise de les dire ? Le fait de présenter ses vœux est permis, et il n'y a aucune formule particulière à dire, mais tout ce que les gens ont pour habitude de dire est permis tant que l'on entre pas dans le péché. 10°/ Est-ce qu'il y a un ou deux prônes le jour de la fête ? La Sounnah veut qu'il n'y ait qu'un prône, mais s'il y en a deux, il n'y a aucun mal, car cela fut rapporté du Prophète (صلى الله عليه و سلم). Par contre, il ne faut surtout pas négliger, le cours spécifique réservé aux femmes, comme le faisait le Prophète (صلى الله عليه و سلم). Par contre si des haut-parleurs sont utilisés et que les femmes entendent, alors il faut qu'il consacre la fin du prône à exhorter la femme, et si les femmes n'entendent pas, l'imam doit aller les voir en étant accompagné d'un ou deux hommes et qu'il les exhorte comme il le peut. 11°/ Qu'en est-il si les gens ne sont au courant de la fête que l'après-midi ? Dans ce cas, ils mangent s'il s'agit de la fête (après le rRamadhan) et sortiront le lendemain pour aller accomplir la prière. Par contre s'il s'agit de la fête du sacrifice ('id al adha), ils sortent pour accomplir la prière le lendemain et n'égorgent le mouton qu'après la prière de la fête, car le sacrifice doit suivre la prière, et ce qui est connu dans le madhab est qu'ils effectuent les sacrifices même si la prière a été manquée, mais le premier avis est plus tangible. 12°/ Que pensez-vous de la parole de certains juristes qui disent qu'il est conseille de manger le foie de la bête sacrifiée, et y a t-il un argument a cela ? Les savants ont dit : « Il est conseillé de manger de la bête sacrifiée et pour cela il y a une preuve dans le Coran et la Sounnah ». Allah a dit : Traduction relative et approchée : {mangez-en et nourrissez-en le besogneux misérable} S22 V28 Et le Prophète (صلى الله عليه و سلم) a ordonné à ce que l'on mange de la bête sacrifiée, et lui-même en mangea, donc nous avons ici une Sounnah verbale et gestuelle. Quant au fait que se soit du foi, les savants l'on choisi car c'est ce qu'il y a de plus facile et de plus rapide à cuire et non parce que ce serait une forme d'adoration à Allah. 13°/ Si la prière de la fête est effectuée à plusieurs endroits dans la même ville, qu'en est-il ? Si cela est nécessaire alors il n'y a pas de mal, tout comme pour la prière du vendredi. Allah a dit : Traduction relative et approchée : {Et Il ne vous a imposé aucune gêne dans la religion} S22 V78 Et le fait de refuser que la prière soit effectuée à des endroits différents reviendrait à priver certaines personnes de la prière de la fête et du vendredi. La nécessité est considérée comme telle si par exemple la ville est tellement grande que venir d'une extrémité à l'autre serait difficile. Par contre s'il n'y a aucune nécessité il ne faut la faire que dans un seul et même lieu. 14°/ Que pensez -vous de la parole de certains savants qui disent que celui qui est en état d'i'tikaf (c'est a dire en retraite pieuse, les derniers jours de ramadhan) doit se rendre à la prière de la fête avec les vêtements qu'il avait lors de son i'tikaf ? Je pense que cela est contraire à la Sounnah, car la Sounnah, le jour de la fête est de s'embellir, que ce soit un homme qui ait fait l'i'tikaf ou non. 15°/ Que faire si l'on oublie les « takbirat (durant la salât) de la fête et que l'on a commencé à lire le Coran, doit on recommencer ? Si l'individu a oublié les « takbirat » et qu'il a commencé à lire le Coran alors il ne lui incombe plus de les faire car c'est une Sounnah et le moment ou elle devait être faite est passé tout comme une personne qui aurait oublié de lire « dou'a al istiftah » (invocation de l'ouverture à faire entre « takbir al ihram » et la lecture de la Fatiha), et qu'il a commencé à réciter le Coran alors elle ne lui incombe plus. 16°/ Que fait l'individu s'il arrive au moment ou l'imam a commencé a faire les « takbirat » ? Nous avons déjà répondu à cette question, s'il arrive alors que l'imam est en train de faire les « takbirat .» Maintenant s'il arrive et que l'imam est en inclinaison, il fait « takbiratoul iIhram » puis s'incline, et s'il arrive alors que l'imam a terminé alors il ne rattrape pas la prière. 17°/ Est ce que le lieux où l'on fait la prière de la fête est considéré comme un « masjid » et par conséquent doit-on y faire les deux unités de prière (rakats) du masjid ? Oui, le « moussalat al 'id » (le lieu prière de la fête) est une mosquée « masjid » et c'est d'ailleurs pour cela que le Prophète (صلى الله عليه و سلم) a interdit à la femme qui a ses règle d'y rester et lui a ordonné de s'en éloigner. Donc si l'individu y entre, il ne doit s'asseoir qu'après avoir prié les deux unités de prière, par contre il ne doit faire aucune autre prière surérogatoire ni avant ni après la prière et ce car le Prophète (صلى الله عليه و سلم) ne pria ni avant ni après. Seulement « tahiat al masjid » à une cause particulière. 18°/ Y a t-il une Sounnah particulière à effectuer la nuit (la veille) de la fête ? Je ne connais pas de Sounnah particulière pour la nuit de la fête excepté ce qui est connu comme invocation et takbir. Allah a dit : Traduction relative et approchée : {Afin que vous en complétiez le nombre et que vous proclamiez la grandeur d'Allah pour vous avoir guidé et afin que vous soyez reconnaissants} S2 V185 Et effectivement il y a un hadith évoque les mérites de la nuit de la fête mais c'est un Hadith sur lequel les savants ont polémiqué et je ne pense pas que l'on puisse reconnaître la Sounnah avec un hadith comme celui-ci. 19°/ Comment se fait le takbir général et le takbir particulier ? Le takbir est comme suit : « Allahou Akbar, Allahou Akbar, Lâ ilâha illa-llâh, wal-lâhou Akbar, wal-lah Akbar wa lillahil Hamd » ; ou bien il répète le takbir trois fois de suite : « Allahou Akbar, Allahou Akbar, Allahou Akbar ». Quant au takbir général c'est celui qui est conseillé à tout instant, et le particulier c'est celui qui est conseillé après les prières prescrites. Et les savants (qu'Allah leur fasse miséricorde) ont expliqué que le takbir particulier après les prières était spécifique à la fête du sacrifice : Du fajr (l'aube) le jour de « 'arafat », jusqu'au 'asr (le milieu de l'après-midi) du dernier jour du « tachriq » (troisième jour qui suit la fête). Quant au takbir général, il est conseillé pour la fête de la rupture du jeûne, et les dix premiers jours de dhoul-hijja. Et ce qui est juste c'est que le takbir général dure pour la fête du sacrifice, jusqu'à la fin des jours de « tachriq », et sa durée sera donc de treize jours. Et la Sounnah veut que cela soit fait à haute voix, sauf pour les femmes qui le font à voix basse. 20°/ Que doit faire l'individu pour la fête et avant d'aller effectuer la prière ? La Sounnah pour la fête de la fin du ramadhan (« 'id al fitr) est qu'il mange des dattes en nombre impaire avant de sortir pour la prière. Par contre pour la fête du sacrifice (« 'id al adha »), la Sounnah veut qu'il mange de la bête sacrifiée, après qu'il soit revenu de la prière. Quant au fait de faire les grandes ablutions à cette occasion, une partie des savants le considère comme conseillé. Tout comme il est conseillé qu'il mette ses plus beaux habits, quand bien même il ne se contenterait de faire que ses petites ablutions, mais s'il mettait ses vêtements habituels alors il ne lui en sera pas tenu grief. 21°/ Est-ce que la Sounnah exige que l'on se rende à la prière de la fête à pied ou en transport ? La Sounnah est de s'y rendre à pied mais si l'individu a besoin d'emprunter les transports alors il n'y a aucun mal. 22°/ Quelles sont les sourates que l'imam devrait lire pour la prière de la fête après avoir lu « al fatiha » ? Il est conseillé qu'il lise ou bien la Sourate « Qaf » puis la Sourate « Iqtarbat (la lune) » ; ou bien il lit la Sourate « Sabih » puis « al Ghachiya (celle qui enveloppe) », mais s'il en lit d'autres il n'y a pas de mal. 23°/ Qu'en est il du fait de faire le prône de la fête avant la prière, et comment est considéré le fait d'assister au prône, et est-ce une condition pour que la prière soit acceptée ? Le fait d'effectuer le prône avant la salât est une innovation que les compagnons ont blâmé. Quant au fait d'assister au prône ce n'est pas une obligation ; que celui qui le veut reste et en tire profit, et que celui qui le veut s'en aille, et ce n'est en rien une condition pour que la prière soit acceptée car par définition une condition précède, or le prône succède à la prière. 24°/ Faut- il commencer le prône de la fête par « al istighfar » ou bien par « at-takbir » ou par autre chose ? Quant à l'istighfar (le fait de demander pardon en disant « astaghfiroullah »), il ne faut pas commencer par cela, et je ne connais personne ayant dit cela. Quant au fait de faire le tahmid (dire « al hamdoulillah ») et le takbir (dire « Allahou akbar »), les savants sont mitigés sur ce point : Certains ont dit que le prône commence par le tahmid, d'autres ont dit qu'il commence par le takbir. Mais en fait le sujet est large, car s'il dit : « Allahou Akbar, Allahou Akbar, Lâ ilâha illa-llâh, wal-lâhou Akbar, wal-lah Akbar wa lillahil Hamd », dans ce cas il a commencé par le Tahmid car la phrase est considérée comme étant une seule ; Et s'il dit : « al Hamdou lillâh, wa-llâhou Akbar, wa Lâ ilâha illa-llah » il a également commencé par le Tahmid, donc le sujet reste large. 25°/ la Sounnah exige que celui qui fait le prône soit debout ou assis ? La Sounnah veut que celui qui fait le prône du vendredi ou de la fête soit debout comme cela fut rapporté du Prophète (صلى الله عليه و سلم). 26°/ Lorsqu'un homme effectue le sacrifice à la place d'un autre, ce dernier doit-il se raser la tête ? Les règles du sacrifice sont propres à celui qui est chargé de sacrifier, c'est à dire que lorsqu'un individu charge une autre personne d'effectuer le sacrifice à sa place, et bien les règles propres au sacrifice incombent à celui qui en est chargé et non à celui qui confie cette tache. 27°/ Est-il permis à l'individu de se peigner les cheveux les premiers jours de dhoul hijja, et quelle est la meilleur bête à sacrifier : le mouton ou la race bovine ? Il est permis à l'individu de se couper les cheveux après avoir effectuer son sacrifice, même le jour de la fête, et le mouton est meilleur que le septième d'un bœuf, ou d'une chamelle, mais s'il sacrifie une chamelle ou un bœuf entier et bien les juristes ont mentionné que cela est meilleur qu'une bête de la race ovine. 28°/ Quels sont les jours connus et les jours limités qui sont cités dans le Coran ? Les jours connus sont les dix premiers jours de dhoul hijja et les jours limités sont les jours du tachriq. 29°/ Qu'en est- il de la prière de celui qui s'est contenté de « takbiratoul ihram », lors de la prière de la fête ? Sa prière est correcte, car les « takbirat » supplémentaires et les « takbirat » marquant un changement de position sont une Sounnah. 30°/ Qu'en est-il du fait de transporter des armes pendant la prière du 'id ? S'il y a lieu d'en porter alors que l'on en porte dans le cas contraire il ne faut pas. 31°/ Qu'en est-il du fait de parler pendant le prône de la fête ? Certains savants ont dit qu'il est interdit de parler alors que l'imam fait son prône le jour de la fête. Et d'autres ont dit qu'il n'y a pas de mal à cela puisque le fait d'assister au prône n'est pas obligatoire, donc le fait de l'écouter n'est pas obligatoire non plus. Mais il ne fait aucun doute que le bon comportement veut que l'on ne parle pas car cela distrait la personne elle-même, ainsi que les autres à qui il s'adresse ou qui l'écoutent ou le regardent. 32°/ Qu'en est-il du fait d'effectuer le sacrifice dans le lieu de prière (« al moussala ») ? Ceci fait parti de la Sounnah, comme le fit le Prophète (صلى الله عليه و سلم) mais les gens ont pris l'habitude d'effectuer le sacrifice chez eux pour ne pas infester de taches le « moussala » de la fête. 33°/ Jusqu'à quand est-il interdit de se couper les cheveux, les ongles et la peau pendant les dix premiers jours de dhoul hijja ? [1] L'interdiction est valable jusqu'au sacrifice, lorsque le sacrifice est effectué l'interdiction est levée ! 34°/ Dans notre pays l'escorte (ou la garde) se rend au lieu de prière de la fête avant l'arrivée du gouverneur, et lorsqu'il arrive, elle tape du tambour pour l'accueillir, et ceci est également accompagné de chants avec de la musique ; est-il alors permis d'effectuer la prière de la fête dans ce lieu ? Le fait de taper sur le tambour (ou tambourin) est interdit mais ce qui peut être admis c'est le tambour de basque mais surtout pas au moment et au lieu d'adoration. 35°/ Quelle est le jugement et la description de la prière le jour de la fête et quelles sont ses conditions et son temps ? La prière de la fête est une obligation qui incombe à l'homme, d'après les paroles les plus tangibles des savants, car le Prophète (صلى الله عليه و سلم) l'a ordonné et a insister dans cet ordre là. Au point d'ordonner aux femmes âgées, à celles qui se tenaient écartées du regard des hommes et à celles qui avaient leurs menstrues de s'y rendre, et a ordonné à celle qui avait ses menstrues de se tenir à l'écart. Mais si l'individu rate la prière il ne la rattrape pas car c'est une prière d'assemblée (c'est-à-dire : que l'on ne peut la prier qu'en assemblée). Donc si elle est passée, elle ne se rattrape pas, tout comme la prière du vendredi qui lorsqu'elle a été ratée elle ne se rattrape pas, mais avec la particularité que la prière du vendredi s'effectue à l'heure du zhouhour, donc si elle n'a pas été faite par l'individu, il lui faudra prier le zhouhour à la place. Alors que la prière de la fête ne s'effectue pas au moment d'une autre prière, et si elle a été manquée on ne la rattrape pas, et aucune prière ne peut être faite à la place. La façon de l'accomplir est légiférée et connue : il fait le takbir de la sacralisation (« tTakbiratoul ihram »), puis il fait l'invocation de l'ouverture : (« dou'a al iIstiftah »), puis il fait six « takbirat » (c'est-à-dire qu'il dit six fois Allahou Akbar en levant les mains), puis il lit la Sourate « al Fatiha » suivie d'une autre Sourate, « Sabih » ou bien « Qaf » dans la première unité de prière (« Rak'at ») ; puis lorsqu'il se relève de la deuxième prosternation pour effectuer la deuxième unité de prière, il se relève en disant « Allahou Akbar », une foi debout il fait cinq « takbirat », puis il lit la Sourate « al Fatiha » suivie d'une Sourate : S'il a lu « Sabih » dans la première unité de prière, il lira alors la Sourate « al Ghachiya » dans la seconde ; Et s'il a lu dans la première unité de prière la Sourate « Qaf » il lira (traduction relative et approchée :) « L'Heure approche et la lune s'est fendue » (C'est à dire la soute « la lune ») dans la seconde. 36°/ Est-ce que le sacrifice du jour de la fête est une obligation ou une Sounnah (une œuvre conseillée) Les savants sont mitigés quant au fait que se soit obligatoire. Certains ont dit que c'était une obligation comme dans le madhhab de abou Hanifa, ainsi qu'une des deux paroles rapportées de l'imam Ahmad, et un des deux avis dans le Madhab de l'imam Malik. C'est aussi l'avis de cheikh al Islam ibn Taymiya car le Prophète (صلى الله عليه و سلم) l'a ordonné et a persisté quant à cet ordre là. Et d'autres ont dit que c'était une Sounnah appuyée, donc il serait déconseillé pour celui qui à la capacité de le faire de le délaisser. 37°/ La prière de la fête est-elle légiférée pour le voyageur ? La prière de la fête n'est pas légiférée pour le voyageur, tout comme la prière du vendredi n'est pas légiférée pour le voyageur. Par contre si le voyageur se trouve dans un pays ou la prière de la fête est effectuée, alors il lui incombera de l'effectuer avec les autres musulmans. 38°/ Pour celui qui habituellement jeûne le lundi et le jeudi, peut-il jeûner si un de ces deux jours coïncide avec les jours du "tachrik" ? Si le lundi ou le jeudi coïncident avec les jours du « tachrik » alors l'individu ne jeûnera pas, et ce conformément aux hadiths de 'Aicha (رضي الله عنها) et ibn 'Omar (رضي الله عنه). Il ne fut pas permis pendant les jours de tachrik de jeûner sauf pour celui qui n'effectuait pas le sacrifice » c'est à dire « al moutamati' » et « al karin » pendant le pèlerinage, et l'on sait pertinemment que l'on ne peut au nom d'une sounnah effectuer un acte illicite. 39°/ Que pensez-vous des fêtes qui sont célébrées de nos jours, comme les anniversaires ou les fêtes nationales et quand ces fêtes portent un nom comme « le jour de la patrie » par exemple, cela change t-il le décret ? Quant aux anniversaires, s'il s'agit de l'anniversaire de 'Isa fils de Maryam (عليه سلام) que les chrétiens prennent comme culte, le fait d'y assister pour un musulman est interdit sans aucun doute, et ceci fait partie des plus grands interdits car cela revient à immensifier le culte des mécréants, et si l'individu le fête alors il commet quelque chose de grave. Quant aux anniversaires de chacun, cela est bien plus proche de l'illicite que du déconseillé, il en va de même pour toute autre occasion qui n'est pas légiférée. Les occasions légiférées sont la rupture du jeûne du ramadhan, la fête du sacrifice, et la fête hebdomadaire qui est le jour du vendredi. 40°/ S'il s'avère que j'ai constaté la nouvelle lune annonçant la rupture du jeûne et que cela n'a pas été su dans l'endroit ou je me trouve : dois-je rompre mon jeûne et célébrer la fête, sachant que tout le monde jeûnera, mais que moi en contre partie j'applique le hadith : « jeunez à sa vision (la nouvelle lune) et rompez le jeûne à sa vision », ou dois -je suivre les gens de mon pays ? Certains savants disent que lorsque l'individu est seul à constater le nouveau mois de chawwal il doit tout de même jeûner, car la venue du nouveau mois ne peut être confirmée qu'avec deux témoins. Et d'autres savants considèrent qu'il rompt son jeûne en cachette. Mais le premier propos est celui qui est connu dans le madhhab de l'imam Ahmad (رحمه الله). 41°/ S'il y a une minorité de gens en ville, à quel moment peuvent-ils considérer la prière de la fête comme accomplie ? Et quand leur est-il permis d'effectuer le sacrifice ? Est-ce après avoir achevé leur prière ou bien après que la prière de l'imam soit achevée ? Les savants disent que s'il y a une minorité de gens qui ne peuvent se rendre au lieu de prière alors, pour eux, la prière de la fête sera accomplie dans leur ville et ce car ils ont une excuse, et en fait le sacrifice dépendra de la prière qui aura été achevée en premier. En somme si la prière effectuée au « moussala » se termine avant, alors le sacrifice est permis, et si la prière effectuée par la minorité dans la ville est terminée avant, le sacrifice est permis. Et si l'on venait à dire : cela dépend de la prière de chacun : celui qui aura prié avec les gens d'une ville dans un « moussala », les règles (du sacrifice) découleront de sa prière effectuée au « moussala », et celui qui aura prié avec une minorité, les règles(du sacrifice) découleront de sa prière effectuée avec cette minorité là. Je dis que celui qui adopte ces propos a raison quelque part. 42°/ Quelle est le jugement concernant les femmes qui sortent pour se rendre au lieu de prière, plus particulièrement à notre époque où la tentation est de plus en plus présente, et que certaines femmes sortent après s'être embellies et parfumées ? Et si l'on considère que cela leur est permis (de se rendre au moussala) que dire alors de la parole de 'Aïcha (رضي الله عنها) : « si le prophète (صلى الله عليه و سلم) avait vu ce que les femmes faisaient, il leur aurait interdit » ? Nous considérons que la femme est tenu de se rendre au lieu de prière pour assister au à ce qu'il y a comme bien, et elle participe avec les musulmans à leur prière et à leurs invocations, mais il est de leur devoir de sortir discrètement, de ne pas s'exhiber ni d'être parfumées. Ainsi elles auront réuni la pratique de la Sounnah et l'éloignement de la tentation. Et ce qui est fait par certaines femmes comme le fait de se parfumer, ceci provient de leur ignorance, et du fait que leurs responsables aient failli à leur responsabilité. Mais cela n'annule pas la loi légiférée qui veut que la femme se rende à la prière de la fête. Quant à la parole de 'Aicha (رضي الله عنها), il est évident que lorsqu'une chose permise entraîne un interdit, alors cette chose devient elle-même interdite. Mais si la majorité des femmes commettent cela nous n'avons pas non plus le droit de pénaliser toutes les femmes ! Mais nous l'interdisons uniquement à celles qui commettent ce genre de choses. 43°/ Si j'ai jeûné 29 jours et que j'apprends à la fin de la nuit que le lendemain sera le 30ème jour de jeune, et que par conséquent, je vais jeûner, mais à ce moment là je voyage vers un autre pays, et à mon arrivée, on m'annonce que la fête sera célébrée le lendemain dans leur pays. dois-je suivre mon pays (de départ), et par conséquent je jeune, ou bien dois-je rompre mon jeûne et célébrer la fête avec ce pays ? Il faut que tu célèbres la fête avec le pays dans lequel tu te trouves au moment où la fête est célébrée, et si ton mois de jeûne a été inférieur à 29 jours, alors complète-le. Car comme on le sait le mois peut varier entre 29 et 30 jours, donc si tu as fait 29 jours de jeûne tu as accompli un mois de jeune. Par contre si dans les deux pays le mois a duré 30 jours et que tu n'as jeûné que 29 jours alors il te faudra rattraper un jour de jeûne pour compléter ton mois. 44°/ Si j'ai jeune 29 jours et que le 30eme jours je rompt mon jeûne et fête le 'id avec le pays dans lequel je me trouve après quoi je vais dans un autre pays, alors que je ne jeune pas, et je constate qu'ils sont encore en état de jeûne; que faire : continuer à manger et à célébrer le 'id ou dois-je jeuner et continuer à célébrer la fête ? Tu n'as pas à jeûner car tu as rompu ton jeune de manière légiférée, et tu es dans tes droits. C'est un jour que l'on considérera comme permis dans ce cas, car si tu quittes un pays après le coucher du soleil et que tu arrives dans un autre pays avant le coucher du soleil il ne t'incombe pas de jeûner. 45°/ Est-ce que la prière dans « al moussala » est meilleur que ce soit à Makka, au Qouds ou bien est ce bien plus meilleur dans les lieux saints ? La prière effectuée au « moussala » est meilleure. Mais à Makka, depuis longtemps l'habitude veut que les gens prient à la mosquée sainte, de même à Médine, depuis très longtemps les gens prient dans la mosquée du Prophète (صلى الله عليه و سلم) mais il ne fait aucun doute qu'à Médine la prière effectuée au « moussala » est meilleur, comme ce fut au temps du Prophète v et des khalifes bien guidés. 46°/ A quel moment doit-on faire l'invocation de l'ouverture pendant la prière de la fête : après le takbir de la sacralisation ou bien après les takbirates ? Il faut faire cette invocation après « takbiratoul ihram », telle est la parole de savants. Mais encore une fois la question est large et il n'y a pas de mal dans le fait de ne dire l'invocation qu'après les takbirates. 47°/ Est-ce que le takbir particulier doit être fait après les prières effectuées en commun ou bien est-il permis de le faire après une prière faite seul ? Le takbir est légiféré, que l'individu le fasse après une prière en commun ou après une prière faite seul. Et certains savants considèrent qu'il n'est légiféré qu'après une prière faite en commun. 48°/ Si l'individu perd ses ablutions après la prière lui est-il permis de faire le takbir ? Et de même si après la prière l'individu sort et qu'un long moment s'est écoulé ? Il faut savoir avant tout qu'il n'y a aucun hadith authentique du Prophète (صلى الله عليه و سلم) concernant le takbir particulier, mais il y a des "athars" et des efforts personnels des savants, et la question est large. quand bien même l'individu se contenterait des invocations habituelles après la prière, cela serait permis, en effet tout cela rentre dans l'invocation d'Allah. Tout comme il faut savoir que lorsque l'individu perd ses ablutions après la prière, il n'est pas exempté des invocations. Car être pure n'est pas une condition pour faire les invocations, ainsi il en va de même pour le takbir ,et il en va de même si l'individu sort de la mosquée, il n'est pas exempté des invocations. Quant au fait qu'un long moment se soit écoulé après la prière, si l'individu a délaissé les invocations par paresse, il n'en est pas exempté, et s' il les a délaissées par oubli il les fait. 49°/ Doit- on faire, devancer le takbir aux invocations habituelles à dire après la prière ? Je viens de dire à l'instant qu'aucun hadith authentique du Prophète (صلى الله عليه و سلم) n'a été rapporté à ce sujet, mais que ce sont des "athars" et des efforts personnels émis par les savants qui disent également : il faut faire devancer le takbir aux invocations habituelles. 50°/ Dans certaines de nos mosquées nous sommes confrontés à ce cas : l'imam fait le takbir dans le micro et tous les gens répètent après lui ce qu'il dit, est- ce que cela fait parti des innovations ou est-ce permis ? Ceci entre dans l'innovation car ce qui est connu dans la voie du Prophète–prières et bénédictions d'Allah sur lui- concernant les invocations est que chacun invoque Allah pour lui même, il ne faut donc pas sortir de la voie du Prophète (صلى الله عليه و سلم) et de ses compagnons. 51°/ Qu'en est il du sacrifice et est-il permis pour le mort ? Le sacrifice est une Sounnah appuyée pour celui qui en est capable, ainsi l'individu sacrifie pour lui et les gens de son foyer. Par contre le fait de sacrifier au nom du mort ne fait pas parti de la Sounnah, et n'a pas été rapporté du Prophète (صلى الله عليه و سلم) qu'il a effectué un sacrifice particulièrement pour un mort, ni même ses compagnons ne l'ont fait de son vivant. Mais l'individu doit sacrifier pour lui et les gens de son foyer et si en plus il a l'intention que le mort soit compté parmi eux il n'y a pas de mal. 52°/ Si le moment du sacrifice est arrive et qu'il n'y a pas d'homme dans le foyer pour effectuer le sacrifice, la femme peut-elle effectuer le sacrifice dans ce cas ? Oui, il est permis à la femme et autre de sacrifier la bête car à la base les hommes et les femmes ont les mêmes devoirs quant aux adorations et autre, sauf lorsqu'un argument vient spécifier le contraire. Dans l'histoire de la servante qui faisait pâturer un troupeau quand tout à coup un loup s'en pris à une des bêtes, alors elle prit une pierre et égorgea la bête et ce au temps du Prophète (صلى الله عليه و سلم), et le Prophète (صلى الله عليه و سلم) ordonna que la bête soit mangée. 53°/ Qu'en est-il de celui qui se rase la tête le jour du sacrifice avant de se rendre à la prière, sachant que ce dernier a été exhorté et qu'il a tout de même maintenu sa position ? Il en est que cet individu est désobéissant au Messager car le Prophète (صلى الله عليه و سلم) a dit : "Lorsque les dix (premiers) jours surviennent et que l'un d'entre vous a l'intention d'effectuer le sacrifice qu'il ne coupe pas ses cheveux ou sa peau ou ses ongles ». En fait cet individu se doit de se repentir à Allah pour son acte. Par contre en rien son acte n'a de conséquence sur son sacrifice contrairement à ce que croient certains musulmans ordinaires, pensant que celui qui coupe ses cheveux ou ses ongles les dix jours, son sacrifice est nul, en fait cela n'est pas vrai. 54°/ Est-il permis à celui qui a effectue le sacrifice d'en donner une partie à un mécréant, et l'individu doit-il manger de son sacrifice ? Oui, il est permis à celui qui a effectué le sacrifice d'en donner au mécréant comme aumône à condition que ce mécréant là ne fasse pas parti de ceux qui combattent les musulmans, sinon il ne faut rien lui donner. Traduction relative et approchée : {Allah ne vous empêche pas d'être bon et juste envers ceux qui ne vous ont pas combattus en matière de religion et qui ne vous ont pas fait sortir de vos demeures et Allah aime les gens justes mais Allah vous interdis d'être bon et de prendre comme alliés ceux qui vous ont combattu pour la religion et qui vous ont chasse de vos demeures} S60 V8&9 Quant au fait de manger de la bête que l'on a sacrifiée, et bien oui, lorsque l'individu a prié et qu'il a effectué le sacrifice et qu'il en mange avant tout autre plat, il n'y a aucun mal et certains savants même disent que c'est préférable. Si j'ai bien accomplit cette oeuvre alors c'est par la grâce d'Allah et qi j'ai faillit alors cela provient de moi même de et chaytane. Louanges à Allah Seigneur des mondes et que la paix et le salut soient sur notre prophète et bien aimé Mouhammad ainsi que sur ses compagnons et tous ceux qui l'auront suivi dans le bien jusqu'a
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 18 07:19PM  

    takbir - Social Mention
     
     
     
    La prière des deux 'id par Cheykh Al Outhaymin (رحمه الله) Louange à Allah, c'est Lui dont nous implorons le secours et la guidée. Nous cherchons refuge auprès de Lui contre la méchanceté de nous-même et contre nos mauvaises actions. Celui qu'Allah guide, ne s'égarera jamais et celui qu'Allah égare ne sera jamais guidé. Je témoigne que Le Seul qui mérite l'adoration est Allah l'Unique et que Mouhammad (صلى الله عليه و سلم) est Son adorateur et Son messager. Sache que la parole la plus saine et la plus véridique est celle d'Allah (Coran) et le chemin le plus droit est celui du Prophète Mouhammad (صلى الله عليه و سلم). Et la plus mauvaise des choses est la nouveauté et toute nouveauté est une innovation, et toute innovation est un égarement et tout égarement est en enfer. « Je vous ai laissé sur une voie claire de nuit comme de jour, ne s'en égare que celui qui est voué à la perdition. » Rapporté par Ahmed et ibn Majah Un jour de l'Aïd, 'Omar ibn 'Abdelaziz (qui fut khalife pendant deux ans et demi) vit un de ses fils avec un vêtement déchiré et se mit à pleurer. Son fils lui dit alors : « Mais qu'est-ce qui te fait pleurer prince des croyants ? » Alors 'Omar répondit : « Ô mon fils ! J'ai peur que ton cœur ne se brise lorsque tu verras les enfants parés de beaux vêtements pour l'Aïd alors que toi, tu es habillé de la sorte ». Alors l'enfant lui dit : « Ô prince des croyants ! Celui dont le cœur se brise est celui qui est privé de la satisfaction d'Allah ou bien qui a désobéit à son père ou à sa mère ! Quant à moi j'espère qu'Allah est satisfait de moi du fait que toi tu sois satisfait de moi. » Alors 'Omar se mit à pleurer, serra son fils contre lui, l'embrassa, et fit des invocations pour lui. Nous aussi, Ô Allah ! Nous témoignons que nous sommes satisfaits de Toi en tant que Seigneur, et de l'Islam en tant que culte, et de Mouhammad en tant que Prophète et Messager, alors Soit satisfait de nous, et Accepte nos bonnes actions! Ce qui suit est un essai de traduction du livre : Questions & Réponses concernant la Prière des 2 fêtes du cheikh Mouhammad ibn Saleh el 'Outhaymine (رحمه الله) Traduction achevée le 7 Dhoul Hijja 1421, Oummou Yassir 1° / Doit-on faire « al Adhan » (Le Grand Appel à la prière) et « al Iqama » (Le petit appel à la prière) pour la prière de la fête (al 'aïd) ? Non, pour la prière de la fête il n'y a ni Ahdan, ni Iqama, comme le prouve la Sounnah, mais certains savants (qu'Allah leur fasse miséricorde) ont dit : « Il faut y appeler de la sorte : As-Salât Jâmi'a» ; mais aucune preuve ne crédite ces paroles, c'est donc une parole faible. Tout comme on ne peut la comparer par analogie avec la prière de l'éclipse, car une éclipse peut se produire alors que les gens ne s'en rendent même pas compte, contrairement à la prière de la fête. Donc la Sounnah est de ne pas faire al Adhan en cette occasion, ni non plus al Iqama, ni même d'y appeler par « as-Salât Jâmi'a », mais les gens s'y rendent, et quand l'imam se présente, ils prient après quoi ils assisteront au prône. 2°/ Est -il considéré comme Sounnah pour l'imam de faire son prône sur le minbar (la chair), le jour de la fête ? Oui, certains savants considèrent que c'est une Sounnah. En effet, d'après un Hadith de Jabir (رضي الله عنه), le Prophète (صلى الله عليه و سلم) a fait un prône aux gens puis Jabir a dit : « Ensuite il est descendu et alla voir les femmes » ; les savants en ont donc déduit que l'on ne pouvait descendre que d'un endroit élevé. Mais d'autres savants considèrent qu'il vaut mieux ne pas faire le prône en étant sur le minbar, mais de toute façon la question est assez large (pour contenir tous les avis.) 3°/ Quelle est la sagesse dans le fait de ne pas emprunter les mêmes chemins le jour de la fête ? (C'est à dire : prendre un chemin pour aller à la prière du 'id et prendre un autre chemin pour le retour) La sagesse, à mon avis est de suivre le messager (صلى الله عليه و سلم), car cet acte fait parti de la Sounnah. Et parmi les sagesses également, il y a le fait de laisser apparaître le rite et la cérémonie de la prière de la fête à travers tous les marchés du pays. Parmi les sagesses aussi, le fait de rendre visite à ceux qui se trouvent dans les marchés que ce soit les pauvres ou autre pour les pauvres et ceux qui se trouvent dans les marchés. Et les deux chemins empruntés témoigneront en faveur de l'individu le Jour du jugement. 4°/ Doit-on rattraper la prière de la fête si on l'a ratée ? Ce qui est juste est que l'on n'a pas à la rattraper, et celui qui aurait raté la prière de la fête alors elle ne lui incombe plus, contrairement à la prière du vendredi, car celui qui la rate doit prier le zhouhour. Et la différence entre les deux est que la prière du zhouhour est une prière qui a un temps précis, alors si l'individu ne peut pas faire la prière du vendredi, il lui incombera de prier celle de zhouhour ; Alors que la prière de la fête, est une prière qui ne se fait qu'en groupe, si l'individu manque l'assemblée qui prie, il ne devra donc pas la rattraper. 5°/ Quelle est la Sounnah pour la prière de la fête ? Prier à la mosquée ou dans le désert ? Mais si cela est Sounnah de la faire dans le désert, et bien le pays ne cesse de s'étendre, alors à chaque fois que l'on adopte un « moussala » (endroit de prière), les constructions l'envahissent de toute part, on ne se croirait plus dans le désert ? La Sounnah quant à la prière de la fête est de prier dans le désert comme le fit le Prophète, mais si le pays s'étend, il faut alors adopter un autre « moussala » dans le désert, mais si le « moussala » n'est pas déplacé il n'y a aucun mal, car le fait qu'il soit dans le désert n'est pas une obligation, mais plutôt recommandé. 6°/ Qu'en est-il des « takbirat » (c'est-à-dire : Le fait de dire « Allahou Akbar ») en plus dans la prière de la fête et du fait de lever les mains en le disant ? Les « takbirat » supplémentaires sont une Sounnah, si l'individu les fait, il en sera récompensé mais s'il ne le fait pas il ne lui en sera pas tenu grief, mais il ne faut pas les délaisser afin de pouvoir différencier la prière de la fête des autres prières. Quant à ce qu'il faut dire entre les « takbirat », les savants ont dit qu'il fallait louer Allah et prier sur le Prophète (صلى الله عليه و سلم), mais si l'individu ne le fait pas, encore une fois, il n'encoure rien ; Quant au fait de lever les mains en disant chaque « takbir », ceci est une Sounnah également. 7°/ Que faire si la fête coïncide avec le vendredi ? Dans ce cas-là il faut effectuer la prière de la fête et celle du vendredi, comme le faisait le Prophète (صلى الله عليه و سلم). Puis ceux qui ont assisté à la prière de la fête peuvent être dispensés d'être présents à la prière du vendredi, par contre ils devront prier le zhouhour, car c'est une prière prescrite à ce moment là, et on ne peut la délaisser. 8°/ Que faire si j'arrive au moment où l'imam prie et est en train de faire les « takbirat » en plus, dois-je rattraper ce que je n'ai pas fait, que dois-je faire sinon ? Si tu arrives alors que l'imam fait les « takbirat », alors fait le « takbir al Ihram » [le takbir de la sacralisation marquant le début de la prière], puis suis l'imam pour le restant de la prière ; quant à ce que tu as manqué il ne t'incombe pas de le rattraper. 9°/ Comment la législation considère-t-elle les souhaits de vœux pour le jour de la fête, et y a t-il une manière précise de les dire ? Le fait de présenter ses vœux est permis, et il n'y a aucune formule particulière à dire, mais tout ce que les gens ont pour habitude de dire est permis tant que l'on entre pas dans le péché. 10°/ Est-ce qu'il y a un ou deux prônes le jour de la fête ? La Sounnah veut qu'il n'y ait qu'un prône, mais s'il y en a deux, il n'y a aucun mal, car cela fut rapporté du Prophète (صلى الله عليه و سلم). Par contre, il ne faut surtout pas négliger, le cours spécifique réservé aux femmes, comme le faisait le Prophète (صلى الله عليه و سلم). Par contre si des haut-parleurs sont utilisés et que les femmes entendent, alors il faut qu'il consacre la fin du prône à exhorter la femme, et si les femmes n'entendent pas, l'imam doit aller les voir en étant accompagné d'un ou deux hommes et qu'il les exhorte comme il le peut. 11°/ Qu'en est-il si les gens ne sont au courant de la fête que l'après-midi ? Dans ce cas, ils mangent s'il s'agit de la fête (après le rRamadhan) et sortiront le lendemain pour aller accomplir la prière. Par contre s'il s'agit de la fête du sacrifice ('id al adha), ils sortent pour accomplir la prière le lendemain et n'égorgent le mouton qu'après la prière de la fête, car le sacrifice doit suivre la prière, et ce qui est connu dans le madhab est qu'ils effectuent les sacrifices même si la prière a été manquée, mais le premier avis est plus tangible. 12°/ Que pensez-vous de la parole de certains juristes qui disent qu'il est conseille de manger le foie de la bête sacrifiée, et y a t-il un argument a cela ? Les savants ont dit : « Il est conseillé de manger de la bête sacrifiée et pour cela il y a une preuve dans le Coran et la Sounnah ». Allah a dit : Traduction relative et approchée : {mangez-en et nourrissez-en le besogneux misérable} S22 V28 Et le Prophète (صلى الله عليه و سلم) a ordonné à ce que l'on mange de la bête sacrifiée, et lui-même en mangea, donc nous avons ici une Sounnah verbale et gestuelle. Quant au fait que se soit du foi, les savants l'on choisi car c'est ce qu'il y a de plus facile et de plus rapide à cuire et non parce que ce serait une forme d'adoration à Allah. 13°/ Si la prière de la fête est effectuée à plusieurs endroits dans la même ville, qu'en est-il ? Si cela est nécessaire alors il n'y a pas de mal, tout comme pour la prière du vendredi. Allah a dit : Traduction relative et approchée : {Et Il ne vous a imposé aucune gêne dans la religion} S22 V78 Et le fait de refuser que la prière soit effectuée à des endroits différents reviendrait à priver certaines personnes de la prière de la fête et du vendredi. La nécessité est considérée comme telle si par exemple la ville est tellement grande que venir d'une extrémité à l'autre serait difficile. Par contre s'il n'y a aucune nécessité il ne faut la faire que dans un seul et même lieu. 14°/ Que pensez -vous de la parole de certains savants qui disent que celui qui est en état d'i'tikaf (c'est a dire en retraite pieuse, les derniers jours de ramadhan) doit se rendre à la prière de la fête avec les vêtements qu'il avait lors de son i'tikaf ? Je pense que cela est contraire à la Sounnah, car la Sounnah, le jour de la fête est de s'embellir, que ce soit un homme qui ait fait l'i'tikaf ou non. 15°/ Que faire si l'on oublie les « takbirat (durant la salât) de la fête et que l'on a commencé à lire le Coran, doit on recommencer ? Si l'individu a oublié les « takbirat » et qu'il a commencé à lire le Coran alors il ne lui incombe plus de les faire car c'est une Sounnah et le moment ou elle devait être faite est passé tout comme une personne qui aurait oublié de lire « dou'a al istiftah » (invocation de l'ouverture à faire entre « takbir al ihram » et la lecture de la Fatiha), et qu'il a commencé à réciter le Coran alors elle ne lui incombe plus. 16°/ Que fait l'individu s'il arrive au moment ou l'imam a commencé a faire les « takbirat » ? Nous avons déjà répondu à cette question, s'il arrive alors que l'imam est en train de faire les « takbirat .» Maintenant s'il arrive et que l'imam est en inclinaison, il fait « takbiratoul iIhram » puis s'incline, et s'il arrive alors que l'imam a terminé alors il ne rattrape pas la prière. 17°/ Est ce que le lieux où l'on fait la prière de la fête est considéré comme un « masjid » et par conséquent doit-on y faire les deux unités de prière (rakats) du masjid ? Oui, le « moussalat al 'id » (le lieu prière de la fête) est une mosquée « masjid » et c'est d'ailleurs pour cela que le Prophète (صلى الله عليه و سلم) a interdit à la femme qui a ses règle d'y rester et lui a ordonné de s'en éloigner. Donc si l'individu y entre, il ne doit s'asseoir qu'après avoir prié les deux unités de prière, par contre il ne doit faire aucune autre prière surérogatoire ni avant ni après la prière et ce car le Prophète (صلى الله عليه و سلم) ne pria ni avant ni après. Seulement « tahiat al masjid » à une cause particulière. 18°/ Y a t-il une Sounnah particulière à effectuer la nuit (la veille) de la fête ? Je ne connais pas de Sounnah particulière pour la nuit de la fête excepté ce qui est connu comme invocation et takbir. Allah a dit : Traduction relative et approchée : {Afin que vous en complétiez le nombre et que vous proclamiez la grandeur d'Allah pour vous avoir guidé et afin que vous soyez reconnaissants} S2 V185 Et effectivement il y a un hadith évoque les mérites de la nuit de la fête mais c'est un Hadith sur lequel les savants ont polémiqué et je ne pense pas que l'on puisse reconnaître la Sounnah avec un hadith comme celui-ci. 19°/ Comment se fait le takbir général et le takbir particulier ? Le takbir est comme suit : « Allahou Akbar, Allahou Akbar, Lâ ilâha illa-llâh, wal-lâhou Akbar, wal-lah Akbar wa lillahil Hamd » ; ou bien il répète le takbir trois fois de suite : « Allahou Akbar, Allahou Akbar, Allahou Akbar ». Quant au takbir général c'est celui qui est conseillé à tout instant, et le particulier c'est celui qui est conseillé après les prières prescrites. Et les savants (qu'Allah leur fasse miséricorde) ont expliqué que le takbir particulier après les prières était spécifique à la fête du sacrifice : Du fajr (l'aube) le jour de « 'arafat », jusqu'au 'asr (le milieu de l'après-midi) du dernier jour du « tachriq » (troisième jour qui suit la fête). Quant au takbir général, il est conseillé pour la fête de la rupture du jeûne, et les dix premiers jours de dhoul-hijja. Et ce qui est juste c'est que le takbir général dure pour la fête du sacrifice, jusqu'à la fin des jours de « tachriq », et sa durée sera donc de treize jours. Et la Sounnah veut que cela soit fait à haute voix, sauf pour les femmes qui le font à voix basse. 20°/ Que doit faire l'individu pour la fête et avant d'aller effectuer la prière ? La Sounnah pour la fête de la fin du ramadhan (« 'id al fitr) est qu'il mange des dattes en nombre impaire avant de sortir pour la prière. Par contre pour la fête du sacrifice (« 'id al adha »), la Sounnah veut qu'il mange de la bête sacrifiée, après qu'il soit revenu de la prière. Quant au fait de faire les grandes ablutions à cette occasion, une partie des savants le considère comme conseillé. Tout comme il est conseillé qu'il mette ses plus beaux habits, quand bien même il ne se contenterait de faire que ses petites ablutions, mais s'il mettait ses vêtements habituels alors il ne lui en sera pas tenu grief. 21°/ Est-ce que la Sounnah exige que l'on se rende à la prière de la fête à pied ou en transport ? La Sounnah est de s'y rendre à pied mais si l'individu a besoin d'emprunter

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 18 07:18PM  

    allahu akbar - Social Mention
     
     
     
    After the ObamaCare collapse, what's next?
    http://www.freerepublic.com/focus/f-news/3092711/posts
    Nov 18th 2013, 17:05
     
    Just six weeks into the rollout of ObamaCare, the speculation is over. Democrat Senator Max Baucus has been proven remarkably prescient when months ago he opined that it would be a "train wreck."
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/DSHycW

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Nov 18 07:19PM  

    Dawah Vidéos Islams Facebook-Pinnwand
     
    Dawah Vidéos Islams Facebook-Pinnwand
     
    As-Salamu Alaykum
     
     
    Les Frères on encore était censuré A REJOINDRE EN MASSE IN...
    http://www.facebook.com/dawahvideoIslam/posts/427552840677988
    Nov 18th 2013, 18:28
     
    As-Salamu Alaykum


    Les Frères on encore était censuré A REJOINDRE EN MASSE IN SHAA LLAH
     
     
    Al- Muminin
    le Messager d'Allah (Salla Allahu ahleihi wa salam) a dit : "Jamais le Feu ne touchera celui dont le pied s'est couvert de poussière au service de Dieu " B
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at https://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    https://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/s6DMZ7

     

--
Sie erhalten diese Nachricht, weil Sie Mitglied der Google Groups-Gruppe "News2" sind.
Um Ihr Abonnement für diese Gruppe zu beenden und keine E-Mails mehr von dieser Gruppe zu erhalten, senden Sie eine Email an 76j4725235b235b891248jv1+unsubscribe@googlegroups.com.
Weitere Optionen: https://groups.google.com/groups/opt_out