Informationa

Hier werden Nachrichten über den Salafismus veröffentlicht.
Was sind Salafisten?
Hier anschauen:
http://www.youtube.com/watch?v=l5HRdwsck10
(Alle Angaben ohne Gewähr)
Diese Seite richtet sich nicht gegen Muslime und den Islam.
Diese Seite soll über den Salafismus/Islamismus/Terrorismus informieren.
Es ist wichtig über Fanatiker aufzuklären, um den Frieden und die Freiheit zu sichern.
Wir wollen in Europa mit allen Menschen friedlich zusammen leben,
egal welche Herkunft, Nationalität und Religion.


::: DOKUS :::
(Achtung: Youtube ist überschwemmt mit Videos, die salafistischen/islamistischen Einfluss besitzen.
Deshalb: Schaut euch die Accounts genau an!)

1.
[DOKU] Wie Salafisten zum Terror verleiten - 2013
https://www.youtube.com/watch?v=uM2x-vgdrKM

2.
Pulverfass Deutschland - Doku über Probleme zwischen Salafisten und Rechtsradikalen
https://www.youtube.com/watch?v=H5nOuzXJOmY

3.
Salafisten, ein finsterer Verein (heute-show)
https://www.youtube.com/watch?v=Myq48smApKs

4.
Deutsche Salafisten drangsalieren weltliche Hilfsorganisationen in Syrien | REPORT MAINZ
https://www.youtube.com/watch?v=lCext-9pu9I

5.
DIE SALAFISTEN KOMMEN
https://www.youtube.com/watch?v=uWARKJSKOP4

6.
Best of 2013 Peter Scholl Latour EZP Salafisten wird durch Saudisches Geld verbreitet!!!
https://www.youtube.com/watch?v=FmV3Z6f1BQQ

7.
Frauen im Islam
https://www.youtube.com/watch?v=mb4G6tUbkD0


8.
Gülen Bewegung
http://de.wikipedia.org/wiki/Fethullah_G%C3%BClen#Deutschland
Gefahr für Deutschland - Gülen Bewegung versucht die Unterwanderung
http://www.youtube.com/watch?v=E9Q1jS7Rw9M

9.
Islamisten oder Demokraten - Die Islamische Milli Görüs / Millî Görüş / Milli Görüş
http://www.youtube.com/watch?v=EtWjumM5G88

10.
Die türkischen Graue Wölfe (Rechtsextremismus/Islamismus)
http://www.youtube.com/watch?v=_Z9LEc4qM1I

11.
Föderation der Türkisch-Demokratischen Idealistenvereine in Deutschland
(türkisch Almanya Demokratik Ülkücü Türk Dernekleri Federasyonu, ADÜTDF; kurz auch Türk Federasyon, dt. „Türkische Föderation“)
http://de.wikipedia.org/wiki/F%C3%B6deration_der_T%C3%BCrkisch-Demokratischen_Idealistenvereine_in_Deutschland



http://de.wikipedia.org/wiki/Salafismus
http://de.wikipedia.org/wiki/Islamismus
http://de.wikipedia.org/wiki/Mill%C3%AE_G%C3%B6r%C3%BC%C5%9F

http://boxvogel.blogspot.de

::: DOKUS ENDE :::


http://salafisten-salafismus.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafisten
http://islamismus-islamisten-salafisten.blogspot.com
http://islamisten-salafisten.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamismus
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://islamismus-salafismus.blogspot.com
http://islamismus2.wordpress.com
https://www.google.de/#q=islamismus
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://salafismus2.wordpress.com
https://www.google.de/#q=islamisten
https://www.google.de/#q=salafisten
http://salafisten2.wordpress.com
https://www.google.de/#q=islamismus
http://islamisten2.wordpress.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://salafisten.blogspot.de
https://www.google.de/#q=salafisten
http://salafistenfacebook.blogspot.de
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://salafisteninyoutube.blogspot.de
https://www.google.de/#q=islamisten
http://salafismus.blogspot.de
https://www.google.de/#q=salafismus
http://salafismusinfacebook.blogspot.de
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://salafismusinyoutube.blogspot.de
http://scharia-strafen.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafismus
https://www.google.de/#q=islamismus
http://quran-hoeren-karim-mp3-deutsch.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamismus
http://mohammed-islam-koran-quran.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafismus
https://www.google.de/#q=islamisten
http://islam-symbol-gebet-moschee.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamismus
http://islam-referat-entstehung-koran.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamisten
http://scharia-in-deutschland-islam-koran.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://scharia-steinigung-scharia-gesetze.blogspot.com
http://islamisten-islamismus.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://gebetszeiten-islam-akte-islam.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafismus
http://frauen-im-islam-koran-quran.blogspot.com
http://sehitlik-groesste-moschee-islam.blogspot.com
https://www.google.de/#q=salafismus
http://frauen-unter-der-scharia-politik.blogspot.com
http://koran-online-mp3-frauen-suren.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://was-bedeutet-salafismus.blogspot.com
http://quran-download-islamway-flash.blogspot.com
http://minarett-moschee-koeln.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://kaaba-blaue-moschee.blogspot.com
http://muenchen-moschee-gebetsruf-islam.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamisten
http://koran-auf-deutsch-hoeren-pdf.blogspot.com
https://www.google.de/#q=milli+g%C3%B6r%C3%BCs
http://islamismus-islamisten.blogspot.com
https://www.google.de/#q=islamismus

Islam Koran Moschee

Benachrichtigung für 76j4725235b235b891248jv1@googlegroups.com - 25 Nachrichten in 25 Themen

Gruppe: http://groups.google.com/group/76j4725235b235b891248jv1/topics

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:13AM +0100  

    Search Facebook kafir
     
    Search Facebook kafir
     
    biarkan lebih banyak orang menggunakan instrumen agama, dengan benar ataupun salah, dengan dugaan motiviasi yang benar ataupun salah. dengan demikian agama semakin semarak dan terbiasa kita gunakan. lambat laun hal-hal yang lebih baik dari agam akan terus meretas menemukan realitasnya.
     
    tidak apa-apa ada yang tiba-tiba mengucapkan selamat berpuasa dengan tanggal 1 Syawal pun. kita hargai keinginannya untuk menyentuh sisi keagamaan publik. Rasulullah pernah mengkritik seorang sahabat yang tetap membunuh seorang kafir yang besyahadat dalam peperangan, hanya karena sahabat tersebut menduga syahadatnya palsu. Rasulullah menyalahkan hal itu, dan cukup menilai dari apa yang kita lihat. Siapa yang bisa menilai dengan pasti motivasi seseorang.
    http://graph.facebook.com/1286013073/picture
    Jul 1st 2013, 01:26
     
    Andri Tuempat Idesegar shared Mas Yerri's photo.
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/yrPM7w

     

 Search Facebook kafir: MEWASPADAI KRISTENISASIKristenisasi adalah sebuah proyek besar yang terus dilakukan oleh orang-orang kristen sampai hari kiamat untuk memurtadkan (khusunya) umat Islam dan umat agama lain yang tidak beragama kristen.Ayat-Ayat Dalam Alkitab Yang Mendorong Kristenisasi :1. "carilah domba-domba tersesat dan kabarkanlah injil ke seluruh dunia". Padahal dalam Alkitab terdapat puluhan ayat yang menyatakan bahwa Isa diutus hanya untuk bani Israel saja, bukan untuk semua manusia. Ayat di atas hanya rekayasa belaka yang merupakan kebiasaan para ahli kitab sejak jaman dahulu. Ajaran mereka yang terkandung dalam ayat tersebut "barang siapa yang tidak dapat memurtadkan selain orang kristen maka ia berdosa" (mirip seperti orang Islam yang tidak sholat).2. "tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliannya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang pendusta" (Roma 3 : 7). Ayat ini menyatakan (menurut anggapan mereka) bahwa "Berbohong demi menyebarkan agama kristen dibenarkan", ini adalah ajaran yang tidak bermoral dan tidak masuk akal. Pantas saja mereka pernah mengeluarkan banyak berita bohong tentang "Zaenudin MZ masuk kristen", "Gus Dur dibaptis", "berkelit dari tuduhan menjual anak-anak korban tsunami Aceh untuk dikristenkan",Cara-Cara Kristenisasi:1. Cara lama yang masih digunakan:a. PEMBAGIAN SEMBAKO, PENDIDIKAN GRATIS, DISPENSASI BIAYA PENGOBATAN Cara ini digunakan untuk memurtdakan orang-orang yang terpuruk dalam bidang ekonomi. Banyak orang islam yang masuk ke sekolah kristen secara gratis dan di sekolah tersebut anak-anak diberi pelajaran agama kristen. Program mereka mendirikan 1000 sekolah di Indonesia dimana umat Islam dapat masuk secara gratis. Selain itu mereka memberikan beasiswa keluar negeri dan disana para mahasiswa yang terjerat digembleng dengan ajaran liberal (semua agama sama, menuju keselamatan, mengaburkan konsep islam yang benar). Termasuk dalam hal ini penolakan orang-orang kristen terhadap Undang-Undang SISDIKNAS.b. PACARISASI dan HAMILISASI. Orang-orang kristen memacari para muslimah lalu menghamilinya, kemudian mereka dipaksa (dan terpaksa) menjadi murtad karena keadaan yang memalukan itu.c. KAWIN BEDA AGAMA. Cara ini merupakan lahan empuk bagi mereka untuk mengkafirkan umat Islam, dengan berpura-pura masuk Islam terlebih dahulu, kemudian jika telah dikaruniai satu atau dua anak mereka kembali ke agamanya dan memaksa istri yang muslimah untuk kafir (murtad).d. MENIRU UMAT ISLAM. Cara ini digunakan untuk mengelabui umat islam. Misalnya dengan mengadakan Maulid Nabi Isa (pengganti natal), tilawah injil, kaligrafi arab yang berisi propaganda kristen, membuat injil dalam bahasa arab (lihat buku The Choice karya Ahmed Deedat halaman 237 lengkap dengan kalimah basmalah di awal ayatnya), mendirikan sekolah tinggi "kalimatullah" dengan dosen-dosen mengenakan kofiah mirip muslim dan lain-laine. MENDATANGI RUMAH-RUMAH UMAT ISLAM. Mereka menayakan hal-hal tentang Islam yang tidak dapat dijawab oleh akal. Misalnya bertanya tentang "Dimanakah surga yang dijanjikan oleh Islam", lalu mereka memberikan brosur tentang "Surganya umat kristen"f. ANJURAN GEREJA UNTUK MENGUCAPKAN "SELAMAT IDUL FITRI", agar umat Islam nanti mengucapkan "Selamat Natal" kepada mereka. Tidak hanya gereja, ternyata tokoh umat Islampun Gus Dur (pada malam natal bersama tahun 2004) dan Quraish Shihab (lihat buku membumikan Al-Qur'an halaman 370 – 373) menyerukan ucapan natal. Hati-hati dengan pemikiran mereka.g. MENERBITKAN BUKU-BUKU YANG MERUSAK AKIDAH dan mereka menyewa para tokoh Islam untuk memberikan kata sambutan di dalamnya. Misalnya buku "Pergolakan Pemikiran Islam", "Fiqih Lintas Agama (FLA)", "Jihad Kristen" karya pendeta Dr. Josias L. Lengkong, buku tersebut (Jihad Kristen) diiringi dengan kata pengantar dari Prof. Dr. Amad Syafi'i Maarif (Ketua Umum Muhammadiyah), Dawam Rahardjo (petinggi Muhamadiyah) dan Said Aqiel Siradj (petinggi NU). Maksud dari semua itu adalah agar umat Islam tertarik membacanya padahal di dalamnya terdapat racun yang mematikan aqidah yang bermuara pada pemurtadan (kekafiran).h. MENJEBOL UU PERKAWINAN. Mereka menolak UU perkawinan yang melarang pasangan beda agama dengan dalih HAM. PROPAGANDA KB (keluarga Berencana). Tujuannya agara umat Islam semakin sedikit, sementara umat kristen diharamkan KB. Mendirikan gereja di tengah-tengah komunitas muslim dengan mendatangkan jamaah dari tempat lain.2. Cara Terbaru Yang Paling Berbahaya dan Tidak Disadari Umat Islam:a. MEBUAT WADAH BERSAMA (KRISTEN DAN ISLAM). Proyek ini digunakan untuk menarik simpati umat Islam dengan dalih yang beraneka ragam, perayaan malam tahun baru bersama, perayaan duka cita bersama dan sejenisnya.b. MEMINTA DANA KEPADA KAUM KAFIR. Banyak LSM dan organisasi Islam yang berlindung di bawah ketiak donatur kafir (The Asia Foundation). Ada sekitar 44 (empat puluh empat) LSM dan organisasi Islam yang bekerjasama dengan The Asia Foundation yang melakukan kristenisasi. Nama lembaga, Tokoh dan alamatnya dapat Anda baca dalam buku "Jejak Tokoh Islam Dalam Krsitenisasi" karya Hartono hal. 160 – 164. Bahkan Amerika menyediakan dana yang sangat besar agar pesantren-pesantren di Indonesia diubah kurikulumnya.c. MENYEWA TOKOH-TOKOH CENDIKIAWAN DAN POLITIKUS ISLAM untuk mengajar di sekolah penginjil Apostolos. Nama-nama mereka dapat Anda baca pada buku "Jejak Tokoh Islam Dalam Krsitenisasi" karya Hartono Ahmad Jaiz hal. 114 – 115. Mereka mencari sesuap nasi dengan mengabdi di STT (Sekolah Tinggi Theologi) milik orang kristen. Di STT tersebut para mahasiswanya diajarkan Islamologi (ilmu tentang Islam) sebanyak 40 sks. Salah satu tujuannya adalah mencari titik lemah Islam kemudian mengajarkannya kepada umat Islam.d. METODE HERMENEUTIKA. Semula metode ini hanya digunakan untuk Alkitab karena ribuan kesalahan dalam Alkitab yang tidak konsisten. Inti faham ini adalah "semua doktrin serba relatif, tidak ada kebenaran mutlak". Akhirnya metode ini digunakan pula oleh mereka terhadap Al-Qur'an. Mereka mengatakan "tidak boleh mengklaim hanya Islam agama yang benar", ayat-ayat Al-Qur'an ditafsirkan menurut selera mereka sehingga kabur makna yang sebenarnya. Metode ini diajarkan di seluruh IAIN dan menjadi materi wajib. Maka wajar saja jika lambat laun pemahaman umat Islam terhadap Al-Qur'an dan sunnah menjadi samar. Salah satu doktrin mereka terhadap para mahasiswanya adalah "lepaskan pemikiran Islam yang ada dalam benak anda yang pernah diperoleh di institusi sebelumnya". Mereka punya target "Ghozwul Fikri" (perang pemikiran) sehingga akhirnya para mahasiswa terbawa arus pemikiran liberal dan meragukan Islam.e. Mereka bahu-membahu memurtadkan umat Islam dengan berbagai cara dan dalih bahkan merekrut tokoh-tokoh Islam (yang munafik demi kepentingan uang, jabatan dan politik) agar umat Islam memandang baik apa yang mereka (orang-orang kristen) kemukakan.f. Target mereka saat ini adalah menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam yang benar dengan memutarbalikkan ayat-ayat Al-Qur'an dan menghasut hadis Rasulullah dengan berbagai dalih yang "seolah" masuk akal tetapi sebenarnya menipu dan menyesatkan.Ingatlah firman Allah :"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu".(QS Al Baqoroh : 120)"Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.." (QS Al-Baqoroh : 109)Direct link :http://www.google.com/url?q=http://cites-sat.blogspot.com/2012/02/metode-kristenisasi.html&sa=U&ei=4dHQUf3CF8nRrQeDjoCgAQ&ved=0CBYQFjAA&usg=AFQjCNHyjLZXrBNXm9ri5cmuy8kEkp1EBg
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:13AM +0100  

    Search Facebook kafir
     
    Search Facebook kafir
     
    MEWASPADAI KRISTENISASI
     
    Kristenisasi adalah sebuah proyek besar yang terus dilakukan oleh orang-orang kristen sampai hari kiamat untuk memurtadkan (khusunya) umat Islam dan umat agama lain yang tidak beragama kristen.
     
    Ayat-Ayat Dalam Alkitab Yang Mendorong Kristenisasi :
    1. "carilah domba-domba tersesat dan kabarkanlah injil ke seluruh dunia".
     
    Padahal dalam Alkitab terdapat puluhan ayat yang menyatakan bahwa Isa diutus hanya untuk bani Israel saja, bukan untuk semua manusia. Ayat di atas hanya rekayasa belaka yang merupakan kebiasaan para ahli kitab sejak jaman dahulu. Ajaran mereka yang terkandung dalam ayat tersebut "barang siapa yang tidak dapat memurtadkan selain orang kristen maka ia berdosa" (mirip seperti orang Islam yang tidak sholat).
     
    2. "tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliannya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang pendusta" (Roma 3 : 7).
     
    Ayat ini menyatakan (menurut anggapan mereka) bahwa "Berbohong demi menyebarkan agama kristen dibenarkan", ini adalah ajaran yang tidak bermoral dan tidak masuk akal.
    Pantas saja mereka pernah mengeluarkan banyak berita bohong tentang "Zaenudin MZ masuk kristen", "Gus Dur dibaptis", "berkelit dari tuduhan menjual anak-anak korban tsunami Aceh untuk dikristenkan",
     
    Cara-Cara Kristenisasi:
    1. Cara lama yang masih digunakan:
    a. PEMBAGIAN SEMBAKO, PENDIDIKAN GRATIS, DISPENSASI BIAYA PENGOBATAN Cara ini digunakan untuk memurtdakan orang-orang yang terpuruk dalam bidang ekonomi. Banyak orang islam yang masuk ke sekolah kristen secara gratis dan di sekolah tersebut anak-anak diberi pelajaran agama kristen. Program mereka mendirikan 1000 sekolah di Indonesia dimana umat Islam dapat masuk secara gratis. Selain itu mereka memberikan beasiswa keluar negeri dan disana para mahasiswa yang terjerat digembleng dengan ajaran liberal (semua agama sama, menuju keselamatan, mengaburkan konsep islam yang benar). Termasuk dalam hal ini penolakan orang-orang kristen terhadap Undang-Undang SISDIKNAS.
     
    b. PACARISASI dan HAMILISASI. Orang-orang kristen memacari para muslimah lalu menghamilinya, kemudian mereka dipaksa (dan terpaksa) menjadi murtad karena keadaan yang memalukan itu.
     
    c. KAWIN BEDA AGAMA. Cara ini merupakan lahan empuk bagi mereka untuk mengkafirkan umat Islam, dengan berpura-pura masuk Islam terlebih dahulu, kemudian jika telah dikaruniai satu atau dua anak mereka kembali ke agamanya dan memaksa istri yang muslimah untuk kafir (murtad).
     
    d. MENIRU UMAT ISLAM. Cara ini digunakan untuk mengelabui umat islam. Misalnya dengan mengadakan Maulid Nabi Isa (pengganti natal), tilawah injil, kaligrafi arab yang berisi propaganda kristen, membuat injil dalam bahasa arab (lihat buku The Choice karya Ahmed Deedat halaman 237 lengkap dengan kalimah basmalah di awal ayatnya), mendirikan sekolah tinggi "kalimatullah" dengan dosen-dosen mengenakan kofiah mirip muslim dan lain-lain
     
    e. MENDATANGI RUMAH-RUMAH UMAT ISLAM. Mereka menayakan hal-hal tentang Islam yang tidak dapat dijawab oleh akal. Misalnya bertanya tentang "Dimanakah surga yang dijanjikan oleh Islam", lalu mereka memberikan brosur tentang "Surganya umat kristen"
     
    f. ANJURAN GEREJA UNTUK MENGUCAPKAN "SELAMAT IDUL FITRI", agar umat Islam nanti mengucapkan "Selamat Natal" kepada mereka. Tidak hanya gereja, ternyata tokoh umat Islampun Gus Dur (pada malam natal bersama tahun 2004) dan Quraish Shihab (lihat buku membumikan Al-Qur'an halaman 370 – 373) menyerukan ucapan natal. Hati-hati dengan pemikiran mereka.
     
    g. MENERBITKAN BUKU-BUKU YANG MERUSAK AKIDAH dan mereka menyewa para tokoh Islam untuk memberikan kata sambutan di dalamnya. Misalnya buku "Pergolakan Pemikiran Islam", "Fiqih Lintas Agama (FLA)", "Jihad Kristen" karya pendeta Dr. Josias L. Lengkong, buku tersebut (Jihad Kristen) diiringi dengan kata pengantar dari Prof. Dr. Amad Syafi'i Maarif (Ketua Umum Muhammadiyah), Dawam Rahardjo (petinggi Muhamadiyah) dan Said Aqiel Siradj (petinggi NU). Maksud dari semua itu adalah agar umat Islam tertarik membacanya padahal di dalamnya terdapat racun yang mematikan aqidah yang bermuara pada pemurtadan (kekafiran).
     
    h. MENJEBOL UU PERKAWINAN. Mereka menolak UU perkawinan yang melarang pasangan beda agama dengan dalih HAM. PROPAGANDA KB (keluarga Berencana). Tujuannya agara umat Islam semakin sedikit, sementara umat kristen diharamkan KB. Mendirikan gereja di tengah-tengah komunitas muslim dengan mendatangkan jamaah dari tempat lain.
     
    2. Cara Terbaru Yang Paling Berbahaya dan Tidak Disadari Umat Islam:
    a. MEBUAT WADAH BERSAMA (KRISTEN DAN ISLAM). Proyek ini digunakan untuk menarik simpati umat Islam dengan dalih yang beraneka ragam, perayaan malam tahun baru bersama, perayaan duka cita bersama dan sejenisnya.
     
    b. MEMINTA DANA KEPADA KAUM KAFIR. Banyak LSM dan organisasi Islam yang berlindung di bawah ketiak donatur kafir (The Asia Foundation). Ada sekitar 44 (empat puluh empat) LSM dan organisasi Islam yang bekerjasama dengan The Asia Foundation yang melakukan kristenisasi. Nama lembaga, Tokoh dan alamatnya dapat Anda baca dalam buku "Jejak Tokoh Islam Dalam Krsitenisasi" karya Hartono hal. 160 – 164. Bahkan Amerika menyediakan dana yang sangat besar agar pesantren-pesantren di Indonesia diubah kurikulumnya.
     
    c. MENYEWA TOKOH-TOKOH CENDIKIAWAN DAN POLITIKUS ISLAM untuk mengajar di sekolah penginjil Apostolos. Nama-nama mereka dapat Anda baca pada buku "Jejak Tokoh Islam Dalam Krsitenisasi" karya Hartono Ahmad Jaiz hal. 114 – 115. Mereka mencari sesuap nasi dengan mengabdi di STT (Sekolah Tinggi Theologi) milik orang kristen. Di STT tersebut para mahasiswanya diajarkan Islamologi (ilmu tentang Islam) sebanyak 40 sks. Salah satu tujuannya adalah mencari titik lemah Islam kemudian mengajarkannya kepada umat Islam.
     
    d. METODE HERMENEUTIKA. Semula metode ini hanya digunakan untuk Alkitab karena ribuan kesalahan dalam Alkitab yang tidak konsisten. Inti faham ini adalah "semua doktrin serba relatif, tidak ada kebenaran mutlak". Akhirnya metode ini digunakan pula oleh mereka terhadap Al-Qur'an.
     
    Mereka mengatakan "tidak boleh mengklaim hanya Islam agama yang benar", ayat-ayat Al-Qur'an ditafsirkan menurut selera mereka sehingga kabur makna yang sebenarnya. Metode ini diajarkan di seluruh IAIN dan menjadi materi wajib. Maka wajar saja jika lambat laun pemahaman umat Islam terhadap Al-Qur'an dan sunnah menjadi samar. Salah satu doktrin mereka terhadap para mahasiswanya adalah "lepaskan pemikiran Islam yang ada dalam benak anda yang pernah diperoleh di institusi sebelumnya".
     
    Mereka punya target "Ghozwul Fikri" (perang pemikiran) sehingga akhirnya para mahasiswa terbawa arus pemikiran liberal dan meragukan Islam.
     
    e. Mereka bahu-membahu memurtadkan umat Islam dengan berbagai cara dan dalih bahkan merekrut tokoh-tokoh Islam (yang munafik demi kepentingan uang, jabatan dan politik) agar umat Islam memandang baik apa yang mereka (orang-orang kristen) kemukakan.
     
    f. Target mereka saat ini adalah menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam yang benar dengan memutarbalikkan ayat-ayat Al-Qur'an dan menghasut hadis Rasulullah dengan berbagai dalih yang "seolah" masuk akal tetapi sebenarnya menipu dan menyesatkan.
     
    Ingatlah firman Allah :
    "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu".(QS Al Baqoroh : 120)
     
    "Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.." (QS Al-Baqoroh : 109)
     
    Direct link :
    http://www.google.com/url?q=http://cites-sat.blogspot.com/2012/02/metode-kristenisasi.html&sa=U&ei=4dHQUf3CF8nRrQeDjoCgAQ&ved=0CBYQFjAA&usg=AFQjCNHyjLZXrBNXm9ri5cmuy8kEkp1EBg
    http://graph.facebook.com/100004210986903/picture
    Jul 1st 2013, 01:27
     
    MEWASPADAI KRISTENISASI
     
    Kristenisasi adalah sebuah proyek besar yang terus dilakukan oleh orang-orang kristen sampai hari kiamat untuk memurtadkan (khusunya) umat Islam dan umat agama lain yang tidak beragama kristen.
     
    Ayat-Ayat Dalam Alkitab Yang Mendorong Kristenisasi :
    1. "carilah domba-domba tersesat dan kabarkanlah injil ke seluruh dunia".
     
    Padahal dalam Alkitab terdapat puluhan ayat yang menyatakan bahwa Isa diutus hanya untuk bani Israel saja, bukan untuk semua manusia. Ayat di atas hanya rekayasa belaka yang merupakan kebiasaan para ahli kitab sejak jaman dahulu. Ajaran mereka yang terkandung dalam ayat tersebut "barang siapa yang tidak dapat memurtadkan selain orang kristen maka ia berdosa" (mirip seperti orang Islam yang tidak sholat).
     
    2. "tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliannya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang pendusta" (Roma 3 : 7).
     
    Ayat ini menyatakan (menurut anggapan mereka) bahwa "Berbohong demi menyebarkan agama kristen dibenarkan", ini adalah ajaran yang tidak bermoral dan tidak masuk akal.
    Pantas saja mereka pernah mengeluarkan banyak berita bohong tentang "Zaenudin MZ masuk kristen", "Gus Dur dibaptis", "berkelit dari tuduhan menjual anak-anak korban tsunami Aceh untuk dikristenkan",
     
    Cara-Cara Kristenisasi:
    1. Cara lama yang masih digunakan:
    a. PEMBAGIAN SEMBAKO, PENDIDIKAN GRATIS, DISPENSASI BIAYA PENGOBATAN Cara ini digunakan untuk memurtdakan orang-orang yang terpuruk dalam bidang ekonomi. Banyak orang islam yang masuk ke sekolah kristen secara gratis dan di sekolah tersebut anak-anak diberi pelajaran agama kristen. Program mereka mendirikan 1000 sekolah di Indonesia dimana umat Islam dapat masuk secara gratis. Selain itu mereka memberikan beasiswa keluar negeri dan disana para mahasiswa yang terjerat digembleng dengan ajaran liberal (semua agama sama, menuju keselamatan, mengaburkan konsep islam yang benar). Termasuk dalam hal ini penolakan orang-orang kristen terhadap Undang-Undang SISDIKNAS.
     
    b. PACARISASI dan HAMILISASI. Orang-orang kristen memacari para muslimah lalu menghamilinya, kemudian mereka dipaksa (dan terpaksa) menjadi murtad karena keadaan yang memalukan itu.
     
    c. KAWIN BEDA AGAMA. Cara ini merupakan lahan empuk bagi mereka untuk mengkafirkan umat Islam, dengan berpura-pura masuk Islam terlebih dahulu, kemudian jika telah dikaruniai satu atau dua anak mereka kembali ke agamanya dan memaksa istri yang muslimah untuk kafir (murtad).
     
    d. MENIRU UMAT ISLAM. Cara ini digunakan untuk mengelabui umat islam. Misalnya dengan mengadakan Maulid Nabi Isa (pengganti natal), tilawah injil, kaligrafi arab yang berisi propaganda kristen, membuat injil dalam bahasa arab (lihat buku The Choice karya Ahmed Deedat halaman 237 lengkap dengan kalimah basmalah di awal ayatnya), mendirikan sekolah tinggi "kalimatullah" dengan dosen-dosen mengenakan kofiah mirip muslim dan lain-lain
     
    e. MENDATANGI RUMAH-RUMAH UMAT ISLAM. Mereka menayakan hal-hal tentang Islam yang tidak dapat dijawab oleh akal. Misalnya bertanya tentang "Dimanakah surga yang dijanjikan oleh Islam", lalu mereka memberikan brosur tentang "Surganya umat kristen"
     
    f. ANJURAN GEREJA UNTUK MENGUCAPKAN "SELAMAT IDUL FITRI", agar umat Islam nanti mengucapkan "Selamat Natal" kepada mereka. Tidak hanya gereja, ternyata tokoh umat Islampun Gus Dur (pada malam natal bersama tahun 2004) dan Quraish Shihab (lihat buku membumikan Al-Qur'an halaman 370 – 373) menyerukan ucapan natal. Hati-hati dengan pemikiran mereka.
     
    g. MENERBITKAN BUKU-BUKU YANG MERUSAK AKIDAH dan mereka menyewa para tokoh Islam untuk memberikan kata sambutan di dalamnya. Misalnya buku "Pergolakan Pemikiran Islam", "Fiqih Lintas Agama (FLA)", "Jihad Kristen" karya pendeta Dr. Josias L. Lengkong, buku tersebut (Jihad Kristen) diiringi dengan kata pengantar dari Prof. Dr. Amad Syafi'i Maarif (Ketua Umum Muhammadiyah), Dawam Rahardjo (petinggi Muhamadiyah) dan Said Aqiel Siradj (petinggi NU). Maksud dari semua itu adalah agar umat Islam tertarik membacanya padahal di dalamnya terdapat racun yang mematikan aqidah yang bermuara pada pemurtadan (kekafiran).
     
    h. MENJEBOL UU PERKAWINAN. Mereka menolak UU perkawinan yang melarang pasangan beda agama dengan dalih HAM. PROPAGANDA KB (keluarga Berencana). Tujuannya agara umat Islam semakin sedikit, sementara umat kristen diharamkan KB. Mendirikan gereja di tengah-tengah komunitas muslim dengan mendatangkan jamaah dari tempat lain.
     
    2. Cara Terbaru Yang Paling Berbahaya dan Tidak Disadari Umat Islam:
    a. MEBUAT WADAH BERSAMA (KRISTEN DAN ISLAM). Proyek ini digunakan untuk menarik simpati umat Islam dengan dalih yang beraneka ragam, perayaan malam tahun baru bersama, perayaan duka cita bersama dan sejenisnya.
     
    b. MEMINTA DANA KEPADA KAUM KAFIR. Banyak LSM dan organisasi Islam yang berlindung di bawah ketiak donatur kafir (The Asia Foundation). Ada sekitar 44 (empat puluh empat) LSM dan organisasi Islam yang bekerjasama dengan The Asia Foundation yang melakukan kristenisasi. Nama lembaga, Tokoh dan alamatnya dapat Anda baca dalam buku "Jejak Tokoh Islam Dalam Krsitenisasi" karya Hartono hal. 160 – 164. Bahkan Amerika menyediakan dana yang sangat besar agar pesantren-pesantren di Indonesia diubah kurikulumnya.
     
    c. MENYEWA TOKOH-TOKOH CENDIKIAWAN DAN POLITIKUS ISLAM untuk mengajar di sekolah penginjil Apostolos. Nama-nama mereka dapat Anda baca pada buku "Jejak Tokoh Islam Dalam Krsitenisasi" karya Hartono Ahmad Jaiz hal. 114 – 115. Mereka mencari sesuap nasi dengan mengabdi di STT (Sekolah Tinggi Theologi) milik orang kristen. Di STT tersebut para mahasiswanya diajarkan Islamologi (ilmu tentang Islam) sebanyak 40 sks. Salah satu tujuannya adalah mencari titik lemah Islam kemudian mengajarkannya kepada umat Islam.
     
    d. METODE HERMENEUTIKA. Semula metode ini hanya digunakan untuk Alkitab karena ribuan kesalahan dalam Alkitab yang tidak konsisten. Inti faham ini adalah "semua doktrin serba relatif, tidak ada kebenaran mutlak". Akhirnya metode ini digunakan pula oleh mereka terhadap Al-Qur'an.
     
    Mereka mengatakan "tidak boleh mengklaim hanya Islam agama yang benar", ayat-ayat Al-Qur'an ditafsirkan menurut selera mereka sehingga kabur makna yang sebenarnya. Metode ini diajarkan di seluruh IAIN dan menjadi materi wajib. Maka wajar saja jika lambat laun pemahaman umat Islam terhadap Al-Qur'an dan sunnah menjadi samar. Salah satu doktrin mereka terhadap para mahasiswanya adalah "lepaskan pemikiran Islam yang ada dalam benak anda yang pernah diperoleh di institusi sebelumnya".
     
    Mereka punya target "Ghozwul Fikri" (perang pemikiran) sehingga akhirnya para mahasiswa terbawa arus pemikiran liberal dan meragukan Islam.
     
    e. Mereka bahu-membahu memurtadkan umat Islam dengan berbagai cara dan dalih bahkan merekrut tokoh-tokoh Islam (yang munafik demi kepentingan uang, jabatan dan politik) agar umat Islam memandang baik apa yang mereka (orang-orang kristen) kemukakan.
     
    f. Target mereka saat ini adalah menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam yang benar dengan memutarbalikkan ayat-ayat Al-Qur'an dan menghasut hadis Rasulullah dengan berbagai dalih yang "seolah" masuk akal tetapi sebenarnya menipu dan menyesatkan.
     
    Ingatlah firman Allah :
    "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu".(QS Al Baqoroh : 120)
     
    "Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:13AM +0100  

    Search Facebook kafir
     
    Search Facebook kafir
     
    Urgent Saudi Arabia, in Masjid Al Nabawi , A Shia son of Mutah Kafir has been caught dressing like a woman, AstagferaAllah, indeed these Shias are perverted Cross dressers!!!
    http://graph.facebook.com/468299296575391/picture
    Jul 1st 2013, 01:28
     
    من سورية رسالة حارة للرئيس مرسي
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/yrPM7w

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:13AM +0100  

    Search Facebook kafir
     
    Search Facebook kafir
     
    PMII "ASWAJA DAN TEOLOGI PEMBEBASAN"-
    http://graph.facebook.com/100000457657918/picture
    Jul 1st 2013, 01:28
     
    "Teologi merupakan refleksi dari kondisi social-kultur yang bersifat kontekstual, cenderung lebih konkret dan histories dan tidak eternal yang selalu cocok dalam kurun waktu dan sejarah" (Asgar Ali Enginer)
    Teologi pembebasan muncul pertama kali di negara Amerika Latin. Pada masa itu terjadi penindasan serta gerakan repreisif dari penguasa, pemerintahan oligarki memberikan kehidupan yang sengsara kepada rakyat. Keadaan ekonomi, soisial dan politik tidak menciptakan kemakmuran untuk rakyat. Malah menciptakan system kapitalisme yang untuk awal dari modernisasi yang tidak seimbang. Sehingga diawali dari industrialisasi dengan menggunakan teori depedensi (ketergantungan, Andre Under Frank dan Fernando H. Cardoso,1948), Dengan menggunakan pendekatan neomarxis, memandang nasib negara-negara di Dunia Ketiga. Kata mereka, modernisasi di negara-negara Amerika Latin dan negara Dunia Ketiga lainnya justru melahirkan para penguasa mapan, pemilik modal besar, tuan tanah, dan kaum elite yang mengeksploitasi rakyat. Di bidang keagamaan, terjadi pergeseran pandangan teologis di kalangan Gereja Katolik di seantero Amerika Latin. Disebutkan dalam buku Teologi Pembebasan, selama berabad-abad gereja di Amerika Latin menganut pemahaman teologi Barat (Eropa) yang bersifat transendental dan rasional, yang berkutat dalam upaya memahami Tuhan dan iman secara rasional. Para uskup Amerika Latin menilai, cara berteologi Barat telah menimbulkan kemandekan berpikir, bertindak, dan menjauhkan gereja dari masaah-masalah kongkret. Gereja-gereja penganut teologi Barat, tuding mereka, hanya sibuk mengkhotbahkan ajaran Yesus sejauh menyangkut hidup pribadi, mengimbau orang agar tetap bertahan dan sabar menghadapi penderitaan, menghibur kaum miskin dan tertindas dengan iming-iming surga setelah kematian. Tahun 1971, terbit Teologia de la Liberacion --Teologi Pembebasan-- karya Gustavo Gutierrez, pastor dari Peru itu. Buku ini menguraikan secara jelas gagasan-gagasan dan tindakan-tindakan yang ditempuh para uskup Amerika Latin. Keberpihakan para uskup pada penguasa memberikan kelanggengan dalam betuk penindasan secara institusional, ini merupakan factor dari teologi yang sifatnya elitis, metafisis. Di dalam islam sendiri dalam teologi pembebasan kita kenal tokoh Asgar Ali Engineer (india), Farid Isack (afrika selatan), dan ada juga tokoh yang mempunyai spirit dalam teologi transformasi yaitu Hasan Hanafi (Mesir) Ziaul Haque (Pakistan). Namun tokoh yang paling kita kenal dalam teologi pembebasan ialam Asgar Ali Enginer, disamping sebagai pemikir dia juga sebagai aktifis. Dia seorang pemimpin salah satu kelompok Syi'ah Isma'iliyah, Daudi Bohras (Guzare Daudi) yang berpusat di Bombay India. Melalui wewenang keagamaan yang dia miliki, Asghar Ali Engineer berusaha menerapkan gagasan-gagasannya. Untuk itu dia harus menghadapi reaksi generasi tua yang cenderung bersikap konservatif, mempertahankan kemapanan.
    Untuk memahami latar belakang keagamaan Asghar Ali Engineer , ada baiknya diketahui sepintas lalu kelompok Daudi Bohras ini. Para pengikut Daudi Bohras dipimpin oleh Imam sebagai pengganti Nabi yang dijuluki Amiru 'l Mukminin. Mereka mengenal 21 orang Imam. Imam mereka yang terakhir Mawlana Abu 'l-Qasim al-Thayyib yang menghilang pada tahun 526 H. Akan tetapi mereka masih percaya bahwa ia masih hidup hingga sekarang. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh para Da'i (dari perkataan itu berasal ungkapan Daudi) yang selalu berhubungan dengan Imam terakhir itu. Seorang Da'i harus tampil sebagai pembela umat yang tertindas dan berjuang melawan kezaliman. Asghar Ali adalah seorang Da'i.
    Dengan memahami posisi Asghar di atas kita tidak heran mengapa Asghar Ali Engineer sangat vokal dalam menyoroti kezaliman dan penindasan. Ia menganjurkan bukan sekddar merumuskan "teologi transformatif" akan tetapi lebih dari itu. Asghar Ali Engineer menghimbau generasi muda Islam untuk merekonstruksi "teologi radikal transformatif". Ketika gagasan Teologi Pembebasan muncul di kalangan gereja Katolik di Amerika Latin, yang ternyata tidak direstui Vatikan, ia menulis artikel "Teologi Pembebasan dalam Islam". Tulisan-tulisan dalam buku ini sarat dengan analisa filosofikal dan historikal untuk merumuskan "Teologi Pembebasan dalam konteks modern" seperti diinginkan oleh Asghar Ali.Engineer
    Dalam bukunya Islam and Liberation Theology (1990) menjelaskan bahwa teologi pembebasan cenderung lebih konkret dan praktis, titik tekannya ialah realitas social. Sehingga tidak akan tercerabut dari akar kultur-sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Teologi pembebasan tidak netral. Artinya mempunyai keberpihakan dalam menentang staus quo, sebagai instrument untuk melepaskan belenggu manusia dari ketertindasan dan kelemahan yang dilakukan oleh penguasa. Sumber inspirasi dalam teologi pembebasan ialah Al-Qurqn dan Hadis, dimana dalam Al-Quran telah mengajarkan kepada kita tentang persamaan hak antar semua manusia, tidak ada diskriminasi antara satu dengan yang lain. Selain itu harus kita tauladani segala perbuatan nabi SAW. Beliau disamping sebagai rosul juga sebagai aktivis pembebas manusia dalam ketertindasan. Dalam pandangan Asgar Ali Enginer sejarah Nabi merupakan perubahan social, dimana keadaan social-ekonomi masyarakat Arab telah terjadi ketidakadilan oleh penguasa Qurays. Dan cenderung menghegemoni kegiatan ekonomi masyarakat. Menururt Thaha Husein, perjalanan dakwah nabi kalau hanya orirentasinya tentang ke-esaan Tuhan, tanpa memberikan penjelasan tentang pentingnya mendistribusikan sebagian hartanya dan persamaan hak, memerdekakan budak, mensejahterakan orang miskin maka konglomerat Quraisy akan menerima islam. Selain itu Ali juga memaparkan tauhid dan kufur. Dimana tauhid itu tidak hanya terbatas hanya meng-esakan tuhan, namun harus bisa menciptakan kehidupan di dalam struktur masyarakat tanpa kelas (classles society). Sedangkan kufur ialah "...orang-orang kafir dalam arti yang sesungguhnya adalah orang-orang yang menumpuk kekayaan dan terus membiarkan kezaliman dalam masyarakat serta merintangi upaya-upaya menegakkan keadilan...". oleh karena itu semangat yang diambil ialah semuanya interpretasikan yang dilakukan oleh Asgar Ali Enginer tidak hanya berdimensi teologis, namun juga berdimensi social-ekonomi. Islam adalah agama yang mempunyai spirit keummatan universal. Tidak ada yang istimewa secara kekuasaan dimata Tuhan, semuanya tergantung kepada penjiwaan serta penerapan Islam secara holistic. Dasar dari islam ialah persaudaraan yang universal  (universal brotherhood), kesetaraan (equality) dan keadilan social (social justice). Pertama Islam menekankan kesatuan manusia (unity of mankind) yang ditegaskan dalam Al-quran. "hai manusia ! kami ciptakan kamu laki-laki dan perempuan, kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku saling mengenal". Kedua Islam menekan pada keadilan di semua aspek kehidupan. Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Proyeksi teologi pembebasan lebih menitikberatkan pada aspek praksis daripada teoretisasi matefisik-teologis yang tidak jelas yang mencakup hal-hal yang abstrak dan konsep-konsep yang ambigu. Praksis yang dimaksud adalah sifat liberatif dan menyangkut interaksi dialektis antara "apa yang ada dan apa yang seharusnya". Islam bersifat liberatif, karena menjadi ancaman yang membahayakan bagi setatus quo atau segala bentuk kemapanan yang mengekploitasi kaum yang lemah. Menurut Asghar Ali Enginer agama mesti dilepaskan dari aspek-aspek teologis yang bersifat filosofis yang berkembang mencapai puncaknya sehingga aspek filosofis ini menjadi bagian utama dari agama yang justru mendukung kelompok penindas. Jika agama masih dianggap sebagai kebaikan dan berdiri sepihak dengan revolusi, kemajuan, dan perubahan. Pembebasan teologi dilakukan untuk mengembangkan sebuah teologi pembebaan. Teologi pada masa ini cendrung ritualistik, dokmatis, dan bersifat metafisik yang membingungkan dan dikuasai oleh orang-orang yang mendukung status quo, sehingga agama yang demikian itu disamakan Asghar Ali Engineer dengan mistik dan menghepnotis masyarakat. Tugas teologi pembebasan adalah membersihkan setiap elemen ini sampai ke akar-akarnya. Agama tidak boleh berhenti pada urusan akhirat atau duniawi saja. Tetapi harus dapat menjaga relevansinya. Historisitas an kontemporesitas agama di satu pihak, serta urusan akhirat dan dunia di pihak lain. Harus di satukan sehingga menjadi sebuah agama yang hidup dan dinamis. Asghar sangat kecewa melihat agama yang hanya berupa segenggam ritual yang tidak memiliki ruh, tidak menyentuh kepentingan kaum tertindas, dan para pekerja kasar, serta hanya menjadi latihan intelektual dan metafisik atau mistik yang abstrak bagi kalangan kelas menengah. Agar tidak melanggengkan kemapanan, ritual yang tidak memiliki ruh keagamaan dan juga abstraksi metafisik ini harus disingkirkan dari agama. Agama harus menjadi sumber motifasi bagi kaum tertidas untuk mengubah keadaan mereka dan menjadi kekuatan spiritual untuk mengkomunikasikan dirinya secara signifikan dengan memahami berbagai aspek spiritual yang lebih tinggi dari realitas.
    Menurut Asghar Ali Engineer teologi pembebasan adalah (1) mesti dimulai dengan melihat kehidupan manusia di dunia dan akhirat. (2) anti status quo yang melindungi golongan kaya dari pada golongan miskin, dan anti kemapanan baik agama, maupun politik, (3) pembela kelompok yang tertindas dan tercabut hak milinya, serta memperjuangkan kepentingan mareka dan membekali mereka dengan senjata ideologis yang kuat untuk melawan para penindas (4) di samping itu mengakui satu konsep metafisika tentang takdir dalam rentang sejarah ummat islam. Juga konsep bahwa manusia bebas menentukan nasibnya sendiri . teologi pembebasan mendorong pengembangan praksis islam sebagai tawar-menawar antara kebebasan mausia dan takdir. Teologi pembebasan lebih menganggap keduanya sebagai pelengkap daripada sebagai konsep yang berlawanan.
    MENGGUGAT SYARI'AH STATIS
    Anggapan masyarakat bahwa teologi tidak memberi kebebasan kepada manusia, bagi Asghar Ali Engineer barsifat spasio-temporal. Padahal dalam arti metafisik dan di luar proses sejarah, teologi sangat memberi ruang yang bebas kepada manusia. Pembicaraan dalam teologi sebenarnya sarat dengan kekaburan metafisik dan masalah-masalah yang abstrak, karakteristik teologi konvensional telah memperkuat kemapanan, dan menagkibatkan para teolog berpihak pada status quo, semakin teolog itu tidak jelas secara metafisik maka akan semakin memperkuat status quo. Teologi pembebasan perlu dikembangkan agar agama tetap mendapat tempat di hati kelompok yang tertindas dan lemah. Agama itu opinium atau candu rakyat sebagaimana yang dikatakan karl Marx bukan dipahami sebagai bentuk meyalahkan agama seperti yang di sangka banyak orang, tetapi sebagai kritik erhadap agama yang pada saat itu tidak membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat. Namun agama justru digunakan sebagai alat untuk melanggengkan kemapanan, agar agama menjadi alat perubahan kata Asghar agama harus menjadi senjata bagi kelompok yang dieksploitasi. Agama tradisional jika diformulasikan dalam teologi pembebasan, dapat memainkan peran penting sebagai praksis yang revolusioner, dibandingkan dengan agama yang hanya berupa upacara ritual yang tidak bermakna. Asghar menegaskan bahwa agama dalam bentuk yang tradisional hanya merupakan ilusi, teapi bias menjadi kekuatan yang mengagumkan bila ditampilkan dalam bentuk yang membebaskan. Islam datang untuk menggugat status quo dan mengentaskan kelompok yang tertindas dan yang di eksploitasi. Bagi Asghar masyarakat yang sebagian anggotanya mengeksploitasi sebagian yang lain yang lemah dan tertidas tidak dapat dikatakan/disebut sebagai masyarakat islam, meskipun mereka menjalankan ritualitas islam. Selama abad pertengahan para ulama justru du sibukan mendukung kemapanan. Mereka lebih meulis buku-buku tentang ibadah-ibadah ritual dan menghabiskan energi mereka untuk mengupas masalah-masalah fru'iyah dalam syari'ah. Dan sama sekali mengecilkan arti élan vital islam dalam menciptakan keadilan social dan kepedulian islam yang aktif terhadap kelompok yang lemah dan tertindas (mustad'afin). Sehingga sampai saat ini islam yang diterima masyarakat adalah islam yang kental dengan status quo. Agar islam menjadi ruh bagi masyarakatnya maka yang harus dilakukan sekarang adalah menghapus system kapitalis yang didasarkan pada eksploitasi sesame manusia. Secara histories telah terjadi perdebatan teologi islam yang hangat berkenaan dengan soal kehendak atau pilihan bebas (qodariayah) vis a vis dengan ketundukan pada takdir tuhan selama periode umayyah. Kekuasaan Umayyah yang di pegang oleh Amir Mu'awiyah ingin menyebarkan dogma pre determinasi sebagai lawan dari kehendak bebas. Dalam rangka mempertahankan status quo yang mereka ciptakan. Sejak saat itu paham kehendak bebas dan pre determinasi menjadi bahan diskusi yang intensif dalam teologi islam, kontroversi antara para oposan pendukung paham kehendak bebas yang disebut aliran jabariyah dengan orang-orang yang mendukung penguasa yang membela paham pre determinasi yang disebut dengan aliran  Qadariyah menghebat selama periode monarki Umayyah. Semua aliran-aliran seperti Syi'ah, khawarij dan mu' tazilah merupakan oposan dari pemerintahan Umayyah yang menindas dan mengeksploitasi. Dalam pandangan teologi pembebasan, manusia itu bebas dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Asghar mengemukakan bahwa manusia diciptakan allah untuk menentukan nasibnya sendiri dalam batas-batas (hudud) yang diciptaknnya atau untuk melewati batas-batas itu. Sedangkan dalam hal tanggung jawab, manusia adalah mahkluk yang memiliki kehendak bebas. Teologi pembebasan memandang konsep pre-determinasi dalam perspektif yang proporsional. Dalam teologi tradisional ketundukan keada kehendak Allah mengimplikasikan peneyerahan diri secara pasif kepada kemauannya. Dalam teks Al-qur'an tidak akan menghasilkan kesimpulan yang tegas, karena Istilah itu mahakuasa tidak berarti memasung kebebasan dan inisiatif manusia. Justru kata-kata allah maha kuasa berarti dia berkuasa untuk membuat hokum alam dan memberikan kebebasan kepada kepada manusia untuk mengikutinya, hokum Allah itu merupakan kerangka nilai yang bermuara pada kemajuan dan kesehatan social, bebas dari struktur sosio-ekonomi yang menindas, meninggalkan harkat kemanusiaan dan tidak memberi tempat kepada para penindas dan eksploitator. Al-qur'an justru mendesak manusia untuk selalu berusaha meningkatkan harkat kemanusiaan, menghapuskan kejahatan serta mengakhiri penindasan dan eksploitasi.
     
    MENGGUGAT SYARI'AH STATIS
        Menurut Asghar, al-qur'an itu bersifat normatif sekaligus pragmatis. Ajaran-ajarannya memiliki relevansi dengan zaman sekarang, seharusnya ajaran-ajaran tersebut tidak diperlukan sebagai ajaran normatif. Sebaliknya malah harus dilihat dalam konteks dimana ajaran tersebut harus ditepakan. Ada ayat yang memperlakukan secara kasar, tetapi mesti dilihat konteksnya secara propesional, misalnya wanita dibatasi hanya boleh berada dalam rumah dan laki-lakilah yang menghidupinya, Al-qur'an memperhitungkan kondisi ini dan menempatkan laki-laki alam kedudukasnnya yang lebih superior ketimbang perempuan. Tetapi harus dicatat ujar Asghar bahwa Al-Qur'an tidak menganggap atau menyatakan bahwa suatu struktur social bersifat normatif. Struktur social pasti dan akan selalu berubah dan jika dalam sebuah struktur social

     

 Search Facebook kafir: Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya). (Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai 'Arsy, Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat). (Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman): "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya. Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat ) yaitu ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya. (QS. Al Mu'min (40): 14-18)
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:13AM +0100  

    Search Facebook kafir
     
    Search Facebook kafir
     
    Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).
     
    (Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai 'Arsy, Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat).
     
    (Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman): "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.
     
    Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.
     
    Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat ) yaitu ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya.
     
    (QS. Al Mu'min (40): 14-18)
    http://graph.facebook.com/1621543566/picture
    Jul 1st 2013, 01:29
     
    Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).
     
    (Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai 'Arsy, Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat).
     
    (Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman): "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.
     
    Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.
     
    Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat ) yaitu ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya.
     
    (QS. Al Mu'min (40): 14-18)
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/yrPM7w

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:13AM +0100  

    Search Facebook kafir
     
    Search Facebook kafir
     
    ♥ ♥ ~ AYAT QUR,AN ~ ♥ ♥
    والذين كفروا وكذبوا بآياتنا أولئك أصحاب النارهم فيها خالدون .
    ADAPUN ORANG-ORANG KAFIR DAN MENDUSTAKAN AYAT-AYAT KAMI, MEREKA ITU PENGHUNI NERAKA; MEREKA KEKAL DI DALAMNYA .
    ( QS.AL-BAQARAH (2 ) AYAT 39.)
    MET PAGI KAWAN SEMUA MET BERAKTIVITAS ♥♡♥♡♥♡♥♡
    http://graph.facebook.com/100003538702700/picture
    Jul 1st 2013, 01:29
     
    ♥ ♥ ~ AYAT QUR,AN ~ ♥ ♥
    والذين كفروا وكذبوا بآياتنا أولئك أصحاب النارهم فيها خالدون .
    ADAPUN ORANG-ORANG KAFIR DAN MENDUSTAKAN AYAT-AYAT KAMI, MEREKA ITU PENGHUNI NERAKA; MEREKA KEKAL DI DALAMNYA .
    ( QS.AL-BAQARAH (2 ) AYAT 39.)
    MET PAGI KAWAN SEMUA MET BERAKTIVITAS ♥♡♥♡♥♡♥♡
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/yrPM7w

     

 Search Facebook kafir: Aku Pergi Tahlil, kau bilang itu amalan Jahil Aku baca Sholawat Burdah, kau bilang itu bid'ah Lalu aku harus bagaimana..? Aku bertawasul dengan baik, kau bilang itu musrik Aku ikut majlis dzikir, kau bilang aku kafir Lalu aku harus bagaimana..? Aku sholat pakai lafadz niat, kau bilang aku sesat Aku mengadakan maulid, kau bilang tak ada dalil yang valid Lalu aku harus bagaimana..? Aku gemar berziarah, kau bilang aku alap-alap berkah Aku mengadakan selametan, kau bilang aku pemuja setan Lalu aku harus bagaimana..? Aku pergi yasinan, kau bilang itu tak membawa kebaikan Aku ikut tasawuf sufi, malah kau suruh aku menjauhi Ya sudahlah.. Aku ikut kalian Kan ku pakai celana cingkrang, agar kau senang Kan kupanjangkan jenggot, agar dikira berbobot Kan kuhitamkan jidat, agar dikira ahli ijtihad Aku kan sering menghujat, biar dikira hebat Aku kan sering mencela, biar dikira mulia Ya sudahlah... aku pasrah pada Tuhan Yang kusembah ------------------------------------------------ ( Gus Mus Lihar )
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:13AM +0100  

    Search Facebook kafir
     
    Search Facebook kafir
     
    Aku Pergi Tahlil, kau bilang itu amalan Jahil
    Aku baca Sholawat Burdah, kau bilang itu bid'ah
    Lalu aku harus bagaimana..?
     
    Aku bertawasul dengan baik, kau bilang itu musrik
    Aku ikut majlis dzikir, kau bilang aku kafir
    Lalu aku harus bagaimana..?
     
    Aku sholat pakai lafadz niat, kau bilang aku sesat
    Aku mengadakan maulid, kau bilang tak ada dalil yang valid
    Lalu aku harus bagaimana..?
     
    Aku gemar berziarah, kau bilang aku alap-alap berkah
    Aku mengadakan selametan, kau bilang aku pemuja setan
    Lalu aku harus bagaimana..?
     
    Aku pergi yasinan, kau bilang itu tak membawa kebaikan
    Aku ikut tasawuf sufi, malah kau suruh aku menjauhi
     
    Ya sudahlah.. Aku ikut kalian
     
    Kan ku pakai celana cingkrang, agar kau senang
    Kan kupanjangkan jenggot, agar dikira berbobot
    Kan kuhitamkan jidat, agar dikira ahli ijtihad
    Aku kan sering menghujat, biar dikira hebat
    Aku kan sering mencela, biar dikira mulia
     
    Ya sudahlah... aku pasrah pada Tuhan
    Yang kusembah
     
    ------------------------------------------------
    ( Gus Mus Lihar )
    http://graph.facebook.com/100000308335517/picture
    Jul 1st 2013, 01:31
     
    Aku Pergi Tahlil, kau bilang itu amalan Jahil
    Aku baca Sholawat Burdah, kau bilang itu bid'ah
    Lalu aku harus bagaimana..?
     
    Aku bertawasul dengan baik, kau bilang itu musrik
    Aku ikut majlis dzikir, kau bilang aku kafir
    Lalu aku harus bagaimana..?
     
    Aku sholat pakai lafadz niat, kau bilang aku sesat
    Aku mengadakan maulid, kau bilang tak ada dalil yang valid
    Lalu aku harus bagaimana..?
     
    Aku gemar berziarah, kau bilang aku alap-alap berkah
    Aku mengadakan selametan, kau bilang aku pemuja setan
    Lalu aku harus bagaimana..?
     
    Aku pergi yasinan, kau bilang itu tak membawa kebaikan
    Aku ikut tasawuf sufi, malah kau suruh aku menjauhi
     
    Ya sudahlah.. Aku ikut kalian
     
    Kan ku pakai celana cingkrang, agar kau senang
    Kan kupanjangkan jenggot, agar dikira berbobot
    Kan kuhitamkan jidat, agar dikira ahli ijtihad
    Aku kan sering menghujat, biar dikira hebat
    Aku kan sering mencela, biar dikira mulia
     
    Ya sudahlah... aku pasrah pada Tuhan
    Yang kusembah
     
    ------------------------------------------------
    ( Gus Mus Lihar )
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/yrPM7w

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:13AM +0100  

    Search Facebook kafir
     
    Search Facebook kafir
     
    Betapa mengherankan bahwa orang yang aktif dalam sholat, puasa dan zikir, baca Al Quran, naik haji, berinfak, namun siang dan malam ia melanggar hukum Allah serta mengikuti kemauan dan perintah orang orang kafir. Lagi lagi kita tertipu, karena tidak sadar dengan makna ibadah. (Syeikh Abul Ala Maududi)
    http://graph.facebook.com/100003114842150/picture
    Jul 1st 2013, 01:31
     
    Betapa mengherankan bahwa orang yang aktif dalam sholat, puasa dan zikir, baca Al Quran, naik haji, berinfak, namun siang dan malam ia melanggar hukum Allah serta mengikuti kemauan dan perintah orang orang kafir. Lagi lagi kita tertipu, karena tidak sadar dengan makna ibadah. (Syeikh Abul Ala Maududi)
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/yrPM7w

     

 Search Facebook kafir: Bismillahirahmanirrahim.. Solawat ke atas Nabi dan Ahlulbaitnya.Sudah 1400 tahun lebih telah berlalu sejak wafat Nabi kita, Muhammad saaw. Tapi malang bagi kita, dalam jangka waktu yang panjang ini, umat Islam masih menjadi bahan lelucon ketika mereka sampai kini, masih gagal membuktikan yang mana satu cara shalat sebenarnya Rasulullah saaw. Setiap kelompok meyakini dan mengklaim, cara shalat mereka adalah sunnah asli Rasulullah saaw.Rasulullah saaw sejak periode kerasulannya sampai ke akhir hayatnya, telah berdakwah selama 23 tahun. Dalam periode ini, sudah pasti Rasulullah (sawa) setidaknya telah melaksanakan shalat di hadapan para sahabat sebanyak 700.000 kali. Heran sekali, kita masih gagal mensahihkan cara shalat Nabi apakah dengan tangan berlipat atau dengan tangan diluruskan. Kekeliruan ini bukanlah hal yang baru, bahkan telah dimulai di zaman para sahabat lagi, diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Jilid 4, Kitab 56, Nomor 664, Aisyah Ummul Mukminin berkata:Ia membenci ketika seseorang shalat dengan tangan berlipat (bersedekap) ketika shalat. Ini karena orang Yahudi juga berbuat begitu.Di dalam kondisi yang penuh kebingungan ini, teringat kata-kata Imam Ali (as): Bahkan bagaimana kamu dapat disesatkan sedangkan kerabat-kerabat Nabi saaw berada di antara kamu? Mereka itulh tonggak kebenaran; panji-panji agama; lidah-lidah yang selalu berkata benar! (Nahjul Balaghah Khutbah 83)Juga teringat wasiat Rasulullah (sawa): "Wahai manusia! Sesungguhnya aku tinggalkan kalian sesuatu yang jika kalian berpegang kepadanya tidak akan sesat selamanya: Kitab Allah dan Itrah, Ahlulbaitku. "Oleh itu, kami Syiah, yang meyakini bahwa Imam dari Ahlulbait (as) adalah wasi Rasul, dan pembawa sunnah asli beliau. Dari mereka kami belajar cara shalat, dan kami yakin bahwa itulah cara sebenarnya Rasulullah shalat, yakni, dengan tangan terbuka (tidak bersedakap).Sebelum kita lanjutkan, mari kita lihat pendapat Imam Mazhab Sunni tentang cara shalat Nabi. Untuk pengetahuan pembaca yang dirahmati, selain Syiah Imamiyah, mazhab Maliki ini juga meyakini bahwa Rasulullah shalat dengan tangan terbuka.Imam Hanafi berpendapat: Bagi pria, tangan kanan harus diletakkan di atas tangan kiri, dan posisinya di bawah pusat, sedangkan di dada untuk wanita.Imam Syafi'i berpendapat: Tidak masalah apabila pria atau wanita, harus menempatkan tangan pada pusat tetapi di bawah dada.Imam Hanbal berpendapat: Pria dan wanita meletakkan tangan di bawah pusat.Jika kalau para pembaca yang budiman melakukan kajian ke atas biografi ke tiga-tiga Imam Mazhab ini, semua mereka dilahirkan jauh dari Madinah, kampung halaman Rasulullah (sawa). Sementara Imam Malik bin Anas pula dilahirkan di Madinah, bahkan beliau adalah salah satu Imam madzhab yang terawal di lahirkan yaitu pada 93 Hijrah, masih tidak jauh dari masa para sahabat dan masih belum banyak bidaah muncul. Islam masih segar di zaman beliau. Ia tumbuh dalam kondisi melihat para penduduk dan sarjana Madinah shalat dalam kondisi tangan terbuka, maka dengan itu, beliau juga mengarahkan hal yang serupa di lakukan."Menurut Imam Malik, shalat harus dilakukan dengan tangan terbuka, bahkan menyebut tindakan melipat tangan ketika shalat fardhu sebagai makruh dan hanya diizinkan di shalat sunat." Sharh e Muslim, Jilid 1, ms 590, oleh Allama Ghulam Rasool Sa'eedi, Cetakan Lahore.Oleh karena adanya perbedaan pendapat ini, maka muncullah komentar yang aneh dari sebagian fiqih. Perlu diingat disini, Rasulullah (sawa) hanya mengajarkan satu saja cara shalat kepada para sahabat. Logikkah seorang menanam benih-benih perpecahan dan kebingungan dengan mengajar berbagai cara shalat? Lihatlah apa yang sudah terjadi sekarang!Ada orang telah mengatakan Rasulullah (sawa) mengajar cara shalat berbeda untuk kondisi berbeda. Wow, itu adalah satu argumen paling mengarut pernah saya dengar. Ya, benar untuk situasi jika sakit, musafir atau dalam kondisi perang. Namun, untuk ketiga situasi ini, masih lagi cara shalat yang sama. Takkahlah Rasulullah ajar lurus tangan untuk shalat ketika perang, dan lipat tangan untuk shalat ketika sakit pula? Mari kita lihat komentar para Ulama ketika berhadapan dengan perbedaan pendapat ini.Imam Nawawi dalam kitabnya Sharah Muslim berkata:"Imam Ahmad Auzai dan Manzar mengatakan tergantung pada diri mereka untuk shalat dengan cara yang mereka inginkan. Imam Malik berpendapat tangan harus diluruskan, dan itu adalah kebiasaan untuk pengikut beliau, sama juga dengan pendapat Lais bin Sa'ad. " Sharh Muslim Nawawi, Jilid 2, ms 28, terjemahan Maulana Waheed uz-Zaman.Begitu juga dengan komentar Imam Tarmizi:"Setiap darinya adalah diperbolehkan menurut pandangan ulama." Sunan Ibn e Majah, Jilid 1, ms 413-414Pernyataan Imam Malik juga menambahkan kekeliruan, dalam fatwanya bahwa melipat tangan adalah makruh untuk shalat fardhu tetapi dibolehkan dalam shalat sunat. Apakah semua hal ini dilakukan di zaman Rasulullah (sawa)? Apakah ketika Rasulullah memimpin shalat fardhu, beberapa para sahabat melipat tangannya di dada, sedangkan yang lain di perut, satu kelompok lagi di bawah pusat dan kelompok terakhir meluruskan tangannya? Ini adalah satu hal yang tidak mungkin. Tidak mungkin dalam arti kata Rasulullah (sawa) shalat subuh dengan melipat tangan di dada, Zuhur di perut, Ashar dengan tangan di bawah pusat dan shalat Maghrib dab Isya dengan meluruskan tangan, sedangkan Rasulullah (sawa) telah memberi instruksi untuk shalat seperti mana beliu shalat .Bagaimana Imam Ahlulbait (as) shalat?Saya tidak mau memperpanjang bahasan ini dengan mengemukakan argumen-argumen antara Sunni tentang tindakan meluruskan tangan. Saya letakkan disini praktek Imam dari Ahlulbait (as) dalam shalat. Di dalam kitab hadis Syiah, penuh dengan hadis-hadis tentang Imam dari Ahlulbait (as) mengajar tentang cara shalat Rasulullah (sawa), Syaikh Kulaini dan as Saduq meriwayatkan: "Tuhan kami mengadapkan mukanya ke Ka'bah. Membuang segala hubungan di antara tangan beliau dan meletakkan tangannya di sisinya, menutup ruang antara jari-jari dan merapatkan posisi kaki beliau. "1. Al-Shafi, terjemahan Furoo al Kafi, jilid 2, ms 652. Man la Yuhdhirah al-Faqeeh, Jilid 1, ms 166Imam Shawkani juga mengakui bahwa Imam dari Ahlulbait shalat dengan tangan terbuka di sisi. Ini dapat kita baca dari kitab beliau Nayl al-Awtar, Jilid 2 ms 67Hadis Dari Sumber SunniBerikut adalah sumber dukungan untuk menunjukkan Rasulullah (sawa) shalat dengan tangan terbuka dari sumber referensi Sunni.1. Imam Ahmad mencatat: أﺑﻮ ﻣﻌﺎوﻳﺔ ﺛﻨﺎ ﺑﻦ ﻃﺮﻓﺔ ﻋﻦ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺣﺪﺛﻨﻲ أﺑﻲ ﺛﻨﺎ ﷲ اﻷﻋﻤﺶ ﻋﻦ ﻣﺴﻴﺐ ﺑﻦ راﻓﻊ ﻋﻦ ﺗﻤﻴﻢ ﺑﻦ ﺳﻤﺮة ﻗﺎل : ﺧﺮج ﻋﻠﻴﻨﺎ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ و ﺳﻠﻢ ذات ﻳﻮم ﻓﻘﺎل ﻣﺎ ﻟﻲ أراﻛﻢ راﻓﻌﻲ ﺟﺎﺑﺮ أذﻧﺎب ﺧﻴﻞ ﺷﻤﺲ أﺳﻜﻨﻮا ﻓﻲ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻴﻪ أﻳﺪﻳﻜﻢ ﻛﺄﻧﻬﺎJabir bin Samara berkata:"Rasulullah saw keluar mendekati kami dan berkata" Kenapa kau melipat tanganmu (bersedekap) seperti tali kuda, kau harus menurunkannya dalam shalat "(musnad Ahmad bin Hanbal Juz.5 hal.93)Syaikh Shaib Al Aranut menyatakan tentang riwayat diatas:"Sanadnya shahih menurut Muslim"Imam Syaukani mencatat dalam Nail al-Awthar, juz. 2 hal. 200:"Mereka yang tidak melipat tangan (bersedekap dalam shalat) bersandar pada riwayat Jabir bin Samara; 'mengapa kau lipat tanganmu'"Bahkan Syaukani dalam Nayl al-Awthar, juz 2 hal.67 mengatakan bahwa Ahlul Bait Rasulullah saww shalat dengan meluruskan tangan.2. Dalam Tanwir al Aynain hal 58:"Ibn Sirin ditanya mengapa kita meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri dalam shalat, ia berkata ini adalah perbuatan orang Roma" (Ada juga dalam Al-Awail hal. 209 oleh Allamah Askari, bab. Islami Namaz)Dengan jelas riwayat di atas membuktikan bahwa Nabi (Sawa) Shalat dengan tangan terbuka (Meluruskan Tangan)Ibn Hajar Asqalani mencatat dalam "Talkhis Al-Habir Fi Takhrij Ahadith" Juz.1 hal.333, bab 'Sifat al Salat'"Ma'az meriwayatkan bahwa ketika Nabi SAW mendirikan Shalat, ia mengangkat kedua tangan sampai telinganya, dan setelah mengucap takbir kemudian menurunkan tangannya"3. Dalam Umadatul Qari Syarh Shahih Bukhari, Juz. 9 hal 20:Ibn al-Manzar meriwayatkan bahwa Abdullah Ibn Zubair dan al-Hassan al-Basri dan Ibnu Sirin bahwa ia (Nabi) melaksanakana shalat dengan tangannya terbuka dan begitu juga Malik ".4. Ulama Ahlul Hadist terkenal yakni Allamah Wahid-uz-Zaman Khan menulis:"Siapapun yang mengatakan bahwa shalat dengan tangan terbuka adalah kebiasaan terkait dengan Syiah, dalam hal ini orang tersebut telah salah, karena tidak hanya Syiah tetapi juga seluruh umat muslim melakukan shalat dengan cara yang sama, khususnya selama masa Rasul SAW, para sahabat melakukan cara yang sama dan tidak seorang pun tahu tentang melipatkan tangan. " Hadiyatul Mahdi, oleh Maulana Wahid uz Zaman, Juz. 1, hal.1265. Abdullah bin Zubair Melaksanakan Shalat Dengan Tangan TerbukaImam Ibn Abhi Syaibah mencatat dalam Al-Mushaf nya, Juz. 1 hal 344:Amr bin Dinar berkata; 'Abdullah Ibn Zubair melaksanakan shalat tanpa melipat tangannya'6. Para Imam Ahlu Sunnah Said Ibn Jubair Dan Ibn Masayyid Juga Shalat Dengan Tangan TerbukaAllamah Ibn Abdul Barr mencatat riwayat berikut dalam bukunya 'Al Tamhid':"Abdullah ibn al-izar berkata;m"Saya melakukan tawaf di sekitar Ka'bah dengan Said Ibn al Jubair. Suatu saat, ia melihat seorang laki-laki menempatkan satu tangan di atas tangan yang lain, kemudian ia menghampirinya, dipisahkan tangannya, dan kembali lagi pada ku "Peringkat Said bin Jubayr di antara para ulama awal Islam adalah satu posisi yang telah diketahui umum. Menurut Ibn Kathir, Said bin Jubair adalah murid Ibn Abbas [ra] dan Imam dalam berbagai bidang Tafsir dan Fiqih. [Al Bidayah wal Nihayah (Urdu), Vol 9 hal 177 'Peristiwa Th. 94 H '.].Ibn Hajar Asqalani menuliskan tentang Said bin Jubair:"…. Ia meriwayatkan hadits dari Ibn Abbas, Ibn Al-Zubair, Ibn Umar, Ibn Maqal, Uday Ibn Hatem, Abi Masood Al-Anasy, Abi Said Al-Khudri, Abu Huraira, Abu Musa Al-Asy'ari, Al-Dahak Ibn Qais Al-Fihri, Anas, Amr Ibn Maymun, Abi Abdulrahman Al-Sulami dan Aisyah ….. Ibn Abi Mughira berkata bahwa ketika orang-orang Kufah mendatangi Abbas untuk menanyakan Fatwa, ia berkata kepada mereka: "bukankah Said Ibn Jubayr berada di antara kalian? … Amru Ibn Maimun mengatakan bahwa ayahnya berkata: "Said Ibn Jubair telah meninggal tetapi belum ada orang yang menggapai pengetahuan darinyi" …… Abu Al-Qasim Al-Tabari mengatakan: "Dia adalah Imam dan Argumen yang dapat diandalkan Muslim" …. Ibnu Haban berkata bahwa Saeed adalah anggota hukum, pecinta shalat, benar dan saleh. "(Tahzib Al-Tahzib, Juz 4 No. 14)Disini akan disinggung bagaimana posisi tangan Said bin al Mussayyib selama melaksanakan shalat. Namun bagi yang tahu sedikit tentang orang terkenal ini, kami menyajikan text yang dicatat oleh Ibn Kathir dalam kitabnya:"Dia mendengar hadits dari Umar Faruq, Utsman, Ali, Said dan Abu Hurairah … Zuhri berkata:" Saya hidup bersamanya selama tujuh tahun dan saya tidak melihat orang lain yang lebih berpengetahuan dari pada dia ". Makhool berkata: "Saya pergi ke seluruh penjuru dunia dalam mengejar pengetahuan tetapi tidak ku temukan orang yang lebih berpengetahuan dari Saeed". Auzai berkata bahwa ada seseorang bertanya kepada Zuhri dan Makhul tentang ahli hukum yang paling berwibawa di mata mereka, keduanya sepakat berkata 'Said bin al Mussayyid'. Orang-orang memanggilnya "Faqih al Fuqaha" … Rabi telah menyatakan dengan merujuk kepada Imam Syafi'i bahwa bahkan sebuah hadis mursal dari Said bin al Musayyid adalah setara dengan hadis Hasan dan itu setara dengan hadits shahih dalam pandangan Imam Ahmad. Juga telah diungkapkan bahwa Said bin al Mussayyid lebih unggul dari semua Tabi'in … Abu Zarya berkata: "Dia adalah Madani dan Thiqa Imam". Abu Hatim berkata: tidak ada di antara Tabi'in yang unik dan lebih hebat darinya " Al Bidayah wal Nihayah (Urdu), Juz.9 Hal. 179-180 'Peristiwa 94 H'. (Nafees Book Academy Karachi).Jelas sekali di sini, praktek shalat dengan tangan terbuka bukanlah satu bidaah Syiah, bahkan ia merupakan satu perrbuatan yang ada dasarnya dalam Sunnah Rasulullah (sawa). Kekeliruan tentang cara shalat Nabi, seperti yang telah saya sebutkan, telah dimulai sejak zaman Nabi lagi. Ini adalah karena perbuatan puak-puak sesat yang memperkenalkan bid'ah berkelanjutan dalam agama Islam. Perhatikan hadits ini: Diriwayatkan oleh Imran bin Husain: "Aku shalat bersama Ali di Basrah dan ia mengingatkan kami pada shalat yang kami lakukan bersama Rasulullah. Ali mengucapkan Takbir pada setiap bangkit dan rukuk. " (Sahih Bukhari, Juz 1, Kitab12, No hadits. 751).Kepada orang-orang yang berpikiran kritis, akan segera terbetik di hati mereka, mengapa Imran teringat shalat yang dilakukan oleh beliau bersama Rasulullah saaw hanya apabila beliau shalat bersama Imam Ali? Apakah ketika beliau shalat bersama imam sholat lainnya tidak mengingatkan beliau tentang shalat Rasulullah? Fikirkanlah..! Wallahualam.Bersedekap dalam ShalatKaum Muslim sepakat bahwa tidak wajib meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri atau bersedekap, yang dalam bahasa Arab disebut taktif. Akan tetapi, mereka berselisih pendapat dalam menetapkan hukumnya (selain dari wajib itu) .Mazhab Hanafi mengatakan, " Bersedekap itu hukumnya sunah, bukan wajib. Yang terutama bagi laki-laki adalah meletakkan telapak tangan di atas punggung tangan kiri dan ditempatkan di bawah pusar. Sedangkan bagi perempuan adalah meletakkan kedua tangannya di atas dada."Mazhab asy-Syafi'i mengatakan, " Hal itu disunahkan bagi laki- laki dan perempuan. Yang paling utama adalah meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan ditempatkan di antara dada dan pusar, dan agak bergeser ke arah kin."Mazhab Hanbali mengatakan, " Hal itu adalah sunah. Yang paling utama adalah meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kin, dan ditempatkan di bahwa pusar."Mazhab Maliki mengatakan, " Hal itu boleh dilakukan. Akan tetapi, di dalam salat fardu disunahkan meluruskan tangan (ke bawah) ."Mereka sepakat bahwa bersedekap ( taktif) itu tidak wajib. Bahkan kebanyakan dan mereka memandanganya sebagai sunnah. Sedangkan mazhab Maliki betpandangan sebaliknya. Tidak sedikit ulama dari kalangan Ahlusunah menjelaskan bahwa bersedekap itu tidak wajib.Telah dikutip dari mazhab Maliki bahwa sebagian mereka memandang bersedekap itu sebagai mustahabb (yang disukai atau sunah). Sedangkan sebagian yang lain memandang bahwa yang mustahabb adalah meluruskan tangan ke bawah, dan memandang bersedekap sebagai makruh. Sebagian lagi berpendapat boleh memilih antara bersedekap dan meluruskan tangan ke bawah.Adapun Syi'ah, yang termasyhur di kalangan mereka memandang bahwa bersedekap itu haram dan membatalkan salat. Sebagian mereka mengatakan, " Bersedekap itu haram tetapi tidak membatalkan salat." Sementara kelompok ketiga, seperti al-Halabi, mengatakan bahwa bersedekap itu makruh.Barangsiapa yang mau bersandar pada pendapat dan hadis-hadis yang diriwayatkan dari para imam AhlulBait dalam masalah ini, silakan merujuk pada pembahasan tentang itu.Sekalipun Ahlusunah sepakat bahwa bersedekap itu tidak wajib, namun masalah tersebut telah mewariskan satu bentuk kesulitan di tengah masyarakat Islam.Syi'ah, tentu dengan ijma mereka, mengikuti larangan dari para Imam AhlulBait. Mereka meluruskan (ke bawah) tangan mereka ketika sedang salat. Tetapi kebanyakan masyarakat awam dari kalangan Ahlusunah memandang mereka dengan pandangan tertentu. Kadang-kadang orang-orang awam itu menyebut mereka sebagai para ahli bid'ah karena meninggalkan bersedekap ini.Walaupun di kalangan mereka, bersedekap itu hukumnya sunah. Padahal meninggalkan perbuatan sunah tidak dipandang sebagai bid'ah. Bahkan mazhab Maliki memandang bersedekap itu sebagai makruh. Selain itu, para Imam AhlulBait melarangnya.Hal itu tidak menjadi masalah di tangan masyarakat Syi'ah. Tetapi hal itu kadang-kadang menjadi penyebab saling mencaci, saling menyerang di antara Syi'ah dan Ahlusunah dengan dalih bahwa Imam Mesjid ini menyedekapkan tangannya ketika salat, imam yang lain menggenggamkan telapak tangannya, dan imam yang satu lagi meluruskan tangannya ke bawah.Muhammad shalih al-'Utsaimin berkata: " Pada suatu tahun di Mina terjadi sebuah insiden di hadapan saya dan beberapa orang teman. Barangkali insiden itu terasa ganjil bagi Anda. Ketika itu, datang dua kelompok orang. Masing-masing kelompok terdiri dari tiga atau empat orang. Setiap orang melemparkan tuduhan kafir dan laknat kepada yang lain-padahal mereka itu sedang melaksanakan ibadah haji. la memberitahukan bahwa salah satu dari dua kelompok itu melaksanakan salat dengan bersedekap dan meletakkan tangannya di atas dada. Ini mengingkari sunah. Karena yang disunahkan menurut kelompok ini adalah meluruskan tangan ke bawah. Sedangkan kelompok yang lain mengatakan bahwa meluruskan tangan ke bawah, bukan bersedekap, adalah kufur dan patut dilaknat. Terjadi perdebatan sengit di antara mereka"Selanjutnya ia mengatakan:" Perhatikanlah. bagaimana setan mempermainkan mereka dalam masalah yang mereka perselisihkan. Sehingga sebagian mereka mengafirkan sebagian yang lain disebabkan masalah tersebut yang hanya merupakan sunah. bukan termasuk rukun- rukun Islam dan bukan pula termasuk ibadah-ibadah fardu. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang disunahkan adalah bersedekap. Sedangkan ulama yang lain mengatakan bahwa yang disunahkan adalah meluruskan tangan ke bawah. Padahal yang benar yang ditunjukkan sunah adalah meletakkan tangan kanan di atas lengan kiri."Pada tahun 1412 H di Makkah al-Mukarramah. saya mendengar dari beberapa pemuda Mesir bahwa para mujahid muda di Mesir yang duduk dalam pemerintahan pendudukan Mesir terseret oleh pembahasan masalah ini ke dalam perdebatan sengit. Pastilah timbul akibat yang tidak terpuji kalau saja Allah ,tidak menganugerahi mereka persatuan yang baru.Saya tidak menuduh bahwa para pemuda, saudara-saudara dan yang lain itu lalai dalam masalah ini. Kelalaian dalam masalah ini adalah tanggung jawab para ulama dan juru dakwah. Sebab, mereka telah mengajarkan ibadah-ibadah sunah seperti meng- ajarkan ibadah-ibadah wajib. Sehingga orang-orang awam me-ngira kebanyakan ibadah-ibadah sunah itu sebagai ibadah-ibadah fardu. Meninggalkan sunah juga seperu itu, bertentangan dengan ruh syariat. Demikian pula, mendawamkannya dengan anggapan bahwa hal itu wajib seperti ibadah-ibadah fardu lainnya tidak lepas dari praktik bid'ah. Karenanya harus diperlihatkan yang sebenarnya secara terus-menerus.Nabi saw memisahkan salat lima waktu (sesuai waktu-waktu- nya). Tetapi kadang-kadang beliau menjama di antara dua salat agar orang-orang tidak mengira bahwa pemisahan (berdasarkan waktu-waktunya) itu adalah fardu. Namun sayang, justru yang dikhawatirkan itu terbukti di kalangan ahli fiqih, mereka yang mengaku sebagai ahli fiqih, dan orang-orang yang taklid. Hal itu sangat menyedihkan.Pemimpin dan juru dakwah setiap kelompok meyakini bahwa pendapat imam mazhabnya dalam masalah fiqih adalah wahyu yang tidak bercacat. Kemudian hal itu berujung pada ketidaktahuan kaum Muslim terhadap hukum-hukum salat. Sehingga akhirnya sebagian mereka mengafirkan sebagian yang lain. Mereka itu orang-orang yang malang yang tidak mengetahui Islam sedikit pun.Selain itu, hadis-hadis yang mereka jadikan dalil, sebagai sunah, tidak cukup untuk membuktikannnya sebagai sesuatu yang di-sunahkan. Berikut ini adalah hadis-hadis yang mereka jadikan dalil bahwa hal itu merupakan sesuatu yang disunahkan padahal menurut para Imam AhlulBait hal itu adalah bid'ah.Yang mungkin dijadikan dalil bahwa bersedekap itu merupa- kan sunah dalam salat tidak lepas dari tiga riwayat berikut:I. Hadis dari Sahal bin Sa'ad yang diriwayatkan al-Bukhari.2. Hadis dari wa 'il bin Hujur yang diriwayatkan Muslim. Al- Baihaqi menukilnya melalui tiga sanad.3. Hadis dari 'Abdullah bin Mas'ud yang diriwayatkan al-Baihaqi dalam Sunan-nya.Berikut ini kami ketengahkan kepada Anda kajian terhadap masing-masing hadis di atas.I. Hadis darl Sahal bin Sa'adAl-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hazim bin Sahal bin Sa 'ad: " Orang-orang diperintahkan agar bersedekap dalam salat-bagi laki-Iaki." Selanjutnya Abu Hazim berkata, " Saya tidak mengetahuinya kecuali ia menisbatkan (yamni) hal itu kepada Nabi saw."Isma 'il berkata, " Hal itu dinisbatkan (yumna) , bukan ia menisbatkan (yamni) ."Riwayat tersebut menjelaskan tata cara bersedekap. Namun, yang menjadi persoalan adalah periwayatannya dari Nabi saw. Hadis itu tidak bisa dijadikan dalil karena dua alasan berikut:Pertama,kalau Nabi saw yang memerintahkan bersedekap, lalu apa makna kalimat " Orang-orang diperintahkan …"? Apakah tidak lebih tepat kalau kalimat itu berbunyi: " Nabi saw memerintahkan …"? Bukankah ini menunjukkan bahwa hukum tersebut muncul setelah wafat Nabi saw, lalu para khalifah dan para gubernur mereka memerintahkan kepada orang-orang untuk bersedekap dengan anggapan bahwa hal itu lebih dekat pada kekhusyukan. Oleh karena itu, setelah hadis ini al-Bukhari mencantumn satu bab yang disebut bab "kekhusyukan".'Ibn Hajar berkata, " Hikmah bersedekap adalah karena hal itu merupakan sikap peminta-minta dan orang hina. Hal tersebut dapat mencegah hal-hal yang tak berguna dan lebih mendekatkan diri pada kekhusyukan. Al-Bukhari telah memperhatikan hal itu dan menyambungnya dengan bab kekhusyukan." Kedua, pada lampiran as-Sanad terdapat keterangan yang menegaskan hal itu dilakukan oleh orang-orang yang memerintah, bukan Rasulullah saw.Isma'il berkata, " Saya tidak mengetahuinya kecuali hal itu dinisbatkan kepada Nabi saw mengingat kata kerja itu dibaca dalam bentuk pasif."Artinya, ia tidak mengetahui bahwa bersedekap itu adalah sesuatu yang disunahkan dalam sa1at. Melainkan ia hanya dinisbatkan kepada Nabi saw. Maka hadis yang diriwayatkan Sahal bin Sa'ad ini adalah marfu:Ibn Hajar berkata, " Menurut istilah ahli hadis, apabila perawi mengatakan menisbatkannya, maksudnya adalah hadis itu marfu' kepada Nabi saw."Ini semua apabila kita membaca kata kerja dalam hadis tersebut dibaca dalam bentuk pasif. Akan tetapi,jika kita membacanya dalam bentuk aktif, berarti Sahal menisbatkan hal ini kepada Nabi saw. Dengan asumsi bahwa bacaan ini benar dan tidak merupakan hadis mursal dan marfu ' maka kalimat 'Saya tidak mengetahuinya kecuali…' menunjukkan lemahnya penisbatan itu. la mendengarkan dari orang lain teteapi nama orang itu tidak disebutkan.2. Hadis dari Wail bin Hujur.Diriwayatkan dengan beberapa redaksi:A. Muslim meriwayatkan dari Wa'il bin Hujur bahwa ia melihat Nabi saw mengangkat kedua tangannya ketika memulai salat sambil bertakbir. Lalu beliau berselimut dengan pakaiannya. Kemudian beliau bersedekap. Ketika hendak rukuk, beliau mengeluarkan kedua tangannya dari pakaiannya, kemudian mengangkatnya sambil bertakbir, dan rukuk.Berda1il dengan hadis tersebut berarti berdalil dengan perbuatan. Perbuatan tidak bisa dijadikan dalil kecuali diketahui maksudnya. Padahal, perbuatan tersebut tidak jelas tujuannya karena lahiriah hadis itu menyebutkan bahwa Nabi saw menyambungkan ujung-ujung bajunya, lalu ditutupkan pada dadanya dan bersedekap. Apakah perbuatan itu dimaksudkan agar menjadi sunah dalam salat? Apakah beliau melakukannya semata-mata agar pakaian itu tidak lepas. Atau apakah beliau melekatkan pakaian itu pada badannya hanya untuk menjaga dirinya dari hawa dingin? Perbuatan itu tidak jelas maksudnya. Karenanya perbuatan itu tidak bisa dijadikan dalil kecuali diketahui bahwa hal itu dilakukan agar menjadi sunah.Nabi saw telah melaksanakan salat bersama kaum Muhajirin dan Anshar selama lebih dari sepuluh tahun. Kalau hal itu ter- bukti datang dari Nabi saw tentu akan banyak periwayatan dan tersebar luas, dan niscaya periwayatannya tidak hanya terbatas pada wa 'il bin Hujur saja. Oleh karena itu, periwayatan oleh Wa'il bin Hujur memunculkan dua kemungkinan itu.Memang terdapat periwayatan hadis yang sama melalui sanad yang lain, tetapi tanpa menyebutkan kalimat " Kemudian beliau menyelimutkan pakaiannya ".B. Al-Baihaqi meriwayatkan hadis itu melalui sanadnya dari Musa bin 'Umair: Menyampaikan kepada kami 'Alqamah bin wa'il dari bapaknya bahwa Nabi saw, ketika berdiri dalam salat, menyedekapkan tangan kanannya di atas tangan kirinya. Saya juga melihat 'Alqamah melakukannya.Ka1au masalah ini berputar di antara orang-orang yang suka melebih-lebihkan dan yang suka mengurangi, maka yang kedua yang dipilih. Cermatilah hal ini seperti kajian pada bagian pertama, maka akan tampak bahwa maksud perbuatan itu tidak je1as.Padahal, kalau Nabi saw terus-menerus melakukan perbuatan tersebut, pastilah hal itu diketahui oleh masyarakat luas. Sedarigkan kalimat "Saya melihat 'Alqamah melakulkannya " menunjukkan bahwa perawi tersebut mempelajari sunah itu darinya.C. Al-Baihaqi meriwayatkan hadis dengan sanad yang lain dari wa'il bin Hujur . Di dalamnya terdapat masalah seperti yang telah kami sebutkan dalam hadis sebelumnya.D. Al-Baihaqi meriwayatkan hadis musnad dari Ibn Mas.ud bahwa ia me1aksanakan salat dengan menyedekapkan tangan kiri di ats tangan kanannya. Kemudian Nabi saw melihatnya. Maka ia menyedekapkan tangan kanan di atas tangan kirinya.Catatan: Tidak mungkin orang seperti Abdullah bin Mas.ud, seorang sahabat mulia, tidak mengetahui apakah hal itu disunahkan dalam salat atau tidak. Padahal ia termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam. Dalam sanad hadis itu terdapat nama Hasyim bin Basyir yang dikenal sebagai mudallis (pembuat hadis palsu).Oleh karena itu, kita perhatikan bahwa para Imam Ahlul Bait as menjaga diri dari hal itu dan memandangnya sebagai perbuatan orang-orang Majusi di hadapan raja mereka.Muhammad bin Muslim meriwayatkan hadis dari ash-shadiq as atau al-Baqir as: Saya katakan kepadanya, "Seorang laki-laki bersedekap dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri- nya." Imam as menjawab, "Hal itu adalah taktif yang tidak boleh dilakukan."Zurarah meriwayatkan hadis dari Abu Ja'far as: "Kalian harus menghadap kiblat ketika salat dan jangan bersedekap, karena bersedekap hanya dilakukan oleh orang-orang Majusi."Ash-Shaduq meriwayatkan hadis mela1ui sanadnya dari 'Ali as: "Seorang Muslim yang sedang salat berdiri di hadapan Allah .Azi.a wa Jalla tidak menyedekapkan tangannya menyerupai orang- orang kafir-yakni orang-orang Majusi."Pada akhir pembahasan ini, kami hendak mengajak pembaca memperhatikan ucapan Doktor Ali as-Salus. Setelah menukil pendapat-pendapat dari kedua belah pihak, kepada mereka yang mengharamkan dan membatilkannya, ia berkata, "Mereka yang berpendapat bahwa hal itu haram dan batil, atau batil saja, hanya- lah orang-orang yang menganut fanatisme mazhab dan menyukai perselisihan yang mencerai-beraikan kaum Muslim."Apakah dosa kaum Syi'ah apabila ijtihad dan pengkajian terhadap AI-Qur'an dan sunah membimbing mereka untuk mengatakan bahwa bersedekap merupakan sesuatu yang baru yang dibuat sepeninggal Nabi saw. Orang-orang diperintahkan untuk melakukan hal itu pada zaman para khalifah.Barangsiapa yang mengatakan bahwa bersedekap itu merupakan bagian dari salat sebagai fardu atau sunah, ia telah membuat sesuatu yang baru dalam agama yang bukan bagian darinya. Apakah pantas memberikan balasan kepada orang yang berijtihad dengan melemparkan tuduhan fanatik mazhab dan mencintai perselisihan?
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:13AM +0100  

    Search Facebook kafir
     
    Search Facebook kafir
     
    Bismillahirahmanirrahim.. Solawat ke atas Nabi dan Ahlulbaitnya.
     
    Sudah 1400 tahun lebih telah berlalu sejak wafat Nabi kita, Muhammad saaw. Tapi malang bagi kita, dalam jangka waktu yang panjang ini, umat Islam masih menjadi bahan lelucon ketika mereka sampai kini, masih gagal membuktikan yang mana satu cara shalat sebenarnya Rasulullah saaw. Setiap kelompok meyakini dan mengklaim, cara shalat mereka adalah sunnah asli Rasulullah saaw.
     
    Rasulullah saaw sejak periode kerasulannya sampai ke akhir hayatnya, telah berdakwah selama 23 tahun. Dalam periode ini, sudah pasti Rasulullah (sawa) setidaknya telah melaksanakan shalat di hadapan para sahabat sebanyak 700.000 kali. Heran sekali, kita masih gagal mensahihkan cara shalat Nabi apakah dengan tangan berlipat atau dengan tangan diluruskan. Kekeliruan ini bukanlah hal yang baru, bahkan telah dimulai di zaman para sahabat lagi, diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Jilid 4, Kitab 56, Nomor 664, Aisyah Ummul Mukminin berkata:
     
    Ia membenci ketika seseorang shalat dengan tangan berlipat (bersedekap) ketika shalat. Ini karena orang Yahudi juga berbuat begitu.
     
    Di dalam kondisi yang penuh kebingungan ini, teringat kata-kata Imam Ali (as): Bahkan bagaimana kamu dapat disesatkan sedangkan kerabat-kerabat Nabi saaw berada di antara kamu? Mereka itulh tonggak kebenaran; panji-panji agama; lidah-lidah yang selalu berkata benar! (Nahjul Balaghah Khutbah 83)
     
    Juga teringat wasiat Rasulullah (sawa): "Wahai manusia! Sesungguhnya aku tinggalkan kalian sesuatu yang jika kalian berpegang kepadanya tidak akan sesat selamanya: Kitab Allah dan Itrah, Ahlulbaitku. "
     
    Oleh itu, kami Syiah, yang meyakini bahwa Imam dari Ahlulbait (as) adalah wasi Rasul, dan pembawa sunnah asli beliau. Dari mereka kami belajar cara shalat, dan kami yakin bahwa itulah cara sebenarnya Rasulullah shalat, yakni, dengan tangan terbuka (tidak bersedakap).
     
    Sebelum kita lanjutkan, mari kita lihat pendapat Imam Mazhab Sunni tentang cara shalat Nabi. Untuk pengetahuan pembaca yang dirahmati, selain Syiah Imamiyah, mazhab Maliki ini juga meyakini bahwa Rasulullah shalat dengan tangan terbuka.
     
    Imam Hanafi berpendapat: Bagi pria, tangan kanan harus diletakkan di atas tangan kiri, dan posisinya di bawah pusat, sedangkan di dada untuk wanita.
     
    Imam Syafi'i berpendapat: Tidak masalah apabila pria atau wanita, harus menempatkan tangan pada pusat tetapi di bawah dada.
     
    Imam Hanbal berpendapat: Pria dan wanita meletakkan tangan di bawah pusat.
     
    Jika kalau para pembaca yang budiman melakukan kajian ke atas biografi ke tiga-tiga Imam Mazhab ini, semua mereka dilahirkan jauh dari Madinah, kampung halaman Rasulullah (sawa). Sementara Imam Malik bin Anas pula dilahirkan di Madinah, bahkan beliau adalah salah satu Imam madzhab yang terawal di lahirkan yaitu pada 93 Hijrah, masih tidak jauh dari masa para sahabat dan masih belum banyak bidaah muncul. Islam masih segar di zaman beliau. Ia tumbuh dalam kondisi melihat para penduduk dan sarjana Madinah shalat dalam kondisi tangan terbuka, maka dengan itu, beliau juga mengarahkan hal yang serupa di lakukan.
     
    "Menurut Imam Malik, shalat harus dilakukan dengan tangan terbuka, bahkan menyebut tindakan melipat tangan ketika shalat fardhu sebagai makruh dan hanya diizinkan di shalat sunat." Sharh e Muslim, Jilid 1, ms 590, oleh Allama Ghulam Rasool Sa'eedi, Cetakan Lahore.
     
    Oleh karena adanya perbedaan pendapat ini, maka muncullah komentar yang aneh dari sebagian fiqih. Perlu diingat disini, Rasulullah (sawa) hanya mengajarkan satu saja cara shalat kepada para sahabat. Logikkah seorang menanam benih-benih perpecahan dan kebingungan dengan mengajar berbagai cara shalat? Lihatlah apa yang sudah terjadi sekarang!
     
    Ada orang telah mengatakan Rasulullah (sawa) mengajar cara shalat berbeda untuk kondisi berbeda. Wow, itu adalah satu argumen paling mengarut pernah saya dengar. Ya, benar untuk situasi jika sakit, musafir atau dalam kondisi perang. Namun, untuk ketiga situasi ini, masih lagi cara shalat yang sama. Takkahlah Rasulullah ajar lurus tangan untuk shalat ketika perang, dan lipat tangan untuk shalat ketika sakit pula? Mari kita lihat komentar para Ulama ketika berhadapan dengan perbedaan pendapat ini.
     
    Imam Nawawi dalam kitabnya Sharah Muslim berkata:
     
    "Imam Ahmad Auzai dan Manzar mengatakan tergantung pada diri mereka untuk shalat dengan cara yang mereka inginkan. Imam Malik berpendapat tangan harus diluruskan, dan itu adalah kebiasaan untuk pengikut beliau, sama juga dengan pendapat Lais bin Sa'ad. " Sharh Muslim Nawawi, Jilid 2, ms 28, terjemahan Maulana Waheed uz-Zaman.
     
    Begitu juga dengan komentar Imam Tarmizi:
     
    "Setiap darinya adalah diperbolehkan menurut pandangan ulama." Sunan Ibn e Majah, Jilid 1, ms 413-414
     
    Pernyataan Imam Malik juga menambahkan kekeliruan, dalam fatwanya bahwa melipat tangan adalah makruh untuk shalat fardhu tetapi dibolehkan dalam shalat sunat. Apakah semua hal ini dilakukan di zaman Rasulullah (sawa)? Apakah ketika Rasulullah memimpin shalat fardhu, beberapa para sahabat melipat tangannya di dada, sedangkan yang lain di perut, satu kelompok lagi di bawah pusat dan kelompok terakhir meluruskan tangannya? Ini adalah satu hal yang tidak mungkin. Tidak mungkin dalam arti kata Rasulullah (sawa) shalat subuh dengan melipat tangan di dada, Zuhur di perut, Ashar dengan tangan di bawah pusat dan shalat Maghrib dab Isya dengan meluruskan tangan, sedangkan Rasulullah (sawa) telah memberi instruksi untuk shalat seperti mana beliu shalat .
     
    Bagaimana Imam Ahlulbait (as) shalat?
     
    Saya tidak mau memperpanjang bahasan ini dengan mengemukakan argumen-argumen antara Sunni tentang tindakan meluruskan tangan. Saya letakkan disini praktek Imam dari Ahlulbait (as) dalam shalat. Di dalam kitab hadis Syiah, penuh dengan hadis-hadis tentang Imam dari Ahlulbait (as) mengajar tentang cara shalat Rasulullah (sawa), Syaikh Kulaini dan as Saduq meriwayatkan: "Tuhan kami mengadapkan mukanya ke Ka'bah. Membuang segala hubungan di antara tangan beliau dan meletakkan tangannya di sisinya, menutup ruang antara jari-jari dan merapatkan posisi kaki beliau. "
     
    1. Al-Shafi, terjemahan Furoo al Kafi, jilid 2, ms 65
     
    2. Man la Yuhdhirah al-Faqeeh, Jilid 1, ms 166
     
    Imam Shawkani juga mengakui bahwa Imam dari Ahlulbait shalat dengan tangan terbuka di sisi. Ini dapat kita baca dari kitab beliau Nayl al-Awtar, Jilid 2 ms 67
     
    Hadis Dari Sumber Sunni
     
    Berikut adalah sumber dukungan untuk menunjukkan Rasulullah (sawa) shalat dengan tangan terbuka dari sumber referensi Sunni.
     
    1. Imam Ahmad mencatat: أﺑﻮ ﻣﻌﺎوﻳﺔ ﺛﻨﺎ ﺑﻦ ﻃﺮﻓﺔ ﻋﻦ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺣﺪﺛﻨﻲ أﺑﻲ ﺛﻨﺎ ﷲ اﻷﻋﻤﺶ ﻋﻦ ﻣﺴﻴﺐ ﺑﻦ راﻓﻊ ﻋﻦ ﺗﻤﻴﻢ ﺑﻦ ﺳﻤﺮة ﻗﺎل : ﺧﺮج ﻋﻠﻴﻨﺎ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ و ﺳﻠﻢ ذات ﻳﻮم ﻓﻘﺎل ﻣﺎ ﻟﻲ أراﻛﻢ راﻓﻌﻲ ﺟﺎﺑﺮ أذﻧﺎب ﺧﻴﻞ ﺷﻤﺲ أﺳﻜﻨﻮا ﻓﻲ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻴﻪ أﻳﺪﻳﻜﻢ ﻛﺄﻧﻬﺎ
     
    Jabir bin Samara berkata:
     
    "Rasulullah saw keluar mendekati kami dan berkata" Kenapa kau melipat tanganmu (bersedekap) seperti tali kuda, kau harus menurunkannya dalam shalat "(musnad Ahmad bin Hanbal Juz.5 hal.93)
     
    Syaikh Shaib Al Aranut menyatakan tentang riwayat diatas:
     
    "Sanadnya shahih menurut Muslim"
     
    Imam Syaukani mencatat dalam Nail al-Awthar, juz. 2 hal. 200:
     
    "Mereka yang tidak melipat tangan (bersedekap dalam shalat) bersandar pada riwayat Jabir bin Samara; 'mengapa kau lipat tanganmu'"
     
    Bahkan Syaukani dalam Nayl al-Awthar, juz 2 hal.67 mengatakan bahwa Ahlul Bait Rasulullah saww shalat dengan meluruskan tangan.
     
    2. Dalam Tanwir al Aynain hal 58:
     
    "Ibn Sirin ditanya mengapa kita meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri dalam shalat, ia berkata ini adalah perbuatan orang Roma" (Ada juga dalam Al-Awail hal. 209 oleh Allamah Askari, bab. Islami Namaz)
     
    Dengan jelas riwayat di atas membuktikan bahwa Nabi (Sawa) Shalat dengan tangan terbuka (Meluruskan Tangan)
     
    Ibn Hajar Asqalani mencatat dalam "Talkhis Al-Habir Fi Takhrij Ahadith" Juz.1 hal.333, bab 'Sifat al Salat'
     
    "Ma'az meriwayatkan bahwa ketika Nabi SAW mendirikan Shalat, ia mengangkat kedua tangan sampai telinganya, dan setelah mengucap takbir kemudian menurunkan tangannya"
     
    3. Dalam Umadatul Qari Syarh Shahih Bukhari, Juz. 9 hal 20:
     
    Ibn al-Manzar meriwayatkan bahwa Abdullah Ibn Zubair dan al-Hassan al-Basri dan Ibnu Sirin bahwa ia (Nabi) melaksanakana shalat dengan tangannya terbuka dan begitu juga Malik ".
     
    4. Ulama Ahlul Hadist terkenal yakni Allamah Wahid-uz-Zaman Khan menulis:
     
    "Siapapun yang mengatakan bahwa shalat dengan tangan terbuka adalah kebiasaan terkait dengan Syiah, dalam hal ini orang tersebut telah salah, karena tidak hanya Syiah tetapi juga seluruh umat muslim melakukan shalat dengan cara yang sama, khususnya selama masa Rasul SAW, para sahabat melakukan cara yang sama dan tidak seorang pun tahu tentang melipatkan tangan. " Hadiyatul Mahdi, oleh Maulana Wahid uz Zaman, Juz. 1, hal.126
     
    5. Abdullah bin Zubair Melaksanakan Shalat Dengan Tangan Terbuka
     
    Imam Ibn Abhi Syaibah mencatat dalam Al-Mushaf nya, Juz. 1 hal 344:
     
    Amr bin Dinar berkata; 'Abdullah Ibn Zubair melaksanakan shalat tanpa melipat tangannya'
     
    6. Para Imam Ahlu Sunnah Said Ibn Jubair Dan Ibn Masayyid Juga Shalat Dengan Tangan Terbuka
     
    Allamah Ibn Abdul Barr mencatat riwayat berikut dalam bukunya 'Al Tamhid':
     
    "Abdullah ibn al-izar berkata;m"Saya melakukan tawaf di sekitar Ka'bah dengan Said Ibn al Jubair. Suatu saat, ia melihat seorang laki-laki menempatkan satu tangan di atas tangan yang lain, kemudian ia menghampirinya, dipisahkan tangannya, dan kembali lagi pada ku "
     
    Peringkat Said bin Jubayr di antara para ulama awal Islam adalah satu posisi yang telah diketahui umum. Menurut Ibn Kathir, Said bin Jubair adalah murid Ibn Abbas [ra] dan Imam dalam berbagai bidang Tafsir dan Fiqih. [Al Bidayah wal Nihayah (Urdu), Vol 9 hal 177 'Peristiwa Th. 94 H '.].
     
    Ibn Hajar Asqalani menuliskan tentang Said bin Jubair:
     
    "…. Ia meriwayatkan hadits dari Ibn Abbas, Ibn Al-Zubair, Ibn Umar, Ibn Maqal, Uday Ibn Hatem, Abi Masood Al-Anasy, Abi Said Al-Khudri, Abu Huraira, Abu Musa Al-Asy'ari, Al-Dahak Ibn Qais Al-Fihri, Anas, Amr Ibn Maymun, Abi Abdulrahman Al-Sulami dan Aisyah ….. Ibn Abi Mughira berkata bahwa ketika orang-orang Kufah mendatangi Abbas untuk menanyakan Fatwa, ia berkata kepada mereka: "bukankah Said Ibn Jubayr berada di antara kalian? … Amru Ibn Maimun mengatakan bahwa ayahnya berkata: "Said Ibn Jubair telah meninggal tetapi belum ada orang yang menggapai pengetahuan darinyi" …… Abu Al-Qasim Al-Tabari mengatakan: "Dia adalah Imam dan Argumen yang dapat diandalkan Muslim" …. Ibnu Haban berkata bahwa Saeed adalah anggota hukum, pecinta shalat, benar dan saleh. "(Tahzib Al-Tahzib, Juz 4 No. 14)
     
    Disini akan disinggung bagaimana posisi tangan Said bin al Mussayyib selama melaksanakan shalat. Namun bagi yang tahu sedikit tentang orang terkenal ini, kami menyajikan text yang dicatat oleh Ibn Kathir dalam kitabnya:
     
    "Dia mendengar hadits dari Umar Faruq, Utsman, Ali, Said dan Abu Hurairah … Zuhri berkata:" Saya hidup bersamanya selama tujuh tahun dan saya tidak melihat orang lain yang lebih berpengetahuan dari pada dia ". Makhool berkata: "Saya pergi ke seluruh penjuru dunia dalam mengejar pengetahuan tetapi tidak ku temukan orang yang lebih berpengetahuan dari Saeed". Auzai berkata bahwa ada seseorang bertanya kepada Zuhri dan Makhul tentang ahli hukum yang paling berwibawa di mata mereka, keduanya sepakat berkata 'Said bin al Mussayyid'. Orang-orang memanggilnya "Faqih al Fuqaha" … Rabi telah menyatakan dengan merujuk kepada Imam Syafi'i bahwa bahkan sebuah hadis mursal dari Said bin al Musayyid adalah setara dengan hadis Hasan dan itu setara dengan hadits shahih dalam pandangan Imam Ahmad. Juga telah diungkapkan bahwa Said bin al Mussayyid lebih unggul dari semua Tabi'in … Abu Zarya berkata: "Dia adalah Madani dan Thiqa Imam". Abu Hatim berkata: tidak ada di antara Tabi'in yang unik dan lebih hebat darinya " Al Bidayah wal Nihayah (Urdu), Juz.9 Hal. 179-180 'Peristiwa 94 H'. (Nafees Book Academy Karachi).
     
    Jelas sekali di sini, praktek shalat dengan tangan terbuka bukanlah satu bidaah Syiah, bahkan ia merupakan satu perrbuatan yang ada dasarnya dalam Sunnah Rasulullah (sawa). Kekeliruan tentang cara shalat Nabi, seperti yang telah saya sebutkan, telah dimulai sejak zaman Nabi lagi. Ini adalah karena perbuatan puak-puak sesat yang memperkenalkan bid'ah berkelanjutan dalam agama Islam. Perhatikan hadits ini: Diriwayatkan oleh Imran bin Husain: "Aku shalat bersama Ali di Basrah dan ia mengingatkan kami pada shalat yang kami lakukan bersama Rasulullah. Ali mengucapkan Takbir pada setiap bangkit dan rukuk. " (Sahih Bukhari, Juz 1, Kitab12, No hadits. 751).
     
    Kepada orang-orang yang berpikiran kritis, akan segera terbetik di hati mereka, mengapa Imran teringat shalat yang dilakukan oleh beliau bersama Rasulullah saaw hanya apabila beliau shalat bersama Imam Ali? Apakah ketika beliau shalat bersama imam sholat lainnya tidak mengingatkan beliau tentang shalat Rasulullah? Fikirkanlah..! Wallahualam.
     
    Bersedekap dalam Shalat
     
    Kaum Muslim sepakat bahwa tidak wajib meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri atau bersedekap, yang dalam bahasa Arab disebut taktif. Akan tetapi, mereka berselisih pendapat dalam menetapkan hukumnya (selain dari wajib itu) .
     
    Mazhab Hanafi mengatakan, " Bersedekap itu hukumnya sunah, bukan wajib. Yang terutama bagi laki-laki adalah meletakkan telapak tangan di atas punggung tangan kiri dan ditempatkan di bawah pusar. Sedangkan bagi perempuan adalah meletakkan kedua tangannya di atas dada."
     
    Mazhab asy-Syafi'i mengatakan, " Hal itu disunahkan bagi laki- laki dan perempuan. Yang paling utama adalah meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan ditempatkan di antara dada dan pusar, dan agak bergeser ke arah kin."
     
    Mazhab Hanbali mengatakan, " Hal itu adalah sunah. Yang paling utama adalah meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kin, dan ditempatkan di bahwa pusar."
     
    Mazhab Maliki mengatakan, " Hal itu boleh dilakukan. Akan tetapi, di dalam salat fardu disunahkan meluruskan tangan (ke bawah) ."
     
    Mereka sepakat bahwa bersedekap ( taktif) itu tidak wajib. Bahkan kebanyakan dan mereka memandanganya sebagai sunnah. Sedangkan mazhab Maliki betpandangan sebaliknya. Tidak sedikit ulama dari kalangan Ahlusunah menjelaskan bahwa bersedekap itu tidak wajib.
     
    Telah dikutip dari mazhab Maliki bahwa sebagian mereka memandang bersedekap itu sebagai mustahabb (yang disukai atau sunah). Sedangkan sebagian yang lain memandang bahwa yang mustahabb adalah meluruskan tangan ke bawah, dan memandang bersedekap sebagai makruh. Sebagian lagi berpendapat boleh memilih antara bersedekap dan meluruskan tangan ke bawah.
     
    Adapun Syi'ah, yang termasyhur di kalangan mereka memandang bahwa bersedekap itu haram dan membatalkan salat. Sebagian mereka mengatakan, " Bersedekap itu haram tetapi tidak membatalkan salat." Sementara kelompok ketiga, seperti al-Halabi, mengatakan bahwa bersedekap itu makruh.
     
    Barangsiapa yang mau bersandar pada pendapat dan hadis-hadis yang diriwayatkan dari para imam AhlulBait dalam masalah ini, silakan merujuk pada pembahasan tentang itu.
     
    Sekalipun Ahlusunah sepakat bahwa bersedekap itu tidak wajib, namun masalah tersebut telah mewariskan satu bentuk kesulitan di tengah masyarakat Islam.
     
    Syi'ah, tentu dengan ijma mereka, mengikuti larangan dari para Imam AhlulBait. Mereka meluruskan (ke bawah) tangan mereka ketika sedang salat. Tetapi kebanyakan

     

 Search Facebook kafir: #Sedikit penjelasan tentang Bahasa Arab #Semangat manusia mempelajari "bahasa ibu" suatu bangsa menunjukkan seberapa besar perhatian mereka terhadap bahasa tersebut. Banyaknya jasa kursus bahasa Inggris menunjukkan bahwa banyak orang yang berminat untuk memperdalam bahasa Inggris. Bahasa Inggris telah menjadi "bahasa dunia", yang seperti menjadi satu "kartu bebas kunjung internasional". Cobalah kita saksikan, dengan bekal bahasa Inggris seseorang bisa berkunjung ke negara manapun dengan menggunakannya sebagai bahasa komunikasi di sana.Beberapa tahun belakangan ini, mulai lagi muncul tren bahasa Mandarin. Banyak orang yang berbondong-bondong mengikuti kursus bahasa Mandarin. Ada yang mengatakan bahwa bahasa Mandarin adalah bekal kedua–setelah bahasa Inggris–untuk memasuki era globalisasi. Apalagi sepak terjang Cina dalam perdagangan internasional semakin meluas.Orangtua tak ingin kalah untuk memasukkan anak-anaknya ke berbagai tempat kursus kedua bahasa tersebut. Orang kantoran dan mahasiswa pun tak ingin ketinggalan roda modernisasi. Intinya, banyak orang tak ingin ketinggalan zaman gara-gara tidak menguasai bahasa Inggris ataupun bahasa Cina. Seperti itu pulakah kita kaum muslimah? Lalu, dimanakah kedudukan bahasa Arab di hati kita?Bahasa Arab, Bahasa Kebanggaan Kaum MusliminJika sesuatu itu memiliki keutamaan, bukankah dia pantas untuk diperebutkan? Tentu saja! Nah, demikianlah bahasa Arab. Sebuah bahasa yang telah Allah jadikan sebagai bahasa al-Quran, kitab yang paling agung dan senantiasa dijaga oleh-Nya 'Azza wa Jalla sampai kiamat. Dengan demikian, bahasa manakah yang lebih mulia dan lebih utama daripadanya?Jika seseorang mampu berpayah-payah dalam mempelajari bahasa Inggris, Mandarin, Jerman, atau yang lainnya demi dunia, maka marilah kita bersikap yang jauh lebih baik daripada itu terhadap bahasa Arab. Jika seseorang rela mengeluarkan banyak uang agar sampai ke level bahasa asing yang paling mahir, maka marilah kita bersikap yang jauh lebih baik daripada itu terhadap bahasa Arab.Bukan Berarti Kita Tidak Boleh Belajar Bahasa Asing Selain Bahasa ArabUntuk menghindari kerancuan pemahaman dalam permasalahan ini, marilah kita simak penjelasan seorang ulama besar kaum muslimin abad ini, Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah.(?) Syekh 'Utsaimin rahimahullah ditanya:Apakah pendapat Anda jika seorang penuntut ilmu mempelajari bahasa Inggris, terlebih lagi jika dia mempelajarinya untuk berdakwah di jalan Allah?(+) Syekh 'Utsaimin menjawab:Menurut saya, tidak diragukan lagi bahwa mempelajari bahasa Inggris merupakan salah satu sarana, dan sarana tersebut akan menjadi sarana yang baik jika memiliki tujuan yang baik, dan akan menjadi sarana yang membinasakan jika tujuannya buruk. Akan tetapi, yang perlu dihindari adalah menjadikan bahasa Inggris sebagai pengganti bahasa Arab, karena sesungguhnya menggantikan kedudukan bahasa Arab yang merupakan bahasa al-Quran dan juga bahasa yang paling mulia dengan bahasa Inggris adalah sebuah keharaman. Telah diriwayatkan dari salah seorang salaf (yaitu 'Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu -ed) tentang larangan bercakap-cakap menggunakan bahasa orang kafir. Adapun jika digunakan sebagai sarana dakwah, maka tidak diragukan lagi bahwa terkadang hal tersebut menjadi wajib. Saya pun terkadang berangan-angan seandainya saya mempelajari bahasa Inggris dan pada sebagian waktu aku sangat butuh untuk menggunakan bahasa Inggris, sampai-sampai penerjemah tidak dapat mengungkapkan maksud hati saya secara sempurna. (Kitabul 'Ilmi, hlm.116)Anda Semakin Tertarik Belajar Bahasa Arab?Jika Anda benar-benar tertarik belajar bahasa Arab, kami sarankan agar Anda menentukan sasaran yang ingin Anda tuju. Bisa jadi sasaran tersebut Anda tentukan berdasarkan kebutuhan atau berdasarkan minat. Selanjutnya, fokuslah pada salah satu atau beberapa sub-pelajaran yang dapat memenuhi sasaran tersebut. Untuk permulaan belajar, berikut ini adalah beberapa bidang pelajaran dalam bahasa Arab yang dapat Anda pilih:(1) Nahwu dan sharafNahwu dan sharaf adalah dua di antara beberapa sub-pelajaran dalam bahasa Arab. Nahwu dan sharaf merupakan pelajaran tentang tata bahasa. Atas pertolongan Allah kemudian dengan bekal keduanya, insya Allah seseorang dapat lebih memahami kandungan Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Selain itu, kemahiran membaca kitab bahasa Arab yang tanpa harakat (lebih terkenal dengan istilah "kitab gundul") dapat diperoleh. Karya tulis para ulama yang sarat dengan ilmu sebagian besar ditulis dalam bahasa Arab. Sungguh sayang jika kita tak mampu menggali manfaatnya. Nahwu dan sharaf adalah jembatan menuju ke sana.Nahwu adalah ilmu yang mempelajari perubahan keadaan akhir suatu kata, contoh:Dalam suatu teks, susunan huruf محمد memiliki tiga kemungkinan cara baca, yaitu مُحَمَّدٌ (Muhammadun), مُحَمَّدٍ (Muhammadin), atau مُحَمَّدًا (Muhammadan). Jika kita membaca "Muhammadun", maka fungsi kata tersebut dalam suatu kalimat akan berbeda dengan jika kita membacanya "Muhammadan" atau "Muhammadin". Perubahan keadaan akhir (harakat atau huruf) suatu kata akan menyebabkan fungsinya dalam kalimat menjadi berbeda, yaitu apakah dia akan menjadi subjek, objek, kata keterangan, atau yang lainnya.Kata مُسْلِمُوْنَ (muslimun) dan kata مُسْلِمِيْنَ (muslimin) memiliki arti yang sama, namun fungsi yang berbeda dalam suatu kalimat. "Muslimun" dapat berfungsi sebagai subjek, namun tidak dapat berfungsi sebagai objek. Adapun kata "muslimin" dapat berfungsi sebagai objek, tetapi tidak dapat berfungsi sebagai subjek.Adapun sharaf, dia adalah ilmu yang mempelajari pembentukan kata dan perubahannya karena penambahan atau pengurangan. Contoh: dari kata كَتَبَ (artinya: dia (seorang laki-laki) telah menulis) dapat kita peroleh kata كِتَابٌ (artinya: buku).(2) Muhaddatsah/Hiwar (Percakapan)Sasaran muhaddatsah/hiwar adalah untuk meraih kemampuan menggunakan bahasa Arab secara aktif. Pelajaran ini i sya Allah bermanfaat untuk orang-orang yang membutuhkan percakapan sehari-hari dalam bahasa Arab, misalnya orang non-Arab yang akan bermukim di wilayah yang penduduknya berbahasa Arab. Dapat pula bermanfaat bagi orang-orang yang ingin menambah kosakatanya dalam bahasa Arab agar mempermudah pada saat menelaah kitab berbahasa Arab (sehingga tidak perlu sering membuka kamus).(3) KhathSebagaimana dalam bahasa-bahasa lain, dalam bahasa Arab pun terdapat berbagai bentuk keterampilan, yaitu membaca, berbicara, menulis, dan mendengarkan. Khath adalah bidang ilmu yang mengajarkan tata cara menulis aksara-aksara arab (lebih kita kenal dengan istilah "huruf hijaiyyah"), baik pada saat aksara tersebut berdiri sendiri maupun pada saat bersambung dengan aksara lain.Tetap Ingat yang Satu IniBahasa Arab adalah ilmu yang menjadi sarana untuk memahami cabang-cabang ilmu syariat yang lain. Karena itulah, kita sepatutnya bersungguh-sungguh mengejar ilmu bahasa Arab di jalan mana pun yang mesi ita susuri. Namun, tetaplah ingat bahwa ilmu adalah makanan (bagi jiwa), maka perhatikanlah dari siapa ilmu bahasa Arab kita peroleh. Pilihlah guru yang lurus akidahnya dan bersih pemahamannya tentang Islam. Sungguh banyak orang yang pandai berbahasa Arab, tetapi kepandaiannya itu justru menyesatkannya semakin jauh dari jalan kebenaran, karena ilmu tersebut diperolehnya dari orang-orang yang kelam pandangannya dan sungguh buruk pemahamannya tentang Islam.Demikianlah sedikit ilmu yang dapat kita jikmati bersama kali ini. Semoga bermanfaat dan beralir berkah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi kita semua.Saudariku, Belajar bahasa Arab sungguh menyenangkandan bermanfaat. Selamat mencoba.Maraji' (referensi):-Kitabul 'Ilmi, Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin, 1426 H/2005 M, Kairo: Maktabah Islamiyah.-Qawa'idul Asasiyyah (Cetakan ke-3), 1427 H/2007 M, Beirut: Darul Kutub Al-'Ilmiyyah.
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:12AM +0100  

    Search Facebook kafir
     
    Search Facebook kafir
     
    #Sedikit penjelasan tentang Bahasa Arab #
     
    Semangat manusia mempelajari "bahasa ibu" suatu bangsa menunjukkan seberapa besar perhatian mereka terhadap bahasa tersebut. Banyaknya jasa kursus bahasa Inggris menunjukkan bahwa banyak orang yang berminat untuk memperdalam bahasa Inggris. Bahasa Inggris telah menjadi "bahasa dunia", yang seperti menjadi satu "kartu bebas kunjung internasional". Cobalah kita saksikan, dengan bekal bahasa Inggris seseorang bisa berkunjung ke negara manapun dengan menggunakannya sebagai bahasa komunikasi di sana.
     
    Beberapa tahun belakangan ini, mulai lagi muncul tren bahasa Mandarin. Banyak orang yang berbondong-bondong mengikuti kursus bahasa Mandarin. Ada yang mengatakan bahwa bahasa Mandarin adalah bekal kedua–setelah bahasa Inggris–untuk memasuki era globalisasi. Apalagi sepak terjang Cina dalam perdagangan internasional semakin meluas.
     
    Orangtua tak ingin kalah untuk memasukkan anak-anaknya ke berbagai tempat kursus kedua bahasa tersebut. Orang kantoran dan mahasiswa pun tak ingin ketinggalan roda modernisasi. Intinya, banyak orang tak ingin ketinggalan zaman gara-gara tidak menguasai bahasa Inggris ataupun bahasa Cina. Seperti itu pulakah kita kaum muslimah? Lalu, dimanakah kedudukan bahasa Arab di hati kita?
     
    Bahasa Arab, Bahasa Kebanggaan Kaum Muslimin
     
    Jika sesuatu itu memiliki keutamaan, bukankah dia pantas untuk diperebutkan? Tentu saja! Nah, demikianlah bahasa Arab. Sebuah bahasa yang telah Allah jadikan sebagai bahasa al-Quran, kitab yang paling agung dan senantiasa dijaga oleh-Nya 'Azza wa Jalla sampai kiamat. Dengan demikian, bahasa manakah yang lebih mulia dan lebih utama daripadanya?
     
    Jika seseorang mampu berpayah-payah dalam mempelajari bahasa Inggris, Mandarin, Jerman, atau yang lainnya demi dunia, maka marilah kita bersikap yang jauh lebih baik daripada itu terhadap bahasa Arab. Jika seseorang rela mengeluarkan banyak uang agar sampai ke level bahasa asing yang paling mahir, maka marilah kita bersikap yang jauh lebih baik daripada itu terhadap bahasa Arab.
     
    Bukan Berarti Kita Tidak Boleh Belajar Bahasa Asing Selain Bahasa Arab
     
    Untuk menghindari kerancuan pemahaman dalam permasalahan ini, marilah kita simak penjelasan seorang ulama besar kaum muslimin abad ini, Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah.
     
    (?) Syekh 'Utsaimin rahimahullah ditanya:
    Apakah pendapat Anda jika seorang penuntut ilmu mempelajari bahasa Inggris, terlebih lagi jika dia mempelajarinya untuk berdakwah di jalan Allah?
     
    (+) Syekh 'Utsaimin menjawab:
    Menurut saya, tidak diragukan lagi bahwa mempelajari bahasa Inggris merupakan salah satu sarana, dan sarana tersebut akan menjadi sarana yang baik jika memiliki tujuan yang baik, dan akan menjadi sarana yang membinasakan jika tujuannya buruk. Akan tetapi, yang perlu dihindari adalah menjadikan bahasa Inggris sebagai pengganti bahasa Arab, karena sesungguhnya menggantikan kedudukan bahasa Arab yang merupakan bahasa al-Quran dan juga bahasa yang paling mulia dengan bahasa Inggris adalah sebuah keharaman. Telah diriwayatkan dari salah seorang salaf (yaitu 'Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu -ed) tentang larangan bercakap-cakap menggunakan bahasa orang kafir. Adapun jika digunakan sebagai sarana dakwah, maka tidak diragukan lagi bahwa terkadang hal tersebut menjadi wajib. Saya pun terkadang berangan-angan seandainya saya mempelajari bahasa Inggris dan pada sebagian waktu aku sangat butuh untuk menggunakan bahasa Inggris, sampai-sampai penerjemah tidak dapat mengungkapkan maksud hati saya secara sempurna. (Kitabul 'Ilmi, hlm.116)
     
    Anda Semakin Tertarik Belajar Bahasa Arab?
     
    Jika Anda benar-benar tertarik belajar bahasa Arab, kami sarankan agar Anda menentukan sasaran yang ingin Anda tuju. Bisa jadi sasaran tersebut Anda tentukan berdasarkan kebutuhan atau berdasarkan minat. Selanjutnya, fokuslah pada salah satu atau beberapa sub-pelajaran yang dapat memenuhi sasaran tersebut. Untuk permulaan belajar, berikut ini adalah beberapa bidang pelajaran dalam bahasa Arab yang dapat Anda pilih:
     
    (1) Nahwu dan sharaf
     
    Nahwu dan sharaf adalah dua di antara beberapa sub-pelajaran dalam bahasa Arab. Nahwu dan sharaf merupakan pelajaran tentang tata bahasa. Atas pertolongan Allah kemudian dengan bekal keduanya, insya Allah seseorang dapat lebih memahami kandungan Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Selain itu, kemahiran membaca kitab bahasa Arab yang tanpa harakat (lebih terkenal dengan istilah "kitab gundul") dapat diperoleh. Karya tulis para ulama yang sarat dengan ilmu sebagian besar ditulis dalam bahasa Arab. Sungguh sayang jika kita tak mampu menggali manfaatnya. Nahwu dan sharaf adalah jembatan menuju ke sana.
     
    Nahwu adalah ilmu yang mempelajari perubahan keadaan akhir suatu kata, contoh:
     
    Dalam suatu teks, susunan huruf محمد memiliki tiga kemungkinan cara baca, yaitu مُحَمَّدٌ (Muhammadun), مُحَمَّدٍ (Muhammadin), atau مُحَمَّدًا (Muhammadan). Jika kita membaca "Muhammadun", maka fungsi kata tersebut dalam suatu kalimat akan berbeda dengan jika kita membacanya "Muhammadan" atau "Muhammadin". Perubahan keadaan akhir (harakat atau huruf) suatu kata akan menyebabkan fungsinya dalam kalimat menjadi berbeda, yaitu apakah dia akan menjadi subjek, objek, kata keterangan, atau yang lainnya.
     
    Kata مُسْلِمُوْنَ (muslimun) dan kata مُسْلِمِيْنَ (muslimin) memiliki arti yang sama, namun fungsi yang berbeda dalam suatu kalimat. "Muslimun" dapat berfungsi sebagai subjek, namun tidak dapat berfungsi sebagai objek. Adapun kata "muslimin" dapat berfungsi sebagai objek, tetapi tidak dapat berfungsi sebagai subjek.
     
    Adapun sharaf, dia adalah ilmu yang mempelajari pembentukan kata dan perubahannya karena penambahan atau pengurangan. Contoh: dari kata كَتَبَ (artinya: dia (seorang laki-laki) telah menulis) dapat kita peroleh kata كِتَابٌ (artinya: buku).
     
    (2) Muhaddatsah/Hiwar (Percakapan)
    Sasaran muhaddatsah/hiwar adalah untuk meraih kemampuan menggunakan bahasa Arab secara aktif. Pelajaran ini i sya Allah bermanfaat untuk orang-orang yang membutuhkan percakapan sehari-hari dalam bahasa Arab, misalnya orang non-Arab yang akan bermukim di wilayah yang penduduknya berbahasa Arab. Dapat pula bermanfaat bagi orang-orang yang ingin menambah kosakatanya dalam bahasa Arab agar mempermudah pada saat menelaah kitab berbahasa Arab (sehingga tidak perlu sering membuka kamus).
     
    (3) Khath
    Sebagaimana dalam bahasa-bahasa lain, dalam bahasa Arab pun terdapat berbagai bentuk keterampilan, yaitu membaca, berbicara, menulis, dan mendengarkan. Khath adalah bidang ilmu yang mengajarkan tata cara menulis aksara-aksara arab (lebih kita kenal dengan istilah "huruf hijaiyyah"), baik pada saat aksara tersebut berdiri sendiri maupun pada saat bersambung dengan aksara lain.
     
    Tetap Ingat yang Satu Ini
     
    Bahasa Arab adalah ilmu yang menjadi sarana untuk memahami cabang-cabang ilmu syariat yang lain. Karena itulah, kita sepatutnya bersungguh-sungguh mengejar ilmu bahasa Arab di jalan mana pun yang mesi ita susuri. Namun, tetaplah ingat bahwa ilmu adalah makanan (bagi jiwa), maka perhatikanlah dari siapa ilmu bahasa Arab kita peroleh. Pilihlah guru yang lurus akidahnya dan bersih pemahamannya tentang Islam. Sungguh banyak orang yang pandai berbahasa Arab, tetapi kepandaiannya itu justru menyesatkannya semakin jauh dari jalan kebenaran, karena ilmu tersebut diperolehnya dari orang-orang yang kelam pandangannya dan sungguh buruk pemahamannya tentang Islam.
     
    Demikianlah sedikit ilmu yang dapat kita jikmati bersama kali ini. Semoga bermanfaat dan beralir berkah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi kita semua.
     
    Saudariku, Belajar bahasa Arab sungguh menyenangkandan bermanfaat. Selamat mencoba.
     
    Maraji' (referensi):
    -Kitabul 'Ilmi, Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin, 1426 H/2005 M, Kairo: Maktabah Islamiyah.
    -Qawa'idul Asasiyyah (Cetakan ke-3), 1427 H/2007 M, Beirut: Darul Kutub Al-'Ilmiyyah.
    http://graph.facebook.com/100004885298589/picture
    Jul 1st 2013, 01:32
     
    #Sedikit penjelasan tentang Bahasa Arab #
     
    Semangat manusia mempelajari "bahasa ibu" suatu bangsa menunjukkan seberapa besar perhatian mereka terhadap bahasa tersebut. Banyaknya jasa kursus bahasa Inggris menunjukkan bahwa banyak orang yang berminat untuk memperdalam bahasa Inggris. Bahasa Inggris telah menjadi "bahasa dunia", yang seperti menjadi satu "kartu bebas kunjung internasional". Cobalah kita saksikan, dengan bekal bahasa Inggris seseorang bisa berkunjung ke negara manapun dengan menggunakannya sebagai bahasa komunikasi di sana.
     
    Beberapa tahun belakangan ini, mulai lagi muncul tren bahasa Mandarin. Banyak orang yang berbondong-bondong mengikuti kursus bahasa Mandarin. Ada yang mengatakan bahwa bahasa Mandarin adalah bekal kedua–setelah bahasa Inggris–untuk memasuki era globalisasi. Apalagi sepak terjang Cina dalam perdagangan internasional semakin meluas.
     
    Orangtua tak ingin kalah untuk memasukkan anak-anaknya ke berbagai tempat kursus kedua bahasa tersebut. Orang kantoran dan mahasiswa pun tak ingin ketinggalan roda modernisasi. Intinya, banyak orang tak ingin ketinggalan zaman gara-gara tidak menguasai bahasa Inggris ataupun bahasa Cina. Seperti itu pulakah kita kaum muslimah? Lalu, dimanakah kedudukan bahasa Arab di hati kita?
     
    Bahasa Arab, Bahasa Kebanggaan Kaum Muslimin
     
    Jika sesuatu itu memiliki keutamaan, bukankah dia pantas untuk diperebutkan? Tentu saja! Nah, demikianlah bahasa Arab. Sebuah bahasa yang telah Allah jadikan sebagai bahasa al-Quran, kitab yang paling agung dan senantiasa dijaga oleh-Nya 'Azza wa Jalla sampai kiamat. Dengan demikian, bahasa manakah yang lebih mulia dan lebih utama daripadanya?
     
    Jika seseorang mampu berpayah-payah dalam mempelajari bahasa Inggris, Mandarin, Jerman, atau yang lainnya demi dunia, maka marilah kita bersikap yang jauh lebih baik daripada itu terhadap bahasa Arab. Jika seseorang rela mengeluarkan banyak uang agar sampai ke level bahasa asing yang paling mahir, maka marilah kita bersikap yang jauh lebih baik daripada itu terhadap bahasa Arab.
     
    Bukan Berarti Kita Tidak Boleh Belajar Bahasa Asing Selain Bahasa Arab
     
    Untuk menghindari kerancuan pemahaman dalam permasalahan ini, marilah kita simak penjelasan seorang ulama besar kaum muslimin abad ini, Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah.
     
    (?) Syekh 'Utsaimin rahimahullah ditanya:
    Apakah pendapat Anda jika seorang penuntut ilmu mempelajari bahasa Inggris, terlebih lagi jika dia mempelajarinya untuk berdakwah di jalan Allah?
     
    (+) Syekh 'Utsaimin menjawab:
    Menurut saya, tidak diragukan lagi bahwa mempelajari bahasa Inggris merupakan salah satu sarana, dan sarana tersebut akan menjadi sarana yang baik jika memiliki tujuan yang baik, dan akan menjadi sarana yang membinasakan jika tujuannya buruk. Akan tetapi, yang perlu dihindari adalah menjadikan bahasa Inggris sebagai pengganti bahasa Arab, karena sesungguhnya menggantikan kedudukan bahasa Arab yang merupakan bahasa al-Quran dan juga bahasa yang paling mulia dengan bahasa Inggris adalah sebuah keharaman. Telah diriwayatkan dari salah seorang salaf (yaitu 'Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu -ed) tentang larangan bercakap-cakap menggunakan bahasa orang kafir. Adapun jika digunakan sebagai sarana dakwah, maka tidak diragukan lagi bahwa terkadang hal tersebut menjadi wajib. Saya pun terkadang berangan-angan seandainya saya mempelajari bahasa Inggris dan pada sebagian waktu aku sangat butuh untuk menggunakan bahasa Inggris, sampai-sampai penerjemah tidak dapat mengungkapkan maksud hati saya secara sempurna. (Kitabul 'Ilmi, hlm.116)
     
    Anda Semakin Tertarik Belajar Bahasa Arab?
     
    Jika Anda benar-benar tertarik belajar bahasa Arab, kami sarankan agar Anda menentukan sasaran yang ingin Anda tuju. Bisa jadi sasaran tersebut Anda tentukan berdasarkan kebutuhan atau berdasarkan minat. Selanjutnya, fokuslah pada salah satu atau beberapa sub-pelajaran yang dapat memenuhi sasaran tersebut. Untuk permulaan belajar, berikut ini adalah beberapa bidang pelajaran dalam bahasa Arab yang dapat Anda pilih:
     
    (1) Nahwu dan sharaf
     
    Nahwu dan sharaf adalah dua di antara beberapa sub-pelajaran dalam bahasa Arab. Nahwu dan sharaf merupakan pelajaran tentang tata bahasa. Atas pertolongan Allah kemudian dengan bekal keduanya, insya Allah seseorang dapat lebih memahami kandungan Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Selain itu, kemahiran membaca kitab bahasa Arab yang tanpa harakat (lebih terkenal dengan istilah "kitab gundul") dapat diperoleh. Karya tulis para ulama yang sarat dengan ilmu sebagian besar ditulis dalam bahasa Arab. Sungguh sayang jika kita tak mampu menggali manfaatnya. Nahwu dan sharaf adalah jembatan menuju ke sana.
     
    Nahwu adalah ilmu yang mempelajari perubahan keadaan akhir suatu kata, contoh:
     
    Dalam suatu teks, susunan huruf محمد memiliki tiga kemungkinan cara baca, yaitu مُحَمَّدٌ (Muhammadun), مُحَمَّدٍ (Muhammadin), atau مُحَمَّدًا (Muhammadan). Jika kita membaca "Muhammadun", maka fungsi kata tersebut dalam suatu kalimat akan berbeda dengan jika kita membacanya "Muhammadan" atau "Muhammadin". Perubahan keadaan akhir (harakat atau huruf) suatu kata akan menyebabkan fungsinya dalam kalimat menjadi berbeda, yaitu apakah dia akan menjadi subjek, objek, kata keterangan, atau yang lainnya.
     
    Kata مُسْلِمُوْنَ (muslimun) dan kata مُسْلِمِيْنَ (muslimin) memiliki arti yang sama, namun fungsi yang berbeda dalam suatu kalimat. "Muslimun" dapat berfungsi sebagai subjek, namun tidak dapat berfungsi sebagai objek. Adapun kata "muslimin" dapat berfungsi sebagai objek, tetapi tidak dapat berfungsi sebagai subjek.
     
    Adapun sharaf, dia adalah ilmu yang mempelajari pembentukan kata dan perubahannya karena penambahan atau pengurangan. Contoh: dari kata كَتَبَ (artinya: dia (seorang laki-laki) telah menulis) dapat kita peroleh kata كِتَابٌ (artinya: buku).
     
    (2) Muhaddatsah/Hiwar (Percakapan)
    Sasaran muhaddatsah/hiwar adalah untuk meraih kemampuan menggunakan bahasa Arab secara aktif. Pelajaran ini i sya Allah bermanfaat untuk orang-orang yang membutuhkan percakapan sehari-hari dalam bahasa Arab, misalnya orang non-Arab yang akan bermukim di wilayah yang penduduknya berbahasa Arab. Dapat pula bermanfaat bagi orang-orang yang ingin menambah kosakatanya dalam bahasa Arab agar mempermudah pada saat menelaah kitab berbahasa Arab (sehingga tidak perlu sering membuka kamus).
     
    (3) Khath
    Sebagaimana dalam bahasa-bahasa lain, dalam bahasa Arab pun terdapat berbagai bentuk keterampilan, yaitu membaca, berbicara, menulis, dan mendengarkan. Khath adalah bidang ilmu yang mengajarkan tata cara menulis aksara-aksara arab (lebih kita kenal dengan istilah "huruf hijaiyyah"), baik pada saat aksara tersebut berdiri sendiri maupun pada saat bersambung dengan aksara lain.
     
    Tetap Ingat yang Satu Ini
     
    Bahasa Arab adalah ilmu yang menjadi sarana untuk memahami cabang-cabang ilmu syariat yang lain. Karena itulah, kita sepatutnya bersungguh-sungguh mengejar ilmu bahasa Arab di jalan mana pun yang mesi ita susuri. Namun, tetaplah ingat bahwa ilmu adalah makanan (bagi jiwa), maka perhatikanlah dari siapa ilmu bahasa Arab kita peroleh. Pilihlah guru yang lurus akidahnya dan bersih pemahamannya tentang Islam. Sungguh banyak orang yang pandai berbahasa Arab, tetapi kepandaiannya itu justru menyesatkannya semakin jauh dari jalan kebenaran, karena ilmu tersebut diperolehnya dari orang-orang yang kelam pandangannya dan sungguh buruk pemahamannya tentang Islam.
     
    Demikianlah sedikit ilmu yang dapat kita jikmati bersama kali ini. Semoga bermanfaat dan beralir berkah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi kita semua.
     
    Saudariku, Belajar bahasa

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:08AM +0100  

    Search Facebook salafist
     
    Search Facebook salafist
     
    CATHOLIC PRIEST BEHEADED IN SYRIA BY AL-QAEDA-LINKED REBELS AS MEN AND CHILDREN TAKE PICTURES AND CHEER
    http://graph.facebook.com/100001627744007/picture
    Jul 1st 2013, 00:41
     
    Syrian Catholic priest Francois Murad killed last weekend by jihadi fighters was beheaded, according to a report by Catholic Online which is linking to video purportedly showing the brutal murder. As TheBlaze reported last week, Murad, 49, was setting up a monastery in Gassanieh, northern Syria. Las...
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/3PtkSZ

     

 Search Facebook kuffar: Nouvelle approche du 'udhr bi el jahl(Partie 2)Voir notamment : taqrîrât aimmat e-da'wa fî mukhâlafat madhhab el khawârij wa ibtâlihi qui est une thèse es doctorat du D. Mohammed Hishâm Tâhirî, et ayant eu parmi les membres du jury le grand Mufti actuel d'Arabie Saoudite, 'Abd el 'Azîz Âl e-Sheïkh. Les différentes catégories d'individus Pour mieux cerner la divergence, il incombe de mettre en lumière un certain nombre de points. Premièrement : selon l'opinion la plus répandue des traditionalistes, celui qui n'a jamais entendu parler de la législation mohammadienne, et qui en d'autres termes n'a pas reçu la preuve céleste est excusable indépendamment de savoir dans quelle époque et à quel endroit il se trouve. Dès lors, la religion à laquelle il adhère sur terre (juive, chrétienne, païenne) aura une influence sur la relation que nous aurons avec lui. Quant à son statut dans l'au-delà, il est le même qu'ahl el fatra (l'intervalle entre deux périodes prophétiques). Selon la tendance la plus vraisemblable, cette catégorie d'individus sera éprouvée le Jour de la résurrection ; celui qui passera cette épreuve gagnera le Paradis et celui qui échouera sera jeté en Enfer. Allah (I) révèle à ce sujet : [Nous n'allions châtier personne avant d'envoyer un messager].[1] Deuxièmement : il existe plusieurs catégories de mécréants et païens ayant reçu le message prophétique et la preuve céleste, mais qui ensuite n'ont pas embrassé l'Islam : 1- Ceux qui ont renié le message par orgueil.2- Ceux qui ne porte pas attention à cette religion et qui s'en détournent.3- Ceux qui suivent aveuglément (taqlid) leurs ancêtres, et qui, pour préserver leur rang et leur richesse, ont renoncé à la foi. Il va sans dire que ces trois catégories d'individus ne sont pas musulmans (Juifs, chrétiens, idolâtres, etc.), mais des mécréants d'origine (kuffar asliyun). Ce constat est l'un des principes élémentaires de la religion musulmane. Troisièmement : un adepte de l'Islam qui commet de la grande association délibérément et en tout âme et conscience. Ce cas est le même que les précédents. Quatrièmement : ici se situe la divergence. Autrement dit, est-ce qu'un adepte de l'Islam qui commet une annulation de la religion par erreur (khata), interprétation (ta-wil) ou par ignorance est un mécréant ou devient un apostat ? Ou bien faut-il attendre avant de le condamner qu'il comprenne la preuve céleste ? Les anciens et les grandes références traditionalistes établissent que l'iqâma el hujja est une condition requise avant de se prononcer sur un cas particulier. Il n'existe pas de divergences sur le principe en lui-même, comme nous l'avons vu dans Éclaircissement. Cependant, certains textes des savants de aimmat e-da'wa (les imams de la da'wa najidte) laissent à penser le contraire. Le problème, c'est qu'il faut distinguer dans leur discours entre le statut absolu (hukm el mutlaq) d'un acte et son application sur un cas particulier (hukm el mu'ayin) qui varie en fonction des contextes. Par exemple, Sheikh Mohammed ibn 'Abd el Wahhab et ses élèves condamnent certains de leurs opposants à la mécréance ou à l'association, étant donné qu'ils se sont chargés eux-mêmes d'établir la preuve céleste contre eux. Pour mieux comprendre, il serait intéressant de présenter la chose comme suit : La différence entre le statut absolu et le statut particulier • 1- Il faut distinguer entre le cas général et le cas particulier dans les questions du takfîr. Les anciens, mais aussi aimmat e-da'wa considèrent que l'iqâma el hujja est indispensable avant de se prononcer sur un cas particulier. Néanmoins, il est possible de trouver des divergences entre eux sur certains cas de figure. Certains pensent que le Coran suffit pour établir la preuve céleste contre un tel en particulier. D'autres voient que la sunna fait l'affaire. Selon certains autres, seule la combinaison des deux (Coran et sunna) peut servir de hujja pour ce cas précis. Ils peuvent estimer également qu'un tel n'ait pas reçu la hujja pour plusieurs raisons ; il peut ne pas comprendre la Langue arabe, ne pas avoir eu accès à la sunna, ou il peut être excusable pour ces deux raisons à la fois. En réalité, ces différences de points de vue ne sont pas considérées comme une divergence, étant donné que tous s'accordent à dire que l'acte en lui-même relève de la mécréance. Les traditionalistes disent qu'en règle générale tel acte est du kufr. Puis, dans la pratique, on peut estimer que les conditions sont réunies pour sortir de la religion un tel, en sachant qu'aucune restriction possible ne vient l'empêcher. Mais, on peut estimer aussi qu'il manque certaines conditions pour pouvoir le juger, ou bien qu'une restriction fait obstacle au jugement, etc. Sheïkh Hamd ibn 'Atîq explique à ce sujet : « Quiconque reçoit la prédication mohammadienne à laquelle nous appelons, et qu'il s'y soumet ensuite, il est un musulman promis au Paradis indépendamment de l'époque ou de l'endroit où il se trouve ; soit en vouant le culte exclusif à Allah sans Lui vouer d'associer et en adhérant aux lois de l'Islam. Cependant, certains sont comparables aux païens de l'ère préislamique ; ils n'ont aucune connaissance de l'unicité pour laquelle Mohammed fut envoyé aux hommes ; ni de l'association qu'il a combattue par les armes. Dans ce cas, on ne peut parler de musulmans en raison de leur ignorance. Quiconque commet l'association en apparence est considéré comme un mécréant en apparence. Ainsi, on ne demande pas le pardon en sa faveur et on ne fait pas l'aumône pour lui. Nous remettons son sort à Allah qui connait le fond des poitrines. Au même moment, nous ne disons pas qu'il est un mécréant, étant donné que nous faisons une distinction entre les cas. Nous ne condamnons pas un cas particulier à la mécréance, car nous ne sommes pas à même de sonder les cœurs. Nous remettons donc son sort à Allah… Les étudiants en science doivent bien comprendre cette distinction. Nous condamnons à la mécréance celui qui adhère à une autre religion que l'Islam, mais nous ne disons pas qu'un tel ira au feu. Nous maudissons les injustes, mais nous ne maudissons pas un tel en particulier. »[2] Ainsi, il établit qu'en règle générale la grande association ou la grande mécréance fait sortir de la religion. Puis, il explique que nous remettons à Allah le sort d'un cas particulier, sans lui appliquer le takfîr. Gardons à l'esprit que les points de vue des savants divergent pour un même individu. Au moment où certains pensent qu'il est mécréant, d'autres ne sont pas aussi formels, compte tenu des éléments qu'ils ont en mains les abstenant de se prononcer. Ainsi, il est faux de dire que, contrairement aux ultras, les savants de aimmat e-da'wa ne tiennent pas compte de l'erreur qui peut être de différentes natures, à condition qu'elle ne soit pas motivée par un sentiment d'obstination. Leur exemple est celui des Compagnons qui n'ont pas kaffar Qudâma ibn Mazh'ûn ayant moralement autorisé à boire du vin, mais qui fut motivé par un effort d'interprétation.[3] Sheïkh el 'Uthaïmîn met en lumière ces notions comme nous l'avons vu dans kashf e-shubuhât. Voir également : Les wahhabites taxent-ils de mécréants les ignorants musulmans sans faire de détail ? Il est vrai que certains discours d'aimmat e-da'wa laissent à penser qu'ils ne tiennent pas compte d'iqâmat el hujja.[4] Pour mieux les comprendre, il convient de les replacer dans leur contexte historique. Leurs adversaires leur contestaient en effet le takfîr dans l'absolu pour certaines pratiques païennes répandues chez leurs contemporains. D'ailleurs, il suffit de lire leurs passages en entier pour s'apercevoir qu'à leurs yeux, ces points sont tellement élémentaires qu'il est inadmissible de ne pas les comprendre. Cela ne veut pas dire qu'ils négligent le principe d'iqâmat el hujja avant de se prononcer sur un cas particulier. La fatwa varie donc en fonction des questions, des personnes et des époques. Par exemple, un adversaire du nom d'ibn Mansûr disait que les pratiques païennes en vogue à son époque rapportaient une récompense étant donné que leurs auteurs étaient motivés par un effort d'interprétation. Il refusait qu'on les qualifie de pratiques faisant sortir de la religion. C'est alors que les plumes acerbes de la vérité s'acharnèrent contre lui en vue de prouver que ces actes relevaient de la mécréance et que leur auteur n'était pas considéré musulman une fois que la preuve céleste était établie contre lui. Ainsi, le discours des savants n'est pas à prendre au pied de la lettre. C'est en réunissant tous les éléments possibles que nous pourrons tirer des conclusions justes. C'est le propre d'une instigation objective et digne de ce nom. La tâche est d'autant plus ardue qu'il donne l'impression de manquer de cohérence d'un passage à un autre. La raison, c'est qu'en fonction des circonstances, un savant peut avoir un discours vague dans un ouvrage. Mais, ailleurs, il fournira beaucoup plus d'indications posant ainsi la lumière sur ses vraies intentions. L'analyse réclame de réunir ces deux passages et de comprendre le premier à la lumière du second. En outre, il est très dangereux de chercher à les appliquer à un autre contexte ayant des caractéristiques différentes.À suivre…Par : Karim Zentici[1] Le voyage nocturne ; 15 voir les tafsîr d'e-Tabarî et d'ibn Kathîr.[2] E-durar e-saniya (11/75-76) ; voir également : majmû'a e-rasâil wa el masâil (1/589).[3] Voir : kashf el awhâm wa el iltibâs d'ibn Sahmân (p. 70-71).[4] Voir : hukm takfîr el mu'ayin Ishâq ibn 'Abd e-Rahmân (p. 9).
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:06AM +0100  

    Search Facebook kuffar
     
    Search Facebook kuffar
     
    Nouvelle approche du 'udhr bi el jahl
     
    (Partie 2)
     
    Voir notamment : taqrîrât aimmat e-da'wa fî mukhâlafat madhhab el khawârij wa ibtâlihi qui est une thèse es doctorat du D. Mohammed Hishâm Tâhirî, et ayant eu parmi les membres du jury le grand Mufti actuel d'Arabie Saoudite, 'Abd el 'Azîz Âl e-Sheïkh.
     

     
    Les différentes catégories d'individus
     

     
    Pour mieux cerner la divergence, il incombe de mettre en lumière un certain nombre de points.
     

     
    Premièrement : selon l'opinion la plus répandue des traditionalistes, celui qui n'a jamais entendu parler de la législation mohammadienne, et qui en d'autres termes n'a pas reçu la preuve céleste est excusable indépendamment de savoir dans quelle époque et à quel endroit il se trouve. Dès lors, la religion à laquelle il adhère sur terre (juive, chrétienne, païenne) aura une influence sur la relation que nous aurons avec lui.
     

     
    Quant à son statut dans l'au-delà, il est le même qu'ahl el fatra (l'intervalle entre deux périodes prophétiques). Selon la tendance la plus vraisemblable, cette catégorie d'individus sera éprouvée le Jour de la résurrection ; celui qui passera cette épreuve gagnera le Paradis et celui qui échouera sera jeté en Enfer. Allah (I) révèle à ce sujet : [Nous n'allions châtier personne avant d'envoyer un messager].[1]
     

     
    Deuxièmement : il existe plusieurs catégories de mécréants et païens ayant reçu le message prophétique et la preuve céleste, mais qui ensuite n'ont pas embrassé l'Islam :
     

     
    1- Ceux qui ont renié le message par orgueil.
     
    2- Ceux qui ne porte pas attention à cette religion et qui s'en détournent.
     
    3- Ceux qui suivent aveuglément (taqlid) leurs ancêtres, et qui, pour préserver leur rang et leur richesse, ont renoncé à la foi.
     

     
    Il va sans dire que ces trois catégories d'individus ne sont pas musulmans (Juifs, chrétiens, idolâtres, etc.), mais des mécréants d'origine (kuffar asliyun). Ce constat est l'un des principes élémentaires de la religion musulmane.
     

     
    Troisièmement : un adepte de l'Islam qui commet de la grande association délibérément et en tout âme et conscience. Ce cas est le même que les précédents.
     

     
    Quatrièmement : ici se situe la divergence. Autrement dit, est-ce qu'un adepte de l'Islam qui commet une annulation de la religion par erreur (khata), interprétation (ta-wil) ou par ignorance est un mécréant ou devient un apostat ? Ou bien faut-il attendre avant de le condamner qu'il comprenne la preuve céleste ?
     

     
    Les anciens et les grandes références traditionalistes établissent que l'iqâma el hujja est une condition requise avant de se prononcer sur un cas particulier. Il n'existe pas de divergences sur le principe en lui-même, comme nous l'avons vu dans Éclaircissement. Cependant, certains textes des savants de aimmat e-da'wa (les imams de la da'wa najidte) laissent à penser le contraire. Le problème, c'est qu'il faut distinguer dans leur discours entre le statut absolu (hukm el mutlaq) d'un acte et son application sur un cas particulier (hukm el mu'ayin) qui varie en fonction des contextes.
     

     
    Par exemple, Sheikh Mohammed ibn 'Abd el Wahhab et ses élèves condamnent certains de leurs opposants à la mécréance ou à l'association, étant donné qu'ils se sont chargés eux-mêmes d'établir la preuve céleste contre eux.
     

     
    Pour mieux comprendre, il serait intéressant de présenter la chose comme suit :
     

     
    La différence entre le statut absolu et le statut particulier
     

     
    • 1- Il faut distinguer entre le cas général et le cas particulier dans les questions du takfîr. Les anciens, mais aussi aimmat e-da'wa considèrent que l'iqâma el hujja est indispensable avant de se prononcer sur un cas particulier. Néanmoins, il est possible de trouver des divergences entre eux sur certains cas de figure. Certains pensent que le Coran suffit pour établir la preuve céleste contre un tel en particulier. D'autres voient que la sunna fait l'affaire. Selon certains autres, seule la combinaison des deux (Coran et sunna) peut servir de hujja pour ce cas précis. Ils peuvent estimer également qu'un tel n'ait pas reçu la hujja pour plusieurs raisons ; il peut ne pas comprendre la Langue arabe, ne pas avoir eu accès à la sunna, ou il peut être excusable pour ces deux raisons à la fois.
     

     
    En réalité, ces différences de points de vue ne sont pas considérées comme une divergence, étant donné que tous s'accordent à dire que l'acte en lui-même relève de la mécréance. Les traditionalistes disent qu'en règle générale tel acte est du kufr. Puis, dans la pratique, on peut estimer que les conditions sont réunies pour sortir de la religion un tel, en sachant qu'aucune restriction possible ne vient l'empêcher. Mais, on peut estimer aussi qu'il manque certaines conditions pour pouvoir le juger, ou bien qu'une restriction fait obstacle au jugement, etc.
     

     
    Sheïkh Hamd ibn 'Atîq explique à ce sujet : « Quiconque reçoit la prédication mohammadienne à laquelle nous appelons, et qu'il s'y soumet ensuite, il est un musulman promis au Paradis indépendamment de l'époque ou de l'endroit où il se trouve ; soit en vouant le culte exclusif à Allah sans Lui vouer d'associer et en adhérant aux lois de l'Islam. Cependant, certains sont comparables aux païens de l'ère préislamique ; ils n'ont aucune connaissance de l'unicité pour laquelle Mohammed fut envoyé aux hommes ; ni de l'association qu'il a combattue par les armes. Dans ce cas, on ne peut parler de musulmans en raison de leur ignorance. Quiconque commet l'association en apparence est considéré comme un mécréant en apparence. Ainsi, on ne demande pas le pardon en sa faveur et on ne fait pas l'aumône pour lui. Nous remettons son sort à Allah qui connait le fond des poitrines.
     

     
    Au même moment, nous ne disons pas qu'il est un mécréant, étant donné que nous faisons une distinction entre les cas. Nous ne condamnons pas un cas particulier à la mécréance, car nous ne sommes pas à même de sonder les cœurs. Nous remettons donc son sort à Allah…
     

     
    Les étudiants en science doivent bien comprendre cette distinction. Nous condamnons à la mécréance celui qui adhère à une autre religion que l'Islam, mais nous ne disons pas qu'un tel ira au feu. Nous maudissons les injustes, mais nous ne maudissons pas un tel en particulier. »[2]
     

     
    Ainsi, il établit qu'en règle générale la grande association ou la grande mécréance fait sortir de la religion. Puis, il explique que nous remettons à Allah le sort d'un cas particulier, sans lui appliquer le takfîr. Gardons à l'esprit que les points de vue des savants divergent pour un même individu. Au moment où certains pensent qu'il est mécréant, d'autres ne sont pas aussi formels, compte tenu des éléments qu'ils ont en mains les abstenant de se prononcer.
     

     
    Ainsi, il est faux de dire que, contrairement aux ultras, les savants de aimmat e-da'wa ne tiennent pas compte de l'erreur qui peut être de différentes natures, à condition qu'elle ne soit pas motivée par un sentiment d'obstination. Leur exemple est celui des Compagnons qui n'ont pas kaffar Qudâma ibn Mazh'ûn ayant moralement autorisé à boire du vin, mais qui fut motivé par un effort d'interprétation.[3]
     

     
    Sheïkh el 'Uthaïmîn met en lumière ces notions comme nous l'avons vu dans kashf e-shubuhât. Voir également : Les wahhabites taxent-ils de mécréants les ignorants musulmans sans faire de détail ?
     

     
    Il est vrai que certains discours d'aimmat e-da'wa laissent à penser qu'ils ne tiennent pas compte d'iqâmat el hujja.[4] Pour mieux les comprendre, il convient de les replacer dans leur contexte historique. Leurs adversaires leur contestaient en effet le takfîr dans l'absolu pour certaines pratiques païennes répandues chez leurs contemporains. D'ailleurs, il suffit de lire leurs passages en entier pour s'apercevoir qu'à leurs yeux, ces points sont tellement élémentaires qu'il est inadmissible de ne pas les comprendre. Cela ne veut pas dire qu'ils négligent le principe d'iqâmat el hujja avant de se prononcer sur un cas particulier.
     

     
    La fatwa varie donc en fonction des questions, des personnes et des époques. Par exemple, un adversaire du nom d'ibn Mansûr disait que les pratiques païennes en vogue à son époque rapportaient une récompense étant donné que leurs auteurs étaient motivés par un effort d'interprétation. Il refusait qu'on les qualifie de pratiques faisant sortir de la religion. C'est alors que les plumes acerbes de la vérité s'acharnèrent contre lui en vue de prouver que ces actes relevaient de la mécréance et que leur auteur n'était pas considéré musulman une fois que la preuve céleste était établie contre lui.
     

     
    Ainsi, le discours des savants n'est pas à prendre au pied de la lettre. C'est en réunissant tous les éléments possibles que nous pourrons tirer des conclusions justes. C'est le propre d'une instigation objective et digne de ce nom. La tâche est d'autant plus ardue qu'il donne l'impression de manquer de cohérence d'un passage à un autre. La raison, c'est qu'en fonction des circonstances, un savant peut avoir un discours vague dans un ouvrage. Mais, ailleurs, il fournira beaucoup plus d'indications posant ainsi la lumière sur ses vraies intentions. L'analyse réclame de réunir ces deux passages et de comprendre le premier à la lumière du second. En outre, il est très dangereux de chercher à les appliquer à un autre contexte ayant des caractéristiques différentes.
     
    À suivre…
     
    Par : Karim Zentici
     
    [1] Le voyage nocturne ; 15 voir les tafsîr d'e-Tabarî et d'ibn Kathîr.
     
    [2] E-durar e-saniya (11/75-76) ; voir également : majmû'a e-rasâil wa el masâil (1/589).
     
    [3] Voir : kashf el awhâm wa el iltibâs d'ibn Sahmân (p. 70-71).
     
    [4] Voir : hukm takfîr el mu'ayin Ishâq ibn 'Abd e-Rahmân (p. 9).
    http://graph.facebook.com/137121696486495/picture
    Jul 1st 2013, 00:45
     
    Nouvelle approche du 'udhr bi el jahl
     
    (Partie 2)
     
    Voir notamment : taqrîrât aimmat e-da'wa fî mukhâlafat madhhab el khawârij wa ibtâlihi qui est une thèse es doctorat du D. Mohammed Hishâm Tâhirî, et ayant eu parmi les membres du jury le grand Mufti actuel d'Arabie Saoudite, 'Abd el 'Azîz Âl e-Sheïkh.
     

     
    Les différentes catégories d'individus
     

     
    Pour mieux cerner la divergence, il incombe de mettre en lumière un certain nombre de points.
     

     
    Premièrement : selon l'opinion la plus répandue des traditionalistes, celui qui n'a jamais entendu parler de la législation mohammadienne, et qui en d'autres termes n'a pas reçu la preuve céleste est excusable indépendamment de savoir dans quelle époque et à quel endroit il se trouve. Dès lors, la religion à laquelle il adhère sur terre (juive, chrétienne, païenne) aura une influence sur la relation que nous aurons avec lui.
     

     
    Quant à son statut dans l'au-delà, il est le même qu'ahl el fatra (l'intervalle entre deux périodes prophétiques). Selon la tendance la plus vraisemblable, cette catégorie d'individus sera éprouvée le Jour de la résurrection ; celui qui passera cette épreuve gagnera le Paradis et celui qui échouera sera jeté en Enfer. Allah (I) révèle à ce sujet : [Nous n'allions châtier personne avant d'envoyer un messager].[1]
     

     
    Deuxièmement : il existe plusieurs catégories de mécréants et païens ayant reçu le message prophétique et la preuve céleste, mais qui ensuite n'ont pas embrassé l'Islam :
     

     
    1- Ceux qui ont renié le message par orgueil.
     
    2- Ceux qui ne porte pas attention à cette religion et qui s'en détournent.
     
    3- Ceux qui suivent aveuglément (taqlid) leurs ancêtres, et qui, pour préserver leur rang et leur richesse, ont renoncé à la foi.
     

     
    Il va sans dire que ces trois catégories d'individus ne sont pas musulmans (Juifs, chrétiens, idolâtres, etc.), mais des mécréants d'origine (kuffar asliyun). Ce constat est l'un des principes élémentaires de la religion musulmane.
     

     
    Troisièmement : un adepte de l'Islam qui commet de la grande association délibérément et en tout âme et conscience. Ce cas est le même que les précédents.
     

     
    Quatrièmement : ici se situe la divergence. Autrement dit, est-ce qu'un adepte de l'Islam qui commet une annulation de la religion par erreur (khata), interprétation (ta-wil) ou par ignorance est un mécréant ou devient un apostat ? Ou bien faut-il attendre avant de le condamner qu'il comprenne la preuve céleste ?
     

     
    Les anciens et les grandes références traditionalistes établissent que l'iqâma el hujja est une condition requise avant de se prononcer sur un cas particulier. Il n'existe pas de divergences sur le principe en lui-même, comme nous l'avons vu dans Éclaircissement. Cependant, certains textes des savants de aimmat e-da'wa (les imams de la da'wa najidte) laissent à penser le contraire. Le problème, c'est qu'il faut distinguer dans leur discours entre le statut absolu (hukm el mutlaq) d'un acte et son application sur un cas particulier (hukm el mu'ayin) qui varie en fonction des contextes.
     

     
    Par exemple, Sheikh Mohammed ibn 'Abd el Wahhab et ses élèves condamnent certains de leurs opposants à la mécréance ou à l'association, étant donné qu'ils se sont chargés eux-mêmes d'établir la preuve céleste contre eux.
     

     
    Pour mieux comprendre, il serait intéressant de présenter la chose comme suit :
     

     
    La différence entre le statut absolu et le statut particulier
     

     
    • 1- Il faut distinguer entre le cas général et le cas particulier dans les questions du takfîr. Les anciens, mais aussi aimmat e-da'wa considèrent que l'iqâma el hujja est indispensable avant de se prononcer sur un cas particulier. Néanmoins, il est possible de trouver des divergences entre eux sur certains cas de figure. Certains pensent que le Coran suffit pour établir la preuve céleste contre un tel en particulier. D'autres voient que la sunna fait l'affaire. Selon certains autres, seule la combinaison des deux (Coran et sunna) peut servir de hujja pour ce cas précis. Ils peuvent estimer également qu'un tel n'ait pas reçu la hujja pour plusieurs raisons ; il peut ne pas comprendre la Langue arabe, ne pas avoir eu accès à la sunna, ou il peut être excusable pour ces deux raisons à la fois.
     

     
    En réalité, ces différences de points de vue ne sont pas considérées comme une divergence, étant donné que tous s'accordent à dire que l'acte en lui-même relève de la mécréance. Les traditionalistes disent qu'en règle générale tel acte est du kufr. Puis, dans la pratique, on peut estimer que les conditions sont réunies pour sortir de la religion un tel, en sachant qu'aucune restriction possible ne vient l'empêcher. Mais, on peut estimer aussi qu'il manque certaines conditions pour pouvoir le juger, ou bien qu'une restriction fait obstacle au jugement, etc.
     

     
    Sheïkh Hamd ibn 'Atîq explique à ce sujet : « Quiconque reçoit la prédication mohammadienne à laquelle nous appelons, et qu'il s'y soumet ensuite, il est un musulman promis au Paradis indépendamment de l'époque ou de l'endroit où il se trouve ; soit en vouant le culte exclusif à Allah sans Lui vouer d'associer et en adhérant aux lois de l'Islam. Cependant, certains sont comparables aux païens de

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:06AM +0100  

    Search Facebook kuffar
     
    Search Facebook kuffar
     
    2.33 a.m. Hampir setengah jam lagi masuk waktu subuh di Mesir. Langit Kaherah sekarang berawan dan dingin. Waktu ini, antara waktu mustajab berdoa, waktu di akhir malam.
     
    Ya Allah, kau peliharalah Mesir dan seisinya. Kekalkanlah kerajaan yang sedia ada. Hancurkanlah golongan kuffar dan munafik.
     
    Jika engkau mahu, turunkanlah hujan/angin dan bala tentera mu seperti bala tentera yang engkau kirimkan kepada tentera al-ahzab sehingga mereka bertempiaran lari.
     
    Sesungguhnya engkau maha berkuasa atas sesuatu.
    http://graph.facebook.com/100000508851984/picture
    Jul 1st 2013, 00:34
     
    2.33 a.m. Hampir setengah jam lagi masuk waktu subuh di Mesir. Langit Kaherah sekarang berawan dan dingin. Waktu ini, antara waktu mustajab berdoa, waktu di akhir malam.
     
    Ya Allah, kau peliharalah Mesir dan seisinya. Kekalkanlah kerajaan yang sedia ada. Hancurkanlah golongan kuffar dan munafik.
     
    Jika engkau mahu, turunkanlah hujan/angin dan bala tentera mu seperti bala tentera yang engkau kirimkan kepada tentera al-ahzab sehingga mereka bertempiaran lari.
     
    Sesungguhnya engkau maha berkuasa atas sesuatu.
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/SgQRk0

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:06AM +0100  

    Search Facebook kuffar
     
    Search Facebook kuffar
     
    En Al Misr los kuffar luchando para expulsar a Muhammad Mursi, quien está devolviendo los derechos a los musulmanes, eliminados por Mubarak!
     
    Los Munafiqum, y los kuffar, en nombre del laicismo tomando acción en Al Misr (Egipto), y en Turkia contra ahl us Sunnah! Ya Allah protege tu din en Al Misr y en Turkia, y no le des la victoria a los kuffar!
    http://graph.facebook.com/100001264718842/picture
    Jul 1st 2013, 00:58
     
    En Al Misr los kuffar luchando para expulsar a Muhammad Mursi, quien está devolviendo los derechos a los musulmanes, eliminados por Mubarak!
     
    Los Munafiqum, y los kuffar, en nombre del laicismo tomando acción en Al Misr (Egipto), y en Turkia contra ahl us Sunnah! Ya Allah protege tu din en Al Misr y en Turkia, y no le des la victoria a los kuffar!
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/SgQRk0

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:06AM +0100  

    Search Facebook kuffar
     
    Search Facebook kuffar
     
    Manusia kuffar sedunia berpakat dan bersatu utk menentang dan menghalang arus kebangkita islam. Diguna sepenuhnya pemuda2 islam yg ditarbiyyah secara sekular. Pemuda2 inilah produk mereka. Digerakkan dibarisan hadapan...utk menentang islam.
    http://graph.facebook.com/100000624095761/picture
    Jul 1st 2013, 01:03
     
    Situasi kini di Mesir mengingatkan ana pada perkara ni..
     
    Semakin terasa apa yg tokoh pmimpin Ikhwan dlu cakap, alHaj Ahmad alBiss..
     
    "Akan smpai satu hari nanti di mana salah seorang dari kita (ikhwan) yg akan brada pda tampuk kpimpinan trtinggi, di ketika itu, akan bertambah pengorbanan kita, kesakitan serta mngalir darah2 kita, dan pada kamu skalian ibrah dri sirah Rasul saw, ktika di madinah dan slepas hijrah serta ktika permulaan pmbntukan daulah islam (ngara islam di madinah) muslimin berkorban lebih bnyak dari apa yg mreka korbankan ktika di Makkah, dan gugur syahid berganda2 dri mreka yg gugur di Makkah dulu, saat itu wajib ke atas kamu utk sedar bahawa kamu di atas kbenaran ! Dan wajib ke atas kamu asSobru wa athThabat !"
     
    Apa yg dia cakap, itulah yg jadi hari ni! Doa sedozen ikhwah!
     
    (Diambil dari status Ustaz Ahmad Akmal)
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/SgQRk0

     

 Search Facebook kuffar: Articles about Islam and Islamization > Radical Muslims post bounty on bloggers, Facebook usersRadical Muslims post bounty on bloggers, Facebook users Bookmark and Share d93fb98a89f4ab526496a836023ac42f.pngd93fb98a89f4ab526496a836023ac42f.pngEnlargeAn Islamic jihadist website, Islamic Socialist NetWork (ISN), based out of the U.K. was found on Tuesday where Muslims in the U.K., Australia, and Canada posted cash bounties on some operators of counter-jihad bloggers and Facebook users for speaking out about Islam.On their website, photos of Facebook page administrators on "Wanted" posters were posted along with cash rewards in various amounts of up to a million dollars for personal information such names and addresses of where the operators reside.The web site was first revealed by Schuyler Montague of Sharia Unveiled, an educational organization that teaches the truth about radical Islam, Sharia law, and history, while they were researching a story on the recent removal of Counter-jihad pages by Facebook.Montague said, "While researching our story yesterday on the recent removal of Counter-jihad pages by Facebook, we uncovered some very disturbing information. In an attempt to locate the source of the Islamic onslaught against the freedom of expression, we ventured down the rabbit hole of Islamic hate… and what we discovered when we got there, tucked away in a dark corner, was a website operated by a terrorist organization called the Islamic Socialist Network.""It appears that the Islamic Socialist Network has created a "Hit List" of Counterjihad webpages to attack. And, if this wasn't bad enough, we discovered this hit list also extends to the administrators of these web pages, as well."On the Islamic Socialist NetWork, one of the Jihadist posted, "Islamic socialist network has just started to name some of the most paranoid and filthy website who use [sic] "divide and rule strategy" in order to stop the message of Islam which is for all people, for those who love it like Muslim comrades and for those who are interested in this religion. This is a message for all people as well as all Muslim brother [sic] and sister (comrades)."Then they placed a quote that said, "The goal of Islamic community [sic] is defeating their enemy. The unity of Islamic community [sic] is the first step to reach this goal." The comment was in reference to Qur'an (3:151) "We will cast terror into the hearts of those who disbelieve"One of the web site operators who has a $500,000 bounty threat launched against him is Jeremy Silbert, creator of the Ban Islam Facebook page, which was removed recently by Facebook due to complaints by ISN. Since that time, Silbert has since posted a video explaining his side of the story and his thoughts on having a death threat against him."The implications and intent of this terrorist organization and their website should be very clear. To offer such high amounts of money reflects their seriousness, their willingness to do harm and obvious financial backing with deep pockets," Montague said."How many other sites are out there doing the same thing or worse? We are taking this very seriously."Last night, the owners of Sharia Unveiled, who were able to capture many of the threatening photos and posts, were successful in removing the threat pages on the Islamic Socialist NetWork web site and those pages were suspended by their web-host for "Violation of Terms of Service."While jihadist's are targeting educational websites and Facebook pages concerning the dangers of radical Islam, yesterday, it was reported that since 2012, an Islamic jihadist propaganda Facebook page titled, "Behead those who disrespect our Prophet P.B.U.H" had been up and running without much notice until Jihad Watch uncovered it.The P.B.U.H page was subsequently reported to Facebook administrators but has not been removed, although complaints have been filed.SourceBookmark and ShareTags: Islam Sharia Facebook Items by the same author View this article in PDF format Print articleNavigate through the articlesPrevious article New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT) Rating 3.00/512345Rating: 3.0/5 (2 votes) Tag Cloud9/11 Afghanistan Africa Al-Qaeda America Americans Arabia Arabs Australia Beheading Brennan Buddhists CAIR Canada child-abuse Choudary Christians cleric Criminals Democracy Denmark Deportation Dublin EDL Egypt England EU Europe Facebook Fatwa France Gaza Geert Germany Gore Grooming Halal Hedegaard Horror immigrants Indonesia Iran Ireland Islam Islamic Islamist islamization Islamophobia Israel Jews Jihad Karzai killing Kuwait Lego London Mali migrants Morsi mosque Murder Muslim Muslim-Brotherhood muslims Norway nuclear Obama Oslo Pakistan Paris Pedophilia Quran Rape raped rebels Rigby Riots russia Saudi Sharia Somalia Stockholm Stoning Sweden Sydney Syria Terrorists Thailand Tommy trafficking Trento Trial UK US USA USDL Video Violence Wilders womenFrom Our Image GalleryGeert Wilders No shit! Taliban... EDL demo in NewcasteRecent Articles Radical Muslims post bounty on bloggers, Facebook users New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT) English Defence League leader Tommy Robinson arrested on Lee Rigby tribute march Robert Spencer, Pamela Geller to speak at EDL Rally in Woolwich, fascist jihad enablers call for UK entry ban Another Islamic Beheading in England 6 Muslims Sentenced to Community Service for Gang Rape of 15 Year Old Swedish Girl Would you like salmonella with that? 10 Common Myths of Islam New York Times Moderate Muslim "Adulterers must be stoned!" "I buy live human beings for N30,000 and sell the parts for up to N100,000″ – Arrested Islamic ClericRecent ImagesMuslim dadMuslim dad Gilberto Garcia Cha...Gilberto Garcia Cha... Religion of PeaceReligion of Peace If you still defend...If you still defend... "I am on trial, but on trial with me is the freedom of expression of many Dutch citizens. I have spoken... nothing but the truth."Geert Wilders - MP of Netherlands 10 Common Myths of Islam 10 Common Myths of IslamMuslims often complain of popular ''misconceptions'' about their religion in the West. Here are the myths and the truth. 12 Strange Muslim Rules 12 Strange Muslim RulesThe following is a list of twelve odd facts about Islam Islam Coexists? Islam Coexists?There is only one way to coexist with Islam over time. Islam must submit to Kafir civilization and we must never submit to Islam, not even in the smallest detail. This means we must all know the smallest details of Islam and that begins with the knowledge of Mohammed and his wars against all Kafirs. A Defeat for the Muslim Brotherhood, a Model for Winning A Defeat for the Muslim Brotherhood, a Model for WinningWhy did the rednecks have to come and oppose political Islam? Simple, our leaders will not do the job. Pat Condell Pat CondellSaying what we all think Miss World chiefs cancel bikini round to avoid offending Muslims Miss World chiefs cancel bikini round to avoid offending MuslimsContestants will not wear bikinis in case they offend Indonesia's Muslims A European Spring A European SpringNot only should we not allow any more Muslims to settle in our lands; we should start expelling the worst ones who are already here. Merely putting them in a soft Western prison, where they will form Islamic enclaves and work to convert other violent criminals to Islam's violent Jihadist teachings, is not sufficient in the long run. Iran Declares War on Hollywood Iran Declares War on HollywoodIn response to last year's Oscar-winning film Argo, based on the real-life rescue of a handful of American citizens during the 1979 Iranian Revolution, Tehran plans to sue Hollywood filmmakers who participate in the production of such ''anti-Iran'' propaganda films. The dark side of Facebook The dark side of FacebookOur social networking pages are being policed by outsourced, unvetted moderators in third world Muslim countries. Is Norway funding the murderers of Israelis? Is Norway funding the murderers of Israelis?The country's 3 largest opposition parties have asked for an investigation into Norwegian financing of the PA. 'Dark Knight' killer has jailhouse conversion to Islam 'Dark Knight' killer has jailhouse conversion to Islam''Carrying out of the work of Allah by taking the lives of infidels'' Jihad Parasite Andy Choudary Makes the Kuffar Pay For Jihad! Jihad Parasite Andy Choudary Makes the Kuffar Pay For Jihad!The normal situation is to take money from the kuffar [non-believer]. You work, give us the money. SIOTW Shop Donate to SIOTWYour kind donations help keep SIOTW up and running. For those of you who can, we ask that you make a monetary contribution. Thank you!Please select an amount to donateJoin us on FacebookFollow us on TwitterRandom ImagesA tribute to Westergaard and VilksA tribute to Westergaard and VilksIslamTools used for female circumcision in IslamJizyah / jizya (Tax for Non-Muslim Dhimmis)Recent ImagesMuslim dadMuslim dadGilberto Garcia Cha...Gilberto Garcia Cha...Religion of PeaceReligion of PeaceAdvertise on SIOTW Visit Our SponsorSIOTW Shop - Cool stuff for Infidels!Recent ArticlesRadical Muslims post bounty on bloggers, Facebook users Radical Muslims post bounty on bloggers, Facebook usersAn Islamic jihadist website, Islamic Socialist NetWork, based out of the U.K. was found on Tuesday where Muslims in the U.K., Australia, and Canada posted cash bounties on some operators of counter-jihad bloggers and Facebook users for speaking out about Islam. New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT) New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT)Its authenticity has been verified by pro and anti-Assad sources, though it remains unclear who is behind the execution. English Defence League leader Tommy Robinson arrested on Lee Rigby tribute march English Defence League leader Tommy Robinson arrested on Lee Rigby tribute marchAs the UK begins its Armed Forces Day celebrations, Mr Robinson was taken into custody as he attempted to go to lay flowers for murdered Drummer Lee Rigby. Burn a Quran Online!Videossubmitted by Admin on Wed Jul 14 2010 at 01:48amArtist Lars Vilks assaulted by muslims at Uppsala UniversityPollsDo you think Barack Hussein Obama really is a Moslem? Yes No I don't know I don't care Barack WHO?More Polls... About Fjordman 2006 2007 2008 2009 2010 2011Thousands of Deadly Islamic Terror Attacks Since 9/11Help us raise awareness about the ongoing Islamization of the world. Please share our posts on Facebook, Twitter, etc.AboutAdvertise on SIOTWWeb linksSitemapBookmark this pageRSS
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:06AM +0100  

    Search Facebook kuffar
     
    Search Facebook kuffar
     
    Articles about Islam and Islamization > Radical Muslims post bounty on bloggers, Facebook users
    Radical Muslims post bounty on bloggers, Facebook users Bookmark and Share

     
    d93fb98a89f4ab526496a836023ac42f.png
     
    d93fb98a89f4ab526496a836023ac42f.png
    Enlarge
    An Islamic jihadist website, Islamic Socialist NetWork (ISN), based out of the U.K. was found on Tuesday where Muslims in the U.K., Australia, and Canada posted cash bounties on some operators of counter-jihad bloggers and Facebook users for speaking out about Islam.
     
    On their website, photos of Facebook page administrators on "Wanted" posters were posted along with cash rewards in various amounts of up to a million dollars for personal information such names and addresses of where the operators reside.
     
    The web site was first revealed by Schuyler Montague of Sharia Unveiled, an educational organization that teaches the truth about radical Islam, Sharia law, and history, while they were researching a story on the recent removal of Counter-jihad pages by Facebook.
     
    Montague said, "While researching our story yesterday on the recent removal of Counter-jihad pages by Facebook, we uncovered some very disturbing information. In an attempt to locate the source of the Islamic onslaught against the freedom of expression, we ventured down the rabbit hole of Islamic hate… and what we discovered when we got there, tucked away in a dark corner, was a website operated by a terrorist organization called the Islamic Socialist Network."
     
    "It appears that the Islamic Socialist Network has created a "Hit List" of Counterjihad webpages to attack. And, if this wasn't bad enough, we discovered this hit list also extends to the administrators of these web pages, as well."
     
    On the Islamic Socialist NetWork, one of the Jihadist posted, "Islamic socialist network has just started to name some of the most paranoid and filthy website who use [sic] "divide and rule strategy" in order to stop the message of Islam which is for all people, for those who love it like Muslim comrades and for those who are interested in this religion. This is a message for all people as well as all Muslim brother [sic] and sister (comrades)."
     
    Then they placed a quote that said, "The goal of Islamic community [sic] is defeating their enemy. The unity of Islamic community [sic] is the first step to reach this goal." The comment was in reference to Qur'an (3:151) "We will cast terror into the hearts of those who disbelieve"
     
    One of the web site operators who has a $500,000 bounty threat launched against him is Jeremy Silbert, creator of the Ban Islam Facebook page, which was removed recently by Facebook due to complaints by ISN. Since that time, Silbert has since posted a video explaining his side of the story and his thoughts on having a death threat against him.
     
    "The implications and intent of this terrorist organization and their website should be very clear. To offer such high amounts of money reflects their seriousness, their willingness to do harm and obvious financial backing with deep pockets," Montague said.
     
    "How many other sites are out there doing the same thing or worse? We are taking this very seriously."
     
    Last night, the owners of Sharia Unveiled, who were able to capture many of the threatening photos and posts, were successful in removing the threat pages on the Islamic Socialist NetWork web site and those pages were suspended by their web-host for "Violation of Terms of Service."
     
    While jihadist's are targeting educational websites and Facebook pages concerning the dangers of radical Islam, yesterday, it was reported that since 2012, an Islamic jihadist propaganda Facebook page titled, "Behead those who disrespect our Prophet P.B.U.H" had been up and running without much notice until Jihad Watch uncovered it.
     
    The P.B.U.H page was subsequently reported to Facebook administrators but has not been removed, although complaints have been filed.
     
    Source
     
     
     
    Bookmark and Share
     
    Tags: Islam Sharia Facebook
    Items by the same author View this article in PDF format Print article
     
    Navigate through the articles
    Previous article New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT)
    Rating 3.00/5
    1
    2
    3
    4
    5
    Rating: 3.0/5 (2 votes)


    Tag Cloud
    9/11 Afghanistan Africa Al-Qaeda America Americans Arabia Arabs Australia Beheading Brennan Buddhists CAIR Canada child-abuse Choudary Christians cleric Criminals Democracy Denmark Deportation Dublin EDL Egypt England EU Europe Facebook Fatwa France Gaza Geert Germany Gore Grooming Halal Hedegaard Horror immigrants Indonesia Iran Ireland Islam Islamic Islamist islamization Islamophobia Israel Jews Jihad Karzai killing Kuwait Lego London Mali migrants Morsi mosque Murder Muslim Muslim-Brotherhood muslims Norway nuclear Obama Oslo Pakistan Paris Pedophilia Quran Rape raped rebels Rigby Riots russia Saudi Sharia Somalia Stockholm Stoning Sweden Sydney Syria Terrorists Thailand Tommy trafficking Trento Trial UK US USA USDL Video Violence Wilders women
    From Our Image Gallery
    Geert Wilders No shit! Taliban... EDL demo in Newcaste
    Recent Articles
     
    Radical Muslims post bounty on bloggers, Facebook users
    New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT)
    English Defence League leader Tommy Robinson arrested on Lee Rigby tribute march
    Robert Spencer, Pamela Geller to speak at EDL Rally in Woolwich, fascist jihad enablers call for UK entry ban
    Another Islamic Beheading in England
    6 Muslims Sentenced to Community Service for Gang Rape of 15 Year Old Swedish Girl
    Would you like salmonella with that?
    10 Common Myths of Islam
    New York Times Moderate Muslim "Adulterers must be stoned!"
    "I buy live human beings for N30,000 and sell the parts for up to N100,000″ – Arrested Islamic Cleric
     
    Recent Images
    Muslim dad
     
    Muslim dad Gilberto Garcia Cha...
     
    Gilberto Garcia Cha... Religion of Peace
     
    Religion of Peace If you still defend...
     
    If you still defend...
    "I am on trial, but on trial with me is the freedom of expression of many Dutch citizens. I have spoken... nothing but the truth."
     
    Geert Wilders - MP of Netherlands

    10 Common Myths of Islam

    10 Common Myths of Islam
    Muslims often complain of popular ''misconceptions'' about their religion in the West. Here are the myths and the truth.

     
    12 Strange Muslim Rules

    12 Strange Muslim Rules
    The following is a list of twelve odd facts about Islam

     
    Islam Coexists?

    Islam Coexists?
    There is only one way to coexist with Islam over time. Islam must submit to Kafir civilization and we must never submit to Islam, not even in the smallest detail. This means we must all know the smallest details of Islam and that begins with the knowledge of Mohammed and his wars against all Kafirs.

     
    A Defeat for the Muslim Brotherhood, a Model for Winning

    A Defeat for the Muslim Brotherhood, a Model for Winning
    Why did the rednecks have to come and oppose political Islam? Simple, our leaders will not do the job.

     
    Pat Condell

    Pat Condell
    Saying what we all think

     
    Miss World chiefs cancel bikini round to avoid offending Muslims

    Miss World chiefs cancel bikini round to avoid offending Muslims
    Contestants will not wear bikinis in case they offend Indonesia's Muslims

     
    A European Spring

    A European Spring
    Not only should we not allow any more Muslims to settle in our lands; we should start expelling the worst ones who are already here. Merely putting them in a soft Western prison, where they will form Islamic enclaves and work to convert other violent criminals to Islam's violent Jihadist teachings, is not sufficient in the long run.

     
    Iran Declares War on Hollywood

    Iran Declares War on Hollywood
    In response to last year's Oscar-winning film Argo, based on the real-life rescue of a handful of American citizens during the 1979 Iranian Revolution, Tehran plans to sue Hollywood filmmakers who participate in the production of such ''anti-Iran'' propaganda films.

     
    The dark side of Facebook

    The dark side of Facebook
    Our social networking pages are being policed by outsourced, unvetted moderators in third world Muslim countries.

     
    Is Norway funding the murderers of Israelis?

    Is Norway funding the murderers of Israelis?
    The country's 3 largest opposition parties have asked for an investigation into Norwegian financing of the PA.

     
    'Dark Knight' killer has jailhouse conversion to Islam

    'Dark Knight' killer has jailhouse conversion to Islam
    ''Carrying out of the work of Allah by taking the lives of infidels''

     
    Jihad Parasite Andy Choudary Makes the Kuffar Pay For Jihad!

    Jihad Parasite Andy Choudary Makes the Kuffar Pay For Jihad!
    The normal situation is to take money from the kuffar [non-believer]. You work, give us the money.

     
    SIOTW Shop


    Donate to SIOTW
     
     
    Your kind donations help keep SIOTW up and running. For those of you who can, we ask that you make a monetary contribution. Thank you!
     
    Please select an amount to donate
     
     
     
     
     
    Join us on Facebook
    Follow us on Twitter
    Random Images
    A tribute to Westergaard and Vilks
    A tribute to Westergaard and Vilks
    Islam
    Tools used for female circumcision in Islam
    Jizyah / jizya (Tax for Non-Muslim Dhimmis)
    Recent Images
    Muslim dad
     
    Muslim dad
    Gilberto Garcia Cha...
     
    Gilberto Garcia Cha...
    Religion of Peace
     
    Religion of Peace
    Advertise on SIOTW
    Visit Our Sponsor
    SIOTW Shop - Cool stuff for Infidels!
    Recent Articles
    Radical Muslims post bounty on bloggers, Facebook users

    Radical Muslims post bounty on bloggers, Facebook users
    An Islamic jihadist website, Islamic Socialist NetWork, based out of the U.K. was found on Tuesday where Muslims in the U.K., Australia, and Canada posted cash bounties on some operators of counter-jihad bloggers and Facebook users for speaking out about Islam.

     
    New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT)

    New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT)
    Its authenticity has been verified by pro and anti-Assad sources, though it remains unclear who is behind the execution.

     
    English Defence League leader Tommy Robinson arrested on Lee Rigby tribute march

    English Defence League leader Tommy Robinson arrested on Lee Rigby tribute march
    As the UK begins its Armed Forces Day celebrations, Mr Robinson was taken into custody as he attempted to go to lay flowers for murdered Drummer Lee Rigby.

     
    Burn a Quran Online!
    Videos
    submitted by Admin on Wed Jul 14 2010 at 01:48am
    Artist Lars Vilks assaulted by muslims at Uppsala University
    Polls
    Do you think Barack Hussein Obama really is a Moslem?
    Yes
    No
    I don't know
    I don't care
    Barack WHO?
     
    More Polls...
     
     
     
    About Fjordman 2006 2007 2008 2009 2010 2011
    Thousands of Deadly Islamic Terror Attacks Since 9/11
     
    Help us raise awareness about the ongoing Islamization of the world. Please share our posts on Facebook, Twitter, etc.
     
    AboutAdvertise on SIOTWWeb linksSitemapBookmark this pageRSS
    http://graph.facebook.com/1482823454/picture
    Jul 1st 2013, 01:06
     
    An Islamic jihadist website, Islamic Socialist NetWork, based out of the U.K. was found on Tuesday where Muslims in the U.K., Australia, and Canada posted cash bounties on some operators of counter jihad bloggers and Facebook users for speaking out about Islam.
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/SgQRk0

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:06AM +0100  

    Search Facebook kuffar
     
    Search Facebook kuffar
     
    Hebatnya syiah kuffar bila meletakkan org2 islam dibawah tapak kaki mereka sama mcm perbuatan yahudi laknatullah. ...tapi apa nak heran? Mereka itu bersaudara. .
    http://graph.facebook.com/1083828988/picture
    Jul 1st 2013, 01:04
     
    KSyawal Mohd Jalil shared Bilad al Shaam's photo.
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/SgQRk0

     

 Search Facebook kuffar: The P.B.U.H page was subsequently reported to Facebook administrators but has not been removed, although complaints have been filed.SourceBookmark and ShareTags: Islam Sharia Facebook Items by the same author View this article in PDF format Print articleNavigate through the articlesPrevious article New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT) Rating 3.00/512345Rating: 3.0/5 (2 votes) Tag Cloud9/11 Afghanistan Africa Al-Qaeda America Americans Arabia Arabs Australia Beheading Brennan Buddhists CAIR Canada child-abuse Choudary Christians cleric Criminals Democracy Denmark Deportation Dublin EDL Egypt England EU Europe Facebook Fatwa France Gaza Geert Germany Gore Grooming Halal Hedegaard Horror immigrants Indonesia Iran Ireland Islam Islamic Islamist islamization Islamophobia Israel Jews Jihad Karzai killing Kuwait Lego London Mali migrants Morsi mosque Murder Muslim Muslim-Brotherhood muslims Norway nuclear Obama Oslo Pakistan Paris Pedophilia Quran Rape raped rebels Rigby Riots russia Saudi Sharia Somalia Stockholm Stoning Sweden Sydney Syria Terrorists Thailand Tommy trafficking Trento Trial UK US USA USDL Video Violence Wilders womenFrom Our Image GalleryGeert Wilders No shit! Taliban... EDL demo in NewcasteRecent Articles Radical Muslims post bounty on bloggers, Facebook users New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT) English Defence League leader Tommy Robinson arrested on Lee Rigby tribute march Robert Spencer, Pamela Geller to speak at EDL Rally in Woolwich, fascist jihad enablers call for UK entry ban Another Islamic Beheading in England 6 Muslims Sentenced to Community Service for Gang Rape of 15 Year Old Swedish Girl Would you like salmonella with that? 10 Common Myths of Islam New York Times Moderate Muslim "Adulterers must be stoned!" "I buy live human beings for N30,000 and sell the parts for up to N100,000″ – Arrested Islamic ClericRecent ImagesMuslim dadMuslim dad Gilberto Garcia Cha...Gilberto Garcia Cha... Religion of PeaceReligion of Peace If you still defend...If you still defend... "I am on trial, but on trial with me is the freedom of expression of many Dutch citizens. I have spoken... nothing but the truth."Geert Wilders - MP of Netherlands 10 Common Myths of Islam 10 Common Myths of IslamMuslims often complain of popular ''misconceptions'' about their religion in the West. Here are the myths and the truth. 12 Strange Muslim Rules 12 Strange Muslim RulesThe following is a list of twelve odd facts about Islam Islam Coexists? Islam Coexists?There is only one way to coexist with Islam over time. Islam must submit to Kafir civilization and we must never submit to Islam, not even in the smallest detail. This means we must all know the smallest details of Islam and that begins with the knowledge of Mohammed and his wars against all Kafirs. A Defeat for the Muslim Brotherhood, a Model for Winning A Defeat for the Muslim Brotherhood, a Model for WinningWhy did the rednecks have to come and oppose political Islam? Simple, our leaders will not do the job. Pat Condell Pat CondellSaying what we all think Miss World chiefs cancel bikini round to avoid offending Muslims Miss World chiefs cancel bikini round to avoid offending MuslimsContestants will not wear bikinis in case they offend Indonesia's Muslims A European Spring A European SpringNot only should we not allow any more Muslims to settle in our lands; we should start expelling the worst ones who are already here. Merely putting them in a soft Western prison, where they will form Islamic enclaves and work to convert other violent criminals to Islam's violent Jihadist teachings, is not sufficient in the long run. Iran Declares War on Hollywood Iran Declares War on HollywoodIn response to last year's Oscar-winning film Argo, based on the real-life rescue of a handful of American citizens during the 1979 Iranian Revolution, Tehran plans to sue Hollywood filmmakers who participate in the production of such ''anti-Iran'' propaganda films. The dark side of Facebook The dark side of FacebookOur social networking pages are being policed by outsourced, unvetted moderators in third world Muslim countries. Is Norway funding the murderers of Israelis? Is Norway funding the murderers of Israelis?The country's 3 largest opposition parties have asked for an investigation into Norwegian financing of the PA. 'Dark Knight' killer has jailhouse conversion to Islam 'Dark Knight' killer has jailhouse conversion to Islam''Carrying out of the work of Allah by taking the lives of infidels'' Jihad Parasite Andy Choudary Makes the Kuffar Pay For Jihad! Jihad Parasite Andy Choudary Makes the Kuffar Pay For Jihad!The normal situation is to take money from the kuffar [non-believer]. You work, give us the money. SIOTW Shop Donate to SIOTWYour kind donations help keep SIOTW up and running. For those of you who can, we ask that you make a monetary contribution. Thank you!Please select an amount to donateJoin us on FacebookFollow us on TwitterRandom ImagesA tribute to Westergaard and VilksA tribute to Westergaard and VilksIslamTools used for female circumcision in IslamJizyah / jizya (Tax for Non-Muslim Dhimmis)Recent ImagesMuslim dadMuslim dadGilberto Garcia Cha...Gilberto Garcia Cha...Religion of PeaceReligion of PeaceAdvertise on SIOTW Visit Our SponsorSIOTW Shop - Cool stuff for Infidels!Recent ArticlesRadical Muslims post bounty on bloggers, Facebook users Radical Muslims post bounty on bloggers, Facebook usersAn Islamic jihadist website, Islamic Socialist NetWork, based out of the U.K. was found on Tuesday where Muslims in the U.K., Australia, and Canada posted cash bounties on some operators of counter-jihad bloggers and Facebook users for speaking out about Islam. New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT) New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT)Its authenticity has been verified by pro and anti-Assad sources, though it remains unclear who is behind the execution. English Defence League leader Tommy Robinson arrested on Lee Rigby tribute march English Defence League leader Tommy Robinson arrested on Lee Rigby tribute marchAs the UK begins its Armed Forces Day celebrations, Mr Robinson was taken into custody as he attempted to go to lay flowers for murdered Drummer Lee Rigby. Burn a Quran Online!Videossubmitted by Admin on Wed Jul 14 2010 at 01:48amArtist Lars Vilks assaulted by muslims at Uppsala UniversityPollsDo you think Barack Hussein Obama really is a Moslem? Yes No I don't know I don't care Barack WHO?More Polls... About Fjordman 2006 2007 2008 2009 2010 2011Thousands of Deadly Islamic Terror Attacks Since 9/11Help us raise awareness about the ongoing Islamization of the world. Please share our posts on Facebook, Twitter, etc.AboutAdvertise on SIOTWWeb linksSitemapBookmark this pageRSS
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 03:06AM +0100  

    Search Facebook kuffar
     
    Search Facebook kuffar
     
    The P.B.U.H page was subsequently reported to Facebook administrators but has not been removed, although complaints have been filed.
     
    Source
     
     
     
    Bookmark and Share
     
    Tags: Islam Sharia Facebook
    Items by the same author View this article in PDF format Print article
     
    Navigate through the articles
    Previous article New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT)
    Rating 3.00/5
    1
    2
    3
    4
    5
    Rating: 3.0/5 (2 votes)


    Tag Cloud
    9/11 Afghanistan Africa Al-Qaeda America Americans Arabia Arabs Australia Beheading Brennan Buddhists CAIR Canada child-abuse Choudary Christians cleric Criminals Democracy Denmark Deportation Dublin EDL Egypt England EU Europe Facebook Fatwa France Gaza Geert Germany Gore Grooming Halal Hedegaard Horror immigrants Indonesia Iran Ireland Islam Islamic Islamist islamization Islamophobia Israel Jews Jihad Karzai killing Kuwait Lego London Mali migrants Morsi mosque Murder Muslim Muslim-Brotherhood muslims Norway nuclear Obama Oslo Pakistan Paris Pedophilia Quran Rape raped rebels Rigby Riots russia Saudi Sharia Somalia Stockholm Stoning Sweden Sydney Syria Terrorists Thailand Tommy trafficking Trento Trial UK US USA USDL Video Violence Wilders women
    From Our Image Gallery
    Geert Wilders No shit! Taliban... EDL demo in Newcaste
    Recent Articles
     
    Radical Muslims post bounty on bloggers, Facebook users
    New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT)
    English Defence League leader Tommy Robinson arrested on Lee Rigby tribute march
    Robert Spencer, Pamela Geller to speak at EDL Rally in Woolwich, fascist jihad enablers call for UK entry ban
    Another Islamic Beheading in England
    6 Muslims Sentenced to Community Service for Gang Rape of 15 Year Old Swedish Girl
    Would you like salmonella with that?
    10 Common Myths of Islam
    New York Times Moderate Muslim "Adulterers must be stoned!"
    "I buy live human beings for N30,000 and sell the parts for up to N100,000″ – Arrested Islamic Cleric
     
    Recent Images
    Muslim dad
     
    Muslim dad Gilberto Garcia Cha...
     
    Gilberto Garcia Cha... Religion of Peace
     
    Religion of Peace If you still defend...
     
    If you still defend...
    "I am on trial, but on trial with me is the freedom of expression of many Dutch citizens. I have spoken... nothing but the truth."
     
    Geert Wilders - MP of Netherlands

    10 Common Myths of Islam

    10 Common Myths of Islam
    Muslims often complain of popular ''misconceptions'' about their religion in the West. Here are the myths and the truth.

     
    12 Strange Muslim Rules

    12 Strange Muslim Rules
    The following is a list of twelve odd facts about Islam

     
    Islam Coexists?

    Islam Coexists?
    There is only one way to coexist with Islam over time. Islam must submit to Kafir civilization and we must never submit to Islam, not even in the smallest detail. This means we must all know the smallest details of Islam and that begins with the knowledge of Mohammed and his wars against all Kafirs.

     
    A Defeat for the Muslim Brotherhood, a Model for Winning

    A Defeat for the Muslim Brotherhood, a Model for Winning
    Why did the rednecks have to come and oppose political Islam? Simple, our leaders will not do the job.

     
    Pat Condell

    Pat Condell
    Saying what we all think

     
    Miss World chiefs cancel bikini round to avoid offending Muslims

    Miss World chiefs cancel bikini round to avoid offending Muslims
    Contestants will not wear bikinis in case they offend Indonesia's Muslims

     
    A European Spring

    A European Spring
    Not only should we not allow any more Muslims to settle in our lands; we should start expelling the worst ones who are already here. Merely putting them in a soft Western prison, where they will form Islamic enclaves and work to convert other violent criminals to Islam's violent Jihadist teachings, is not sufficient in the long run.

     
    Iran Declares War on Hollywood

    Iran Declares War on Hollywood
    In response to last year's Oscar-winning film Argo, based on the real-life rescue of a handful of American citizens during the 1979 Iranian Revolution, Tehran plans to sue Hollywood filmmakers who participate in the production of such ''anti-Iran'' propaganda films.

     
    The dark side of Facebook

    The dark side of Facebook
    Our social networking pages are being policed by outsourced, unvetted moderators in third world Muslim countries.

     
    Is Norway funding the murderers of Israelis?

    Is Norway funding the murderers of Israelis?
    The country's 3 largest opposition parties have asked for an investigation into Norwegian financing of the PA.

     
    'Dark Knight' killer has jailhouse conversion to Islam

    'Dark Knight' killer has jailhouse conversion to Islam
    ''Carrying out of the work of Allah by taking the lives of infidels''

     
    Jihad Parasite Andy Choudary Makes the Kuffar Pay For Jihad!

    Jihad Parasite Andy Choudary Makes the Kuffar Pay For Jihad!
    The normal situation is to take money from the kuffar [non-believer]. You work, give us the money.

     
    SIOTW Shop


    Donate to SIOTW
     
     
    Your kind donations help keep SIOTW up and running. For those of you who can, we ask that you make a monetary contribution. Thank you!
     
    Please select an amount to donate
     
     
     
     
     
    Join us on Facebook
    Follow us on Twitter
    Random Images
    A tribute to Westergaard and Vilks
    A tribute to Westergaard and Vilks
    Islam
    Tools used for female circumcision in Islam
    Jizyah / jizya (Tax for Non-Muslim Dhimmis)
    Recent Images
    Muslim dad
     
    Muslim dad
    Gilberto Garcia Cha...
     
    Gilberto Garcia Cha...
    Religion of Peace
     
    Religion of Peace
    Advertise on SIOTW
    Visit Our Sponsor
    SIOTW Shop - Cool stuff for Infidels!
    Recent Articles
    Radical Muslims post bounty on bloggers, Facebook users

    Radical Muslims post bounty on bloggers, Facebook users
    An Islamic jihadist website, Islamic Socialist NetWork, based out of the U.K. was found on Tuesday where Muslims in the U.K., Australia, and Canada posted cash bounties on some operators of counter-jihad bloggers and Facebook users for speaking out about Islam.

     
    New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT)

    New video of 'Islamist' public beheadings of 'Assad loyalists' surfaces in Syria (GRAPHIC CONTENT)
    Its authenticity has been verified by pro and anti-Assad sources, though it remains unclear who is behind the execution.

     
    English Defence League leader Tommy Robinson arrested on Lee Rigby tribute march

    English Defence League leader Tommy Robinson arrested on Lee Rigby tribute march
    As the UK begins its Armed Forces Day celebrations, Mr Robinson was taken into custody as he attempted to go to lay flowers for murdered Drummer Lee Rigby.

     
    Burn a Quran Online!
    Videos
    submitted by Admin on Wed Jul 14 2010 at 01:48am
    Artist Lars Vilks assaulted by muslims at Uppsala University
    Polls
    Do you think Barack Hussein Obama really is a Moslem?
    Yes
    No
    I don't know
    I don't care
    Barack WHO?
     
    More Polls...
     
     
     
    About Fjordman 2006 2007 2008 2009 2010 2011
    Thousands of Deadly Islamic Terror Attacks Since 9/11
     
    Help us raise awareness about the ongoing Islamization of the world. Please share our posts on Facebook, Twitter, etc.
     
    AboutAdvertise on SIOTWWeb linksSitemapBookmark this pageRSS
    http://graph.facebook.com/1482823454/picture
    Jul 1st 2013, 01:08
     
    An Islamic jihadist website, Islamic Socialist NetWork, based out of the U.K. was found on Tuesday where Muslims in the U.K., Australia, and Canada posted cash bounties on some operators of counter jihad bloggers and Facebook users for speaking out about Islam.
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/SgQRk0

     

 Search Facebook kalifat: >Pada tahun 1900 M ada Pemberontakan Boxer di Cina dengan slogan "Kematian untuk orang Eropa." Dalam pemberontakan ini diplomat Jerman Clemens Agustus Freiherr von Ketteler, dibunuh oleh kaum nasionalis Cina . Pemberontakan ini sudah diluar kendali.sehingga Muslimpun dibunuh Oleh karena itu, Kaisar Jerman Wilhelm kedua meminta bantuan terhadap Khalifah Abdul Hamid II (pemimpin Spiritual) untuk bantuan. Abdul Hamid II, segera mengirim sebuah delegasi ke China dengan pemberitahuan sebelumnya. Dalam pengumuman ini, perintah Khalifah me ultimatum China agar tidak semena-mena terhadap kaum Muslim dan non Muslim. Dia memerintahkan bahwa semua Muslim di Pemerintah China untuk mengambil alih perlindungan mereka!. Pada saat itu, 50 juta Muslim hidup di Cina.Itu isi suratnyakomentar" Subhanallah bahkan Kaisar Jerman org Nasrani meminta perlindungan Terhadap KHALIFAH , betapa Bijaknya seorang KHILAFAH"ini Bahasa German terkait Artikel ini, bahkan Artikel ini masih disimpan baik2 Oleh JermanAbdulhamid Han II. und der Boxer AufstandAn alle die behaupten das Kalifat wäre völlig unnötig und an ALLE die den Islam nicht kennen und frei behaupten moslems wären Terroristen !Im Jahr 1900 gabs im China einen Boxer Aufstand mit der Parole „Tod den Europäern". Bei diesem Aufstand wurde der Deutsche diplomat Clemens August Freiherr von Ketteler von den Chinesischen nationalisten mitten auf der straße umgebracht. Dieser Aufstand war außerkontrolle. Deshalb bat der Deutsche Kaiser Wilhelm der 2. den Muslimischen Kalifen Abdulhamid Han II. (Geistiger Oberhaupt) um Hilfe. Abdulhamid Han der II. hat sofort eine Kommission nach China geschickt mit einer Ankündigung!. In dieser Ankündigung war der Befehl des Kalifen. Er befahl dass Alle Moslems in China die Europäire unter ihrem schutz nehmen sollen!. Zu dem Zeitpunkt haben in China 50 Millionen Moslems gelebt
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 02:50AM +0100  

    Search Facebook kalifat
     
    Search Facebook kalifat
     
    << Surat Khalifah Abdulhamid II atas Pemberontakan Boxer di Cina >>
     
    Pada tahun 1900 M ada Pemberontakan Boxer di Cina dengan slogan "Kematian untuk orang Eropa." Dalam pemberontakan ini diplomat Jerman Clemens Agustus Freiherr von Ketteler, dibunuh oleh kaum nasionalis Cina . Pemberontakan ini sudah diluar kendali.sehingga Muslimpun dibunuh Oleh karena itu, Kaisar Jerman Wilhelm kedua meminta bantuan terhadap Khalifah Abdul Hamid II (pemimpin Spiritual) untuk bantuan. Abdul Hamid II, segera mengirim sebuah delegasi ke China dengan pemberitahuan sebelumnya. Dalam pengumuman ini, perintah Khalifah me ultimatum China agar tidak semena-mena terhadap kaum Muslim dan non Muslim. Dia memerintahkan bahwa semua Muslim di Pemerintah China untuk mengambil alih perlindungan mereka!. Pada saat itu, 50 juta Muslim hidup di Cina.
     
    Itu isi suratnya
     
    komentar
     
    " Subhanallah bahkan Kaisar Jerman org Nasrani meminta perlindungan Terhadap KHALIFAH , betapa Bijaknya seorang KHILAFAH"
     
    ini Bahasa German terkait Artikel ini, bahkan Artikel ini masih disimpan baik2 Oleh Jerman
     
    Abdulhamid Han II. und der Boxer Aufstand
     
    An alle die behaupten das Kalifat wäre völlig unnötig und an ALLE die den Islam nicht kennen und frei behaupten moslems wären Terroristen !
     
    Im Jahr 1900 gabs im China einen Boxer Aufstand mit der Parole „Tod den Europäern". Bei diesem Aufstand wurde der Deutsche diplomat Clemens August Freiherr von Ketteler von den Chinesischen nationalisten mitten auf der straße umgebracht. Dieser Aufstand war außerkontrolle. Deshalb bat der Deutsche Kaiser Wilhelm der 2. den Muslimischen Kalifen Abdulhamid Han II. (Geistiger Oberhaupt) um Hilfe. Abdulhamid Han der II. hat sofort eine Kommission nach China geschickt mit einer Ankündigung!. In dieser Ankündigung war der Befehl des Kalifen. Er befahl dass Alle Moslems in China die Europäire unter ihrem schutz nehmen sollen!. Zu dem Zeitpunkt haben in China 50 Millionen Moslems gelebt
    http://graph.facebook.com/100001800680959/picture
    Jul 1st 2013, 01:07
     
     
    Pada tahun 1900 M ada Pemberontakan Boxer di Cina dengan slogan "Kematian untuk orang Eropa." Dalam pemberontakan ini diplomat Jerman Clemens Agustus Freiherr von Ketteler, dibunuh oleh kaum nasionalis Cina . Pemberontakan ini sudah diluar kendali.sehingga Muslimpun dibunuh Oleh karena itu, Kaisar Jerman Wilhelm kedua meminta bantuan terhadap Khalifah Abdul Hamid II (pemimpin Spiritual) untuk bantuan. Abdul Hamid II, segera mengirim sebuah delegasi ke China dengan pemberitahuan sebelumnya. Dalam pengumuman ini, perintah Khalifah me ultimatum China agar tidak semena-mena terhadap kaum Muslim dan non Muslim. Dia memerintahkan bahwa semua Muslim di Pemerintah China untuk mengambil alih perlindungan mereka!. Pada saat itu, 50 juta Muslim hidup di Cina.
     
    Itu isi suratnya
     
    komentar
     
    " Subhanallah bahkan Kaisar Jerman org Nasrani meminta perlindungan Terhadap KHALIFAH , betapa Bijaknya seorang KHILAFAH"
     
    ini Bahasa German terkait Artikel ini, bahkan Artikel ini masih disimpan baik2 Oleh Jerman
     
    Abdulhamid Han II. und der Boxer Aufstand
     
    An alle die behaupten das Kalifat wäre völlig unnötig und an ALLE die den Islam nicht kennen und frei behaupten moslems wären Terroristen !
     
    Im Jahr 1900 gabs im China einen Boxer Aufstand mit der Parole „Tod den Europäern". Bei diesem Aufstand wurde der Deutsche diplomat Clemens August Freiherr von Ketteler von den Chinesischen nationalisten mitten auf der straße umgebracht. Dieser Aufstand war außerkontrolle. Deshalb bat der Deutsche Kaiser Wilhelm der 2. den Muslimischen Kalifen Abdulhamid Han II. (Geistiger Oberhaupt) um Hilfe. Abdulhamid Han der II. hat sofort eine Kommission nach China geschickt mit einer Ankündigung!. In dieser Ankündigung war der Befehl des Kalifen. Er befahl dass Alle Moslems in China die Europäire unter ihrem schutz nehmen sollen!. Zu dem Zeitpunkt haben in China 50 Millionen Moslems gelebt
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/3n59qT

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 02:38AM +0100  

    Search Facebook kufr
     
    Search Facebook kufr
     
    Annonce 437
    assalam alaykoum wa rahmatou Allah wa barakatouhou
    une soeur tunisienne d'origine marocaine vis en tunisie (17ans) elle porte le jilbeb et préte pour le nikab aprés le mariage in chaa Allah
    cherche un frére pratiquant qui suive minhaj salafi (age max 28ans)
    qu'Allah facilite à tous et toutes le hlell in chaa Allah salam alykoum
    http://graph.facebook.com/100004140162932/picture
    Jun 30th 2013, 23:36
     
    Annonce 437
    assalam alaykoum wa rahmatou Allah wa barakatouhou
    une soeur tunisienne d'origine marocaine vis en tunisie (17ans) elle porte le jilbeb et préte pour le nikab aprés le mariage in chaa Allah
    cherche un frére pratiquant qui suive minhaj salafi (age max 28ans)
    qu'Allah facilite à tous et toutes le hlell in chaa Allah salam alykoum
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/nZS8k4

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 02:37AM +0100  

    Search Facebook kufr
     
    Search Facebook kufr
     
    y'as des marocaine Du bled ?? entre 17 et 24 ans pour un frere saoudien 25 ans ma shaallah pratiquant
    http://graph.facebook.com/100004140162932/picture
    Jul 1st 2013, 00:08
     
    y'as des marocaine Du bled ?? entre 17 et 24 ans pour un frere saoudien 25 ans ma shaallah pratiquant
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/nZS8k4

     

    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 02:37AM +0100  

    Search Facebook kufr
     
    Search Facebook kufr
     
    Fragerunde:
    Stell eine Frage mit weniger als zehn Wörtern.
    Z. B.: Warum ist die Banane gelb?
    http://graph.facebook.com/100003711783299/picture
    Jul 1st 2013, 00:33
     
    Fragerunde:
    Stell eine Frage mit weniger als zehn Wörtern.
    Z. B.: Warum ist die Banane gelb?
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/nZS8k4

     

 Search Facebook kufr: Nouvelle approche du 'udhr bi el jahl(Partie 2)Voir notamment : taqrîrât aimmat e-da'wa fî mukhâlafat madhhab el khawârij wa ibtâlihi qui est une thèse es doctorat du D. Mohammed Hishâm Tâhirî, et ayant eu parmi les membres du jury le grand Mufti actuel d'Arabie Saoudite, 'Abd el 'Azîz Âl e-Sheïkh. Les différentes catégories d'individus Pour mieux cerner la divergence, il incombe de mettre en lumière un certain nombre de points. Premièrement : selon l'opinion la plus répandue des traditionalistes, celui qui n'a jamais entendu parler de la législation mohammadienne, et qui en d'autres termes n'a pas reçu la preuve céleste est excusable indépendamment de savoir dans quelle époque et à quel endroit il se trouve. Dès lors, la religion à laquelle il adhère sur terre (juive, chrétienne, païenne) aura une influence sur la relation que nous aurons avec lui. Quant à son statut dans l'au-delà, il est le même qu'ahl el fatra (l'intervalle entre deux périodes prophétiques). Selon la tendance la plus vraisemblable, cette catégorie d'individus sera éprouvée le Jour de la résurrection ; celui qui passera cette épreuve gagnera le Paradis et celui qui échouera sera jeté en Enfer. Allah (I) révèle à ce sujet : [Nous n'allions châtier personne avant d'envoyer un messager].[1] Deuxièmement : il existe plusieurs catégories de mécréants et païens ayant reçu le message prophétique et la preuve céleste, mais qui ensuite n'ont pas embrassé l'Islam : 1- Ceux qui ont renié le message par orgueil.2- Ceux qui ne porte pas attention à cette religion et qui s'en détournent.3- Ceux qui suivent aveuglément (taqlid) leurs ancêtres, et qui, pour préserver leur rang et leur richesse, ont renoncé à la foi. Il va sans dire que ces trois catégories d'individus ne sont pas musulmans (Juifs, chrétiens, idolâtres, etc.), mais des mécréants d'origine (kuffar asliyun). Ce constat est l'un des principes élémentaires de la religion musulmane. Troisièmement : un adepte de l'Islam qui commet de la grande association délibérément et en tout âme et conscience. Ce cas est le même que les précédents. Quatrièmement : ici se situe la divergence. Autrement dit, est-ce qu'un adepte de l'Islam qui commet une annulation de la religion par erreur (khata), interprétation (ta-wil) ou par ignorance est un mécréant ou devient un apostat ? Ou bien faut-il attendre avant de le condamner qu'il comprenne la preuve céleste ? Les anciens et les grandes références traditionalistes établissent que l'iqâma el hujja est une condition requise avant de se prononcer sur un cas particulier. Il n'existe pas de divergences sur le principe en lui-même, comme nous l'avons vu dans Éclaircissement. Cependant, certains textes des savants de aimmat e-da'wa (les imams de la da'wa najidte) laissent à penser le contraire. Le problème, c'est qu'il faut distinguer dans leur discours entre le statut absolu (hukm el mutlaq) d'un acte et son application sur un cas particulier (hukm el mu'ayin) qui varie en fonction des contextes. Par exemple, Sheikh Mohammed ibn 'Abd el Wahhab et ses élèves condamnent certains de leurs opposants à la mécréance ou à l'association, étant donné qu'ils se sont chargés eux-mêmes d'établir la preuve céleste contre eux. Pour mieux comprendre, il serait intéressant de présenter la chose comme suit : La différence entre le statut absolu et le statut particulier • 1- Il faut distinguer entre le cas général et le cas particulier dans les questions du takfîr. Les anciens, mais aussi aimmat e-da'wa considèrent que l'iqâma el hujja est indispensable avant de se prononcer sur un cas particulier. Néanmoins, il est possible de trouver des divergences entre eux sur certains cas de figure. Certains pensent que le Coran suffit pour établir la preuve céleste contre un tel en particulier. D'autres voient que la sunna fait l'affaire. Selon certains autres, seule la combinaison des deux (Coran et sunna) peut servir de hujja pour ce cas précis. Ils peuvent estimer également qu'un tel n'ait pas reçu la hujja pour plusieurs raisons ; il peut ne pas comprendre la Langue arabe, ne pas avoir eu accès à la sunna, ou il peut être excusable pour ces deux raisons à la fois. En réalité, ces différences de points de vue ne sont pas considérées comme une divergence, étant donné que tous s'accordent à dire que l'acte en lui-même relève de la mécréance. Les traditionalistes disent qu'en règle générale tel acte est du kufr. Puis, dans la pratique, on peut estimer que les conditions sont réunies pour sortir de la religion un tel, en sachant qu'aucune restriction possible ne vient l'empêcher. Mais, on peut estimer aussi qu'il manque certaines conditions pour pouvoir le juger, ou bien qu'une restriction fait obstacle au jugement, etc. Sheïkh Hamd ibn 'Atîq explique à ce sujet : « Quiconque reçoit la prédication mohammadienne à laquelle nous appelons, et qu'il s'y soumet ensuite, il est un musulman promis au Paradis indépendamment de l'époque ou de l'endroit où il se trouve ; soit en vouant le culte exclusif à Allah sans Lui vouer d'associer et en adhérant aux lois de l'Islam. Cependant, certains sont comparables aux païens de l'ère préislamique ; ils n'ont aucune connaissance de l'unicité pour laquelle Mohammed fut envoyé aux hommes ; ni de l'association qu'il a combattue par les armes. Dans ce cas, on ne peut parler de musulmans en raison de leur ignorance. Quiconque commet l'association en apparence est considéré comme un mécréant en apparence. Ainsi, on ne demande pas le pardon en sa faveur et on ne fait pas l'aumône pour lui. Nous remettons son sort à Allah qui connait le fond des poitrines. Au même moment, nous ne disons pas qu'il est un mécréant, étant donné que nous faisons une distinction entre les cas. Nous ne condamnons pas un cas particulier à la mécréance, car nous ne sommes pas à même de sonder les cœurs. Nous remettons donc son sort à Allah… Les étudiants en science doivent bien comprendre cette distinction. Nous condamnons à la mécréance celui qui adhère à une autre religion que l'Islam, mais nous ne disons pas qu'un tel ira au feu. Nous maudissons les injustes, mais nous ne maudissons pas un tel en particulier. »[2] Ainsi, il établit qu'en règle générale la grande association ou la grande mécréance fait sortir de la religion. Puis, il explique que nous remettons à Allah le sort d'un cas particulier, sans lui appliquer le takfîr. Gardons à l'esprit que les points de vue des savants divergent pour un même individu. Au moment où certains pensent qu'il est mécréant, d'autres ne sont pas aussi formels, compte tenu des éléments qu'ils ont en mains les abstenant de se prononcer. Ainsi, il est faux de dire que, contrairement aux ultras, les savants de aimmat e-da'wa ne tiennent pas compte de l'erreur qui peut être de différentes natures, à condition qu'elle ne soit pas motivée par un sentiment d'obstination. Leur exemple est celui des Compagnons qui n'ont pas kaffar Qudâma ibn Mazh'ûn ayant moralement autorisé à boire du vin, mais qui fut motivé par un effort d'interprétation.[3] Sheïkh el 'Uthaïmîn met en lumière ces notions comme nous l'avons vu dans kashf e-shubuhât. Voir également : Les wahhabites taxent-ils de mécréants les ignorants musulmans sans faire de détail ? Il est vrai que certains discours d'aimmat e-da'wa laissent à penser qu'ils ne tiennent pas compte d'iqâmat el hujja.[4] Pour mieux les comprendre, il convient de les replacer dans leur contexte historique. Leurs adversaires leur contestaient en effet le takfîr dans l'absolu pour certaines pratiques païennes répandues chez leurs contemporains. D'ailleurs, il suffit de lire leurs passages en entier pour s'apercevoir qu'à leurs yeux, ces points sont tellement élémentaires qu'il est inadmissible de ne pas les comprendre. Cela ne veut pas dire qu'ils négligent le principe d'iqâmat el hujja avant de se prononcer sur un cas particulier. La fatwa varie donc en fonction des questions, des personnes et des époques. Par exemple, un adversaire du nom d'ibn Mansûr disait que les pratiques païennes en vogue à son époque rapportaient une récompense étant donné que leurs auteurs étaient motivés par un effort d'interprétation. Il refusait qu'on les qualifie de pratiques faisant sortir de la religion. C'est alors que les plumes acerbes de la vérité s'acharnèrent contre lui en vue de prouver que ces actes relevaient de la mécréance et que leur auteur n'était pas considéré musulman une fois que la preuve céleste était établie contre lui. Ainsi, le discours des savants n'est pas à prendre au pied de la lettre. C'est en réunissant tous les éléments possibles que nous pourrons tirer des conclusions justes. C'est le propre d'une instigation objective et digne de ce nom. La tâche est d'autant plus ardue qu'il donne l'impression de manquer de cohérence d'un passage à un autre. La raison, c'est qu'en fonction des circonstances, un savant peut avoir un discours vague dans un ouvrage. Mais, ailleurs, il fournira beaucoup plus d'indications posant ainsi la lumière sur ses vraies intentions. L'analyse réclame de réunir ces deux passages et de comprendre le premier à la lumière du second. En outre, il est très dangereux de chercher à les appliquer à un autre contexte ayant des caractéristiques différentes.À suivre…Par : Karim Zentici[1] Le voyage nocturne ; 15 voir les tafsîr d'e-Tabarî et d'ibn Kathîr.[2] E-durar e-saniya (11/75-76) ; voir également : majmû'a e-rasâil wa el masâil (1/589).[3] Voir : kashf el awhâm wa el iltibâs d'ibn Sahmân (p. 70-71).[4] Voir : hukm takfîr el mu'ayin Ishâq ibn 'Abd e-Rahmân (p. 9).
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 02:37AM +0100  

    Search Facebook kufr
     
    Search Facebook kufr
     
    Nouvelle approche du 'udhr bi el jahl
     
    (Partie 2)
     
    Voir notamment : taqrîrât aimmat e-da'wa fî mukhâlafat madhhab el khawârij wa ibtâlihi qui est une thèse es doctorat du D. Mohammed Hishâm Tâhirî, et ayant eu parmi les membres du jury le grand Mufti actuel d'Arabie Saoudite, 'Abd el 'Azîz Âl e-Sheïkh.
     

     
    Les différentes catégories d'individus
     

     
    Pour mieux cerner la divergence, il incombe de mettre en lumière un certain nombre de points.
     

     
    Premièrement : selon l'opinion la plus répandue des traditionalistes, celui qui n'a jamais entendu parler de la législation mohammadienne, et qui en d'autres termes n'a pas reçu la preuve céleste est excusable indépendamment de savoir dans quelle époque et à quel endroit il se trouve. Dès lors, la religion à laquelle il adhère sur terre (juive, chrétienne, païenne) aura une influence sur la relation que nous aurons avec lui.
     

     
    Quant à son statut dans l'au-delà, il est le même qu'ahl el fatra (l'intervalle entre deux périodes prophétiques). Selon la tendance la plus vraisemblable, cette catégorie d'individus sera éprouvée le Jour de la résurrection ; celui qui passera cette épreuve gagnera le Paradis et celui qui échouera sera jeté en Enfer. Allah (I) révèle à ce sujet : [Nous n'allions châtier personne avant d'envoyer un messager].[1]
     

     
    Deuxièmement : il existe plusieurs catégories de mécréants et païens ayant reçu le message prophétique et la preuve céleste, mais qui ensuite n'ont pas embrassé l'Islam :
     

     
    1- Ceux qui ont renié le message par orgueil.
     
    2- Ceux qui ne porte pas attention à cette religion et qui s'en détournent.
     
    3- Ceux qui suivent aveuglément (taqlid) leurs ancêtres, et qui, pour préserver leur rang et leur richesse, ont renoncé à la foi.
     

     
    Il va sans dire que ces trois catégories d'individus ne sont pas musulmans (Juifs, chrétiens, idolâtres, etc.), mais des mécréants d'origine (kuffar asliyun). Ce constat est l'un des principes élémentaires de la religion musulmane.
     

     
    Troisièmement : un adepte de l'Islam qui commet de la grande association délibérément et en tout âme et conscience. Ce cas est le même que les précédents.
     

     
    Quatrièmement : ici se situe la divergence. Autrement dit, est-ce qu'un adepte de l'Islam qui commet une annulation de la religion par erreur (khata), interprétation (ta-wil) ou par ignorance est un mécréant ou devient un apostat ? Ou bien faut-il attendre avant de le condamner qu'il comprenne la preuve céleste ?
     

     
    Les anciens et les grandes références traditionalistes établissent que l'iqâma el hujja est une condition requise avant de se prononcer sur un cas particulier. Il n'existe pas de divergences sur le principe en lui-même, comme nous l'avons vu dans Éclaircissement. Cependant, certains textes des savants de aimmat e-da'wa (les imams de la da'wa najidte) laissent à penser le contraire. Le problème, c'est qu'il faut distinguer dans leur discours entre le statut absolu (hukm el mutlaq) d'un acte et son application sur un cas particulier (hukm el mu'ayin) qui varie en fonction des contextes.
     

     
    Par exemple, Sheikh Mohammed ibn 'Abd el Wahhab et ses élèves condamnent certains de leurs opposants à la mécréance ou à l'association, étant donné qu'ils se sont chargés eux-mêmes d'établir la preuve céleste contre eux.
     

     
    Pour mieux comprendre, il serait intéressant de présenter la chose comme suit :
     

     
    La différence entre le statut absolu et le statut particulier
     

     
    • 1- Il faut distinguer entre le cas général et le cas particulier dans les questions du takfîr. Les anciens, mais aussi aimmat e-da'wa considèrent que l'iqâma el hujja est indispensable avant de se prononcer sur un cas particulier. Néanmoins, il est possible de trouver des divergences entre eux sur certains cas de figure. Certains pensent que le Coran suffit pour établir la preuve céleste contre un tel en particulier. D'autres voient que la sunna fait l'affaire. Selon certains autres, seule la combinaison des deux (Coran et sunna) peut servir de hujja pour ce cas précis. Ils peuvent estimer également qu'un tel n'ait pas reçu la hujja pour plusieurs raisons ; il peut ne pas comprendre la Langue arabe, ne pas avoir eu accès à la sunna, ou il peut être excusable pour ces deux raisons à la fois.
     

     
    En réalité, ces différences de points de vue ne sont pas considérées comme une divergence, étant donné que tous s'accordent à dire que l'acte en lui-même relève de la mécréance. Les traditionalistes disent qu'en règle générale tel acte est du kufr. Puis, dans la pratique, on peut estimer que les conditions sont réunies pour sortir de la religion un tel, en sachant qu'aucune restriction possible ne vient l'empêcher. Mais, on peut estimer aussi qu'il manque certaines conditions pour pouvoir le juger, ou bien qu'une restriction fait obstacle au jugement, etc.
     

     
    Sheïkh Hamd ibn 'Atîq explique à ce sujet : « Quiconque reçoit la prédication mohammadienne à laquelle nous appelons, et qu'il s'y soumet ensuite, il est un musulman promis au Paradis indépendamment de l'époque ou de l'endroit où il se trouve ; soit en vouant le culte exclusif à Allah sans Lui vouer d'associer et en adhérant aux lois de l'Islam. Cependant, certains sont comparables aux païens de l'ère préislamique ; ils n'ont aucune connaissance de l'unicité pour laquelle Mohammed fut envoyé aux hommes ; ni de l'association qu'il a combattue par les armes. Dans ce cas, on ne peut parler de musulmans en raison de leur ignorance. Quiconque commet l'association en apparence est considéré comme un mécréant en apparence. Ainsi, on ne demande pas le pardon en sa faveur et on ne fait pas l'aumône pour lui. Nous remettons son sort à Allah qui connait le fond des poitrines.
     

     
    Au même moment, nous ne disons pas qu'il est un mécréant, étant donné que nous faisons une distinction entre les cas. Nous ne condamnons pas un cas particulier à la mécréance, car nous ne sommes pas à même de sonder les cœurs. Nous remettons donc son sort à Allah…
     

     
    Les étudiants en science doivent bien comprendre cette distinction. Nous condamnons à la mécréance celui qui adhère à une autre religion que l'Islam, mais nous ne disons pas qu'un tel ira au feu. Nous maudissons les injustes, mais nous ne maudissons pas un tel en particulier. »[2]
     

     
    Ainsi, il établit qu'en règle générale la grande association ou la grande mécréance fait sortir de la religion. Puis, il explique que nous remettons à Allah le sort d'un cas particulier, sans lui appliquer le takfîr. Gardons à l'esprit que les points de vue des savants divergent pour un même individu. Au moment où certains pensent qu'il est mécréant, d'autres ne sont pas aussi formels, compte tenu des éléments qu'ils ont en mains les abstenant de se prononcer.
     

     
    Ainsi, il est faux de dire que, contrairement aux ultras, les savants de aimmat e-da'wa ne tiennent pas compte de l'erreur qui peut être de différentes natures, à condition qu'elle ne soit pas motivée par un sentiment d'obstination. Leur exemple est celui des Compagnons qui n'ont pas kaffar Qudâma ibn Mazh'ûn ayant moralement autorisé à boire du vin, mais qui fut motivé par un effort d'interprétation.[3]
     

     
    Sheïkh el 'Uthaïmîn met en lumière ces notions comme nous l'avons vu dans kashf e-shubuhât. Voir également : Les wahhabites taxent-ils de mécréants les ignorants musulmans sans faire de détail ?
     

     
    Il est vrai que certains discours d'aimmat e-da'wa laissent à penser qu'ils ne tiennent pas compte d'iqâmat el hujja.[4] Pour mieux les comprendre, il convient de les replacer dans leur contexte historique. Leurs adversaires leur contestaient en effet le takfîr dans l'absolu pour certaines pratiques païennes répandues chez leurs contemporains. D'ailleurs, il suffit de lire leurs passages en entier pour s'apercevoir qu'à leurs yeux, ces points sont tellement élémentaires qu'il est inadmissible de ne pas les comprendre. Cela ne veut pas dire qu'ils négligent le principe d'iqâmat el hujja avant de se prononcer sur un cas particulier.
     

     
    La fatwa varie donc en fonction des questions, des personnes et des époques. Par exemple, un adversaire du nom d'ibn Mansûr disait que les pratiques païennes en vogue à son époque rapportaient une récompense étant donné que leurs auteurs étaient motivés par un effort d'interprétation. Il refusait qu'on les qualifie de pratiques faisant sortir de la religion. C'est alors que les plumes acerbes de la vérité s'acharnèrent contre lui en vue de prouver que ces actes relevaient de la mécréance et que leur auteur n'était pas considéré musulman une fois que la preuve céleste était établie contre lui.
     

     
    Ainsi, le discours des savants n'est pas à prendre au pied de la lettre. C'est en réunissant tous les éléments possibles que nous pourrons tirer des conclusions justes. C'est le propre d'une instigation objective et digne de ce nom. La tâche est d'autant plus ardue qu'il donne l'impression de manquer de cohérence d'un passage à un autre. La raison, c'est qu'en fonction des circonstances, un savant peut avoir un discours vague dans un ouvrage. Mais, ailleurs, il fournira beaucoup plus d'indications posant ainsi la lumière sur ses vraies intentions. L'analyse réclame de réunir ces deux passages et de comprendre le premier à la lumière du second. En outre, il est très dangereux de chercher à les appliquer à un autre contexte ayant des caractéristiques différentes.
     
    À suivre…
     
    Par : Karim Zentici
     
    [1] Le voyage nocturne ; 15 voir les tafsîr d'e-Tabarî et d'ibn Kathîr.
     
    [2] E-durar e-saniya (11/75-76) ; voir également : majmû'a e-rasâil wa el masâil (1/589).
     
    [3] Voir : kashf el awhâm wa el iltibâs d'ibn Sahmân (p. 70-71).
     
    [4] Voir : hukm takfîr el mu'ayin Ishâq ibn 'Abd e-Rahmân (p. 9).
    http://graph.facebook.com/137121696486495/picture
    Jul 1st 2013, 00:45
     
    Nouvelle approche du 'udhr bi el jahl
     
    (Partie 2)
     
    Voir notamment : taqrîrât aimmat e-da'wa fî mukhâlafat madhhab el khawârij wa ibtâlihi qui est une thèse es doctorat du D. Mohammed Hishâm Tâhirî, et ayant eu parmi les membres du jury le grand Mufti actuel d'Arabie Saoudite, 'Abd el 'Azîz Âl e-Sheïkh.
     

     
    Les différentes catégories d'individus
     

     
    Pour mieux cerner la divergence, il incombe de mettre en lumière un certain nombre de points.
     

     
    Premièrement : selon l'opinion la plus répandue des traditionalistes, celui qui n'a jamais entendu parler de la législation mohammadienne, et qui en d'autres termes n'a pas reçu la preuve céleste est excusable indépendamment de savoir dans quelle époque et à quel endroit il se trouve. Dès lors, la religion à laquelle il adhère sur terre (juive, chrétienne, païenne) aura une influence sur la relation que nous aurons avec lui.
     

     
    Quant à son statut dans l'au-delà, il est le même qu'ahl el fatra (l'intervalle entre deux périodes prophétiques). Selon la tendance la plus vraisemblable, cette catégorie d'individus sera éprouvée le Jour de la résurrection ; celui qui passera cette épreuve gagnera le Paradis et celui qui échouera sera jeté en Enfer. Allah (I) révèle à ce sujet : [Nous n'allions châtier personne avant d'envoyer un messager].[1]
     

     
    Deuxièmement : il existe plusieurs catégories de mécréants et païens ayant reçu le message prophétique et la preuve céleste, mais qui ensuite n'ont pas embrassé l'Islam :
     

     
    1- Ceux qui ont renié le message par orgueil.
     
    2- Ceux qui ne porte pas attention à cette religion et qui s'en détournent.
     
    3- Ceux qui suivent aveuglément (taqlid) leurs ancêtres, et qui, pour préserver leur rang et leur richesse, ont renoncé à la foi.
     

     
    Il va sans dire que ces trois catégories d'individus ne sont pas musulmans (Juifs, chrétiens, idolâtres, etc.), mais des mécréants d'origine (kuffar asliyun). Ce constat est l'un des principes élémentaires de la religion musulmane.
     

     
    Troisièmement : un adepte de l'Islam qui commet de la grande association délibérément et en tout âme et conscience. Ce cas est le même que les précédents.
     

     
    Quatrièmement : ici se situe la divergence. Autrement dit, est-ce qu'un adepte de l'Islam qui commet une annulation de la religion par erreur (khata), interprétation (ta-wil) ou par ignorance est un mécréant ou devient un apostat ? Ou bien faut-il attendre avant de le condamner qu'il comprenne la preuve céleste ?
     

     
    Les anciens et les grandes références traditionalistes établissent que l'iqâma el hujja est une condition requise avant de se prononcer sur un cas particulier. Il n'existe pas de divergences sur le principe en lui-même, comme nous l'avons vu dans Éclaircissement. Cependant, certains textes des savants de aimmat e-da'wa (les imams de la da'wa najidte) laissent à penser le contraire. Le problème, c'est qu'il faut distinguer dans leur discours entre le statut absolu (hukm el mutlaq) d'un acte et son application sur un cas particulier (hukm el mu'ayin) qui varie en fonction des contextes.
     

     
    Par exemple, Sheikh Mohammed ibn 'Abd el Wahhab et ses élèves condamnent certains de leurs opposants à la mécréance ou à l'association, étant donné qu'ils se sont chargés eux-mêmes d'établir la preuve céleste contre eux.
     

     
    Pour mieux comprendre, il serait intéressant de présenter la chose comme suit :
     

     
    La différence entre le statut absolu et le statut particulier
     

     
    • 1- Il faut distinguer entre le cas général et le cas particulier dans les questions du takfîr. Les anciens, mais aussi aimmat e-da'wa considèrent que l'iqâma el hujja est indispensable avant de se prononcer sur un cas particulier. Néanmoins, il est possible de trouver des divergences entre eux sur certains cas de figure. Certains pensent que le Coran suffit pour établir la preuve céleste contre un tel en particulier. D'autres voient que la sunna fait l'affaire. Selon certains autres, seule la combinaison des deux (Coran et sunna) peut servir de hujja pour ce cas précis. Ils peuvent estimer également qu'un tel n'ait pas reçu la hujja pour plusieurs raisons ; il peut ne pas comprendre la Langue arabe, ne pas avoir eu accès à la sunna, ou il peut être excusable pour ces deux raisons à la fois.
     

     
    En réalité, ces différences de points de vue ne sont pas considérées comme une divergence, étant donné que tous s'accordent à dire que l'acte en lui-même relève de la mécréance. Les traditionalistes disent qu'en règle générale tel acte est du kufr. Puis, dans la pratique, on peut estimer que les conditions sont réunies pour sortir de la religion un tel, en sachant qu'aucune restriction possible ne vient l'empêcher. Mais, on peut estimer aussi qu'il manque certaines conditions pour pouvoir le juger, ou bien qu'une restriction fait obstacle au jugement, etc.
     

     
    Sheïkh Hamd ibn 'Atîq explique à ce sujet : « Quiconque reçoit la prédication mohammadienne à laquelle nous appelons, et qu'il s'y soumet ensuite, il est un musulman promis au Paradis indépendamment de l'époque ou de l'endroit où il se trouve ; soit en vouant le culte exclusif à Allah sans Lui vouer d'associer et en adhérant aux lois de l'Islam. Cependant, certains sont comparables aux païens de l'ère

     

 Search Facebook kufr: Nouvelle approche du 'udhr bi el jahl(Partie 4)Voir notamment : taqrîrât aimmat e-da'wa fî mukhâlafat madhhab el khawârij wa ibtâlihi qui est une thèse es doctorat du D. Mohammed Hishâm Tâhirî, et ayant eu parmi les membres du jury le grand Mufti actuel d'Arabie Saoudite, 'Abd el 'Azîz Âl e-Sheïkh. Nous sommes toujours dans le 5ème point, concernant ceux qui s'abstiennent de se prononcer sur un cas particulier. Dans cette même lettre, Mohammed ibn 'Abd el Wahhâb va plus loin. Il dément en effet qu'il kaffar ibn el Fâridh et ibn 'Arabî. Cela peut sembler étonnant si l'on sait que de nombreux savants avant lui assurent formellement le contraire. Le plus étonnant est le commentaire de Sheïkhel Fawzân. Qu'on en juge : « … Sheïkh ne kaffar pas son auteur (en parlant d'une de ses poésies sur le monisme ndt.), étant donné qu'il ne connait pas sa situation avant sa mort. Il ne sait pas s'il a reçu la hujjaou non. Il dit que son ouvrage renferme des paroles de kufr, mais il s'abstient de prononcer un jugement sur lui. Il est ainsi conforme à la tendance des traditionalistes, qui ne promettent personne au Paradis ni l'Enfer, sauf ceux dont le sort fut annoncé par le Messager d'Allah (r). » [1] Puis, en parlant d'ibn 'Arabî, il signe : « … le takfîr d'un cas particulier réclame de confirmer l'état de mécréance avant de se prononcer. En l'occurrence, il est possible qu'il se soit repenti avant de mourir… »[2] Sheïkh 'Abd e-Rahmân ibn Hasan a une autre explication sur la question,[3] mais l'essentiel, c'est de savoir que ce discours existe chez les savants, wa Allah a'lam ! Dans la série d'articles Citations sur le 'udhr bi el jahl, nous avons ramené un certain nombre de citations de aimmat da'wa qui réclament l'iqâma el hujja avant de se prononcer sur un cas particulier. Nous ajoutons ici qu'Abd e-Latîf ibn 'Abd e-Rahmân ibn Hasan dit que son aïeul ne kaffar personne avant l'iqâma el hujja.[4] Ailleurs, il explique qu'il s'abstient de kaffar avant celle-ci,[5] wa Allah a'lam ! Ceux qui pensent qu'il est indispensable de bien comprendre la hujja • 6- SheïkhSulaïman ibn Sahmân rapporte les paroles suivantes d'ibn Jarsîs :« Il n'est pas simple de kaffar le musulman. Les savants, comme Sheïkh ibn Taïmiya et ibn el Qaïyim, sont unanimes à dire que l'ignorant et celui qui commet une erreur et appartenant à cette communauté, fait un acte qui, en principe doit le rendre mushrik ou kâfir, est excusable (ya'dhur bi el jahl wa el khata), jusqu'à ce qu'il ait connaissance de la preuve prophétique de façon claire et limpide et qu'il n'ait aucune confusion sur la question. » Puis, il explique : « Quant à taxer de kâfir un musulman, nous avons vu que les wahhabites ne kaffar pas les musulmans. Sheikh Mohammed ibn 'Abd el Wahhâb – qu'Allah lui fasse miséricorde – fait partie des gens qui prennent le plus de précautions avant de se prononcer sur le takfîr, à tel point qu'il n'est pas formel sur l'ignorant qui implore un autre qu'Allah parmi les occupants des tombes ou autres, s'il ne trouve personne pour le conseiller et pour lui faire parvenir la hujja par laquelle tous ceux qui s'y opposent deviennent mécréant. »[6] 'Uthmân ibn Mansûr, un opposant à la da'wa najdite, accusait aimma da'wa de kaffar des savants comme el Baïdhâwî, Abû Su'ûd, el Qastalânî, etc. Sheïkh 'Abd e-Rahmân ibn Hasan s'est chargé de lui répondre à travers une réfutation dans laquelle il dit notamment : « On peut adhérer à l'Islam en apparence, et avoir des paroles contenant de l'association ou de l'innovation. Dans ce cas, il incombe de le signaler tout en se taisant sur leur l'auteur. Comme nous l'avons expliqué précédemment, nous ne connaissons pas sa situation avant de mourir. »[7] Cette citation pourrait tout autant aller dans le point précédent, mais là où nous voulons ne venir ici, c'est que l'auteur ne se prononce pas sur certains cas. Il s'agit pourtant de grands savants, mais il est possible qu'ils aient mal assimilé la chose ou qu'ils fussent motivés par une mauvaise interprétation des textes. Ainsi, contrairement aux kharijites, aimmat e-da'wa considère que l'iqâma el hujja est une condition sine qua non dans les questions du takfîr. Ils imposent pour cela une compréhension minimum, soit d'avoir les outils suffisants (l'ouïe, comprendre la langue et le discours de l'interlocuteur, etc.) pour assimiler le message. Deux types de compréhension Mais, il faut distinguer entre deux types de compréhension : une compréhension qui pousse à agir et à se soumettre à la religion (fahm el hujja) et une compréhension qui est purement organique et qui consiste à comprendre les termes du message, sans forcément y adhérer (bulûgh el hujja). C'est la deuxième forme de compréhension qui est réclamée pour l'iqâma el hujja, non la première. C'est pourquoi l'ignorance qui est entretenue par un manque de volonté n'offre aucune circonstance atténuante, comme l'établit Abâ btîn.[8] Dans un courrier, Mohammed ibn 'Abd el Wahhâb reproche à certains de ses « partisans » de ne pas faire cette nuance. Il explique notamment que seulement trois catégories d'individus sont excusables. 1- Le nouveau converti. 2- Le bédouin qui vit loin des villes.3- Et celui qui se trompe sur des questions subtiles de la religion, ex. : certaines formes de sorcellerie.[9] Tous ont un point commun. Autrement dit, ils n'ont pas accès matériellement au savoir. C'est ce qui nous pousse à dire, comme nous l'avons vu dans Éclaircissement que la notion de subtilité est relative. Elle varie certes en fonction des sujets, mais aussi en fonction des époques, des endroits et des personnes. Nous comprenons également des paroles de l'Imam que le manque de volonté n'est pas une excuse en soi. C'est pourquoi, en vivant en terre d'Islam, et en étant matériellement capable d'étudier les questions qui touchent à l'unicité, nul n'est censé les ignorer. C'est dans ce cas qu'on peut avancer que la présence du Coran exposant l'importance du monothéisme et condamnant l'association suffit à elle seule. En revanche, si, malgré tous ses efforts dans la recherche de la vérité, quelqu'un commet une annulation de l'Islam soit involontairement, soit par une mauvaise interprétation des textes ou soit par ignorance, il est excusable. Il n'est plus excusable, si, ayant reçu la vérité, il s'en détourne, soit par négligence soit par orgueil. Ainsi, ces deux sentiments, qui font obstacle à la réception du message, sont blâmables sous tous les points de vue. De nombreux passages de ses ouvrages établissent ce principe. Un jour, on lui posa une question sur un hadîth qui annonçait le Paradis au musulman. On voulait savoir s'il concernait uniquement le musulman n'ayant aucun acte d'association à son passif. Voici quelle fut sa réponse : « … Quant au croyant qui commet de l'association sans s'en rendre compte, malgré tous les efforts qu'il entreprend pour être conforme aux enseignements d'Allah et de Son Messager, il est à espérer qu'il soit toujours concerné par la promesse dont fait mention le hadîth en question.Plusieurs Compagnons commirent à leur époque ce genre de choses. Ils juraient par leurs pères et par la Ka'ba ; ils avaient des expressions du genre : « si Allah et si Mohammed le veulent ! » ou « désigne-nous un arbre où nous pourrons suspendre nos armes ! » Cependant, dès qu'ils se rendaient compte de leurs erreurs, ils revenaient dessus immédiatement. Ils ne cherchaient nullement à polémiquer ni à défendre aveuglément leurs coutumes et leurs ancêtres. Quant à celui qui prétend adhérer à l'Islam, mais qui commet des actes d'associations abominables, et qui se détourne par orgueil des Versets qu'on lui récite, je dis qu'il n'est pas musulman… »[10] En parlant des mauvais savants, il explique ailleurs, « Pire, pour eux, les bawâdî, qui n'ont pas un poil d'appartenance à l'Islam, sous le simple prétexte qu'ils disent lâ ilâh ilâ Allah, sont musulmans. L'Islam aurait rendu sacré leur sang et leurs biens, alors que selon leurs propres aveux, ils l'ont tout délaissé. Ces savants savent très bien que ces bédouins renient la Résurrection et qu'ils se moquent de ceux qui la reconnaissent.Ces bédouins se moquent de la religion et préfèrent celle de leurs ancêtres à celle du Prophète (r). Cela n'empêche pas à ces démons rebelles et ignorants d'avancer que ces bédouins ont bel et bien embrassé l'Islam, quoi qu'ils aient pu faire. L'important, c'est qu'ils disent lâ ilâh ilâ Allah. À les entendre, les Juifs seraient musulmans, car eux aussi le disent tout autant. Par ailleurs, leur état de mécréance est bien plus grave que celui des Juifs. J'entends par là, les bédouins qui répondent au signalement que nous avons donné. »[11] Ailleurs, il explique que ces bédouins refusaient de se soumettre à la vraie religion par obstination ('inâd) et moquerie. Ils s'acharnaient à suivre leur Tâghût aux dépens de la Loi d'Allah,[12] ce qui en soi est inexcusable. Ainsi, le discours ne sera pas le même en fonction des cas. Malheureusement, beaucoup ne perçoivent pas ces nuances ; c'est ce qui les fait sombrer dans la contradiction, la confusion, et surtout de fausses implications. 'Abd Allah, le fils de l'Imam met en garde contre les fausses implications. Il explique qu'en condamnant le shirk, cela ne voue pas forcément la grande majorité de musulmans à l'apostasie, surtout ceux qui sont déjà morts.À ses yeux, il n'est pas décent d'entrer dans les affaires de ceux qui ont quitté ce monde. Le discours véhément de aimmat da'wa s'adresse plutôt contre certains de leurs contemporains parmi les tribus de la Péninsule qui se sont opposées à leur prédication, la plupart du temps, par orgueil et obstination. Dans des cas plus rares, celles qui prenaient simplement la défense des tribus rebelles étaient tout autant passées au fil de l'épée. L'erreur est humaine, les Compagnons eux-mêmes n'y ont pas échappé. Il est difficile de se faire une idée précise sur tout le monde, surtout ceux des générations passées. Il est plus sage parfois, faute d'avoir suffisamment d'éléments en mains, de s'abstenir de donner un jugement. D'autant plus, qu'il est matériellement difficile, pour ne pas dire impossible, de distinguer entre ceux à qui on peut réellement donner des circonstances atténuantes et les autres. Gardons à l'esprit que aimmat da'wa n'ont pas kaffar les savants plus anciens, comme ibn Hajar el Haïthamî, qui avaient pourtant des erreurs dans la croyance ('aqida).[13]À suivre…Par : Karim Zentici[1] Voir : Sharh risâla el Imâm el mujaddid (p. 193).[2] Idem. (p. 193-194).[3] Voir son opinion sur ibn 'Arabî dans fath el Bârî (p. 107).[4] Voir : kashf e-shubhataïn (p. 83).[5] Voir : manhâj e-ta-sîs (p. 194).[6] Dhiyâ e-Shâriq (p. 371-372).[7] El matlab el hamîd (p. 71).[8] E-durar e-saniya (10/391).[9] Idem. (10/93-95)[10] Voir : fatâwâ wa masâil comprise dans majmû' muallafat e-Sheïkh (2/3/21-22).[11] Voir : sitta mawâdhi' min e-sîra.[12] Voir : e-rasâil wa e-shakhsiât comprise dans majmû' muallafat e-Sheïkh (3/2/116). [13] E-durar e-saniya (1/334-336).
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 02:37AM +0100  

    Search Facebook kufr
     
    Search Facebook kufr
     
    Nouvelle approche du 'udhr bi el jahl
     
    (Partie 4)
     
    Voir notamment : taqrîrât aimmat e-da'wa fî mukhâlafat madhhab el khawârij wa ibtâlihi qui est une thèse es doctorat du D. Mohammed Hishâm Tâhirî, et ayant eu parmi les membres du jury le grand Mufti actuel d'Arabie Saoudite, 'Abd el 'Azîz Âl e-Sheïkh.
     

     

     
    Nous sommes toujours dans le 5ème point, concernant ceux qui s'abstiennent de se prononcer sur un cas particulier.
     

     
    Dans cette même lettre, Mohammed ibn 'Abd el Wahhâb va plus loin. Il dément en effet qu'il kaffar ibn el Fâridh et ibn 'Arabî. Cela peut sembler étonnant si l'on sait que de nombreux savants avant lui assurent formellement le contraire. Le plus étonnant est le commentaire de Sheïkhel Fawzân. Qu'on en juge : « … Sheïkh ne kaffar pas son auteur (en parlant d'une de ses poésies sur le monisme ndt.), étant donné qu'il ne connait pas sa situation avant sa mort. Il ne sait pas s'il a reçu la hujjaou non. Il dit que son ouvrage renferme des paroles de kufr, mais il s'abstient de prononcer un jugement sur lui. Il est ainsi conforme à la tendance des traditionalistes, qui ne promettent personne au Paradis ni l'Enfer, sauf ceux dont le sort fut annoncé par le Messager d'Allah (r). » [1]
     

     
    Puis, en parlant d'ibn 'Arabî, il signe : « … le takfîr d'un cas particulier réclame de confirmer l'état de mécréance avant de se prononcer. En l'occurrence, il est possible qu'il se soit repenti avant de mourir… »[2] Sheïkh 'Abd e-Rahmân ibn Hasan a une autre explication sur la question,[3] mais l'essentiel, c'est de savoir que ce discours existe chez les savants, wa Allah a'lam !
     

     
    Dans la série d'articles Citations sur le 'udhr bi el jahl, nous avons ramené un certain nombre de citations de aimmat da'wa qui réclament l'iqâma el hujja avant de se prononcer sur un cas particulier. Nous ajoutons ici qu'Abd e-Latîf ibn 'Abd e-Rahmân ibn Hasan dit que son aïeul ne kaffar personne avant l'iqâma el hujja.[4] Ailleurs, il explique qu'il s'abstient de kaffar avant celle-ci,[5] wa Allah a'lam !
     

     
    Ceux qui pensent qu'il est indispensable de bien comprendre la hujja
     

     
    • 6- SheïkhSulaïman ibn Sahmân rapporte les paroles suivantes d'ibn Jarsîs :« Il n'est pas simple de kaffar le musulman. Les savants, comme Sheïkh ibn Taïmiya et ibn el Qaïyim, sont unanimes à dire que l'ignorant et celui qui commet une erreur et appartenant à cette communauté, fait un acte qui, en principe doit le rendre mushrik ou kâfir, est excusable (ya'dhur bi el jahl wa el khata), jusqu'à ce qu'il ait connaissance de la preuve prophétique de façon claire et limpide et qu'il n'ait aucune confusion sur la question. » Puis, il explique : « Quant à taxer de kâfir un musulman, nous avons vu que les wahhabites ne kaffar pas les musulmans. Sheikh Mohammed ibn 'Abd el Wahhâb – qu'Allah lui fasse miséricorde – fait partie des gens qui prennent le plus de précautions avant de se prononcer sur le takfîr, à tel point qu'il n'est pas formel sur l'ignorant qui implore un autre qu'Allah parmi les occupants des tombes ou autres, s'il ne trouve personne pour le conseiller et pour lui faire parvenir la hujja par laquelle tous ceux qui s'y opposent deviennent mécréant. »[6]
     

     
    'Uthmân ibn Mansûr, un opposant à la da'wa najdite, accusait aimma da'wa de kaffar des savants comme el Baïdhâwî, Abû Su'ûd, el Qastalânî, etc. Sheïkh 'Abd e-Rahmân ibn Hasan s'est chargé de lui répondre à travers une réfutation dans laquelle il dit notamment : « On peut adhérer à l'Islam en apparence, et avoir des paroles contenant de l'association ou de l'innovation. Dans ce cas, il incombe de le signaler tout en se taisant sur leur l'auteur. Comme nous l'avons expliqué précédemment, nous ne connaissons pas sa situation avant de mourir. »[7] Cette citation pourrait tout autant aller dans le point précédent, mais là où nous voulons ne venir ici, c'est que l'auteur ne se prononce pas sur certains cas. Il s'agit pourtant de grands savants, mais il est possible qu'ils aient mal assimilé la chose ou qu'ils fussent motivés par une mauvaise interprétation des textes.
     

     
    Ainsi, contrairement aux kharijites, aimmat e-da'wa considère que l'iqâma el hujja est une condition sine qua non dans les questions du takfîr. Ils imposent pour cela une compréhension minimum, soit d'avoir les outils suffisants (l'ouïe, comprendre la langue et le discours de l'interlocuteur, etc.) pour assimiler le message.
     

     
    Deux types de compréhension
     

     
    Mais, il faut distinguer entre deux types de compréhension : une compréhension qui pousse à agir et à se soumettre à la religion (fahm el hujja) et une compréhension qui est purement organique et qui consiste à comprendre les termes du message, sans forcément y adhérer (bulûgh el hujja). C'est la deuxième forme de compréhension qui est réclamée pour l'iqâma el hujja, non la première. C'est pourquoi l'ignorance qui est entretenue par un manque de volonté n'offre aucune circonstance atténuante, comme l'établit Abâ btîn.[8]
     

     
    Dans un courrier, Mohammed ibn 'Abd el Wahhâb reproche à certains de ses « partisans » de ne pas faire cette nuance. Il explique notamment que seulement trois catégories d'individus sont excusables.
     

     
    1- Le nouveau converti.
     
    2- Le bédouin qui vit loin des villes.
     
    3- Et celui qui se trompe sur des questions subtiles de la religion, ex. : certaines formes de sorcellerie.[9]
     

     
    Tous ont un point commun. Autrement dit, ils n'ont pas accès matériellement au savoir. C'est ce qui nous pousse à dire, comme nous l'avons vu dans Éclaircissement que la notion de subtilité est relative. Elle varie certes en fonction des sujets, mais aussi en fonction des époques, des endroits et des personnes.
     

     
    Nous comprenons également des paroles de l'Imam que le manque de volonté n'est pas une excuse en soi. C'est pourquoi, en vivant en terre d'Islam, et en étant matériellement capable d'étudier les questions qui touchent à l'unicité, nul n'est censé les ignorer. C'est dans ce cas qu'on peut avancer que la présence du Coran exposant l'importance du monothéisme et condamnant l'association suffit à elle seule. En revanche, si, malgré tous ses efforts dans la recherche de la vérité, quelqu'un commet une annulation de l'Islam soit involontairement, soit par une mauvaise interprétation des textes ou soit par ignorance, il est excusable. Il n'est plus excusable, si, ayant reçu la vérité, il s'en détourne, soit par négligence soit par orgueil. Ainsi, ces deux sentiments, qui font obstacle à la réception du message, sont blâmables sous tous les points de vue.
     

     
    De nombreux passages de ses ouvrages établissent ce principe. Un jour, on lui posa une question sur un hadîth qui annonçait le Paradis au musulman. On voulait savoir s'il concernait uniquement le musulman n'ayant aucun acte d'association à son passif. Voici quelle fut sa réponse : « … Quant au croyant qui commet de l'association sans s'en rendre compte, malgré tous les efforts qu'il entreprend pour être conforme aux enseignements d'Allah et de Son Messager, il est à espérer qu'il soit toujours concerné par la promesse dont fait mention le hadîth en question.
     
    Plusieurs Compagnons commirent à leur époque ce genre de choses. Ils juraient par leurs pères et par la Ka'ba ; ils avaient des expressions du genre : « si Allah et si Mohammed le veulent ! » ou « désigne-nous un arbre où nous pourrons suspendre nos armes ! » Cependant, dès qu'ils se rendaient compte de leurs erreurs, ils revenaient dessus immédiatement. Ils ne cherchaient nullement à polémiquer ni à défendre aveuglément leurs coutumes et leurs ancêtres.
     

     
    Quant à celui qui prétend adhérer à l'Islam, mais qui commet des actes d'associations abominables, et qui se détourne par orgueil des Versets qu'on lui récite, je dis qu'il n'est pas musulman… »[10]
     

     
    En parlant des mauvais savants, il explique ailleurs, « Pire, pour eux, les bawâdî, qui n'ont pas un poil d'appartenance à l'Islam, sous le simple prétexte qu'ils disent lâ ilâh ilâ Allah, sont musulmans. L'Islam aurait rendu sacré leur sang et leurs biens, alors que selon leurs propres aveux, ils l'ont tout délaissé. Ces savants savent très bien que ces bédouins renient la Résurrection et qu'ils se moquent de ceux qui la reconnaissent.
     
    Ces bédouins se moquent de la religion et préfèrent celle de leurs ancêtres à celle du Prophète (r). Cela n'empêche pas à ces démons rebelles et ignorants d'avancer que ces bédouins ont bel et bien embrassé l'Islam, quoi qu'ils aient pu faire. L'important, c'est qu'ils disent lâ ilâh ilâ Allah. À les entendre, les Juifs seraient musulmans, car eux aussi le disent tout autant. Par ailleurs, leur état de mécréance est bien plus grave que celui des Juifs. J'entends par là, les bédouins qui répondent au signalement que nous avons donné. »[11]
     

     
    Ailleurs, il explique que ces bédouins refusaient de se soumettre à la vraie religion par obstination ('inâd) et moquerie. Ils s'acharnaient à suivre leur Tâghût aux dépens de la Loi d'Allah,[12] ce qui en soi est inexcusable. Ainsi, le discours ne sera pas le même en fonction des cas. Malheureusement, beaucoup ne perçoivent pas ces nuances ; c'est ce qui les fait sombrer dans la contradiction, la confusion, et surtout de fausses implications. 'Abd Allah, le fils de l'Imam met en garde contre les fausses implications. Il explique qu'en condamnant le shirk, cela ne voue pas forcément la grande majorité de musulmans à l'apostasie, surtout ceux qui sont déjà morts.
     
    À ses yeux, il n'est pas décent d'entrer dans les affaires de ceux qui ont quitté ce monde. Le discours véhément de aimmat da'wa s'adresse plutôt contre certains de leurs contemporains parmi les tribus de la Péninsule qui se sont opposées à leur prédication, la plupart du temps, par orgueil et obstination. Dans des cas plus rares, celles qui prenaient simplement la défense des tribus rebelles étaient tout autant passées au fil de l'épée. L'erreur est humaine, les Compagnons eux-mêmes n'y ont pas échappé. Il est difficile de se faire une idée précise sur tout le monde, surtout ceux des générations passées. Il est plus sage parfois, faute d'avoir suffisamment d'éléments en mains, de s'abstenir de donner un jugement. D'autant plus, qu'il est matériellement difficile, pour ne pas dire impossible, de distinguer entre ceux à qui on peut réellement donner des circonstances atténuantes et les autres. Gardons à l'esprit que aimmat da'wa n'ont pas kaffar les savants plus anciens, comme ibn Hajar el Haïthamî, qui avaient pourtant des erreurs dans la croyance ('aqida).[13]
     
    À suivre…
     
    Par : Karim Zentici
     
    [1] Voir : Sharh risâla el Imâm el mujaddid (p. 193).
     
    [2] Idem. (p. 193-194).
     
    [3] Voir son opinion sur ibn 'Arabî dans fath el Bârî (p. 107).
     
    [4] Voir : kashf e-shubhataïn (p. 83).
     
    [5] Voir : manhâj e-ta-sîs (p. 194).
     
    [6] Dhiyâ e-Shâriq (p. 371-372).
     
    [7] El matlab el hamîd (p. 71).
     
    [8] E-durar e-saniya (10/391).
     
    [9] Idem. (10/93-95)
     
    [10] Voir : fatâwâ wa masâil comprise dans majmû' muallafat e-Sheïkh (2/3/21-22).
     
    [11] Voir : sitta mawâdhi' min e-sîra.
     
    [12] Voir : e-rasâil wa e-shakhsiât comprise dans majmû' muallafat e-Sheïkh (3/2/116). [13] E-durar e-saniya (1/334-336).
    http://graph.facebook.com/137121696486495/picture
    Jul 1st 2013, 00:47
     
    Nouvelle approche du 'udhr bi el jahl
     
    (Partie 4)
     
    Voir notamment : taqrîrât aimmat e-da'wa fî mukhâlafat madhhab el khawârij wa ibtâlihi qui est une thèse es doctorat du D. Mohammed Hishâm Tâhirî, et ayant eu parmi les membres du jury le grand Mufti actuel d'Arabie Saoudite, 'Abd el 'Azîz Âl e-Sheïkh.
     

     

     
    Nous sommes toujours dans le 5ème point, concernant ceux qui s'abstiennent de se prononcer sur un cas particulier.
     

     
    Dans cette même lettre, Mohammed ibn 'Abd el Wahhâb va plus loin. Il dément en effet qu'il kaffar ibn el Fâridh et ibn 'Arabî. Cela peut sembler étonnant si l'on sait que de nombreux savants avant lui assurent formellement le contraire. Le plus étonnant est le commentaire de Sheïkhel Fawzân. Qu'on en juge : « … Sheïkh ne kaffar pas son auteur (en parlant d'une de ses poésies sur le monisme ndt.), étant donné qu'il ne connait pas sa situation avant sa mort. Il ne sait pas s'il a reçu la hujjaou non. Il dit que son ouvrage renferme des paroles de kufr, mais il s'abstient de prononcer un jugement sur lui. Il est ainsi conforme à la tendance des traditionalistes, qui ne promettent personne au Paradis ni l'Enfer, sauf ceux dont le sort fut annoncé par le Messager d'Allah (r). » [1]
     

     
    Puis, en parlant d'ibn 'Arabî, il signe : « … le takfîr d'un cas particulier réclame de confirmer l'état de mécréance avant de se prononcer. En l'occurrence, il est possible qu'il se soit repenti avant de mourir… »[2] Sheïkh 'Abd e-Rahmân ibn Hasan a une autre explication sur la question,[3] mais l'essentiel, c'est de savoir que ce discours existe chez les savants, wa Allah a'lam !
     

     
    Dans la série d'articles Citations sur le 'udhr bi el jahl, nous avons ramené un certain nombre de citations de aimmat da'wa qui réclament l'iqâma el hujja avant de se prononcer sur un cas particulier. Nous ajoutons ici qu'Abd e-Latîf ibn 'Abd e-Rahmân ibn Hasan dit que son aïeul ne kaffar personne avant l'iqâma el hujja.[4] Ailleurs, il explique qu'il s'abstient de kaffar avant celle-ci,[5] wa Allah a'lam !
     

     
    Ceux qui pensent qu'il est indispensable de bien comprendre la hujja
     

     
    • 6- SheïkhSulaïman ibn Sahmân rapporte les paroles suivantes d'ibn Jarsîs :« Il n'est pas simple de kaffar le musulman. Les savants, comme Sheïkh ibn Taïmiya et ibn el Qaïyim, sont unanimes à dire que l'ignorant et celui qui commet une erreur et appartenant à cette communauté, fait un acte qui, en principe doit le rendre mushrik ou kâfir, est excusable (ya'dhur bi el jahl wa el khata), jusqu'à ce qu'il ait connaissance de la preuve prophétique de façon claire et limpide et qu'il n'ait aucune confusion sur la question. » Puis, il explique : « Quant à taxer de kâfir un musulman, nous avons vu que les wahhabites ne kaffar pas les musulmans. Sheikh Mohammed ibn 'Abd el Wahhâb – qu'Allah lui fasse miséricorde – fait partie des gens qui prennent le plus de précautions avant de se prononcer sur le takfîr, à tel point qu'il n'est pas formel sur l'ignorant qui implore un autre qu'Allah parmi les occupants des tombes ou autres, s'il ne trouve personne pour le conseiller et pour lui faire parvenir la hujja par laquelle tous ceux qui s'y opposent deviennent mécréant. »[6]
     

     
    'Uthmân ibn Mansûr, un opposant à la da'wa najdite, accusait aimma da'wa de kaffar des savants comme el Baïdhâwî, Abû Su'ûd, el Qastalânî, etc. Sheïkh 'Abd e-Rahmân ibn Hasan s'est chargé de lui répondre à travers une réfutation dans laquelle il dit notamment : « On peut adhérer à l'Islam en apparence, et avoir des paroles contenant de l'association ou de l'innovation. Dans ce cas, il incombe de le signaler tout en se taisant sur leur l'auteur. Comme nous l'avons expliqué précédemment, nous ne connaissons pas sa situation

     

 Search Facebook kufr: Deobandiyon ka KALMAA LANAT LANAT HO INKEGANDE AQEEDON PE JISNE KALMAA HI BADALDALA................La Elaha Ellallah " " " " " " " " " Ashraf AliThanvi Rasool Allah " "MUSALMANOO KYA YE HE KALMAY KA EHTARAAMHAY ??? KYA YE ALLAH KAY RASOOLKA EHTARAM HAY??? ARAY KUB JAGO GAY , ANKHAIN KHOOLOOKYA YEHE DEEN E ISLAM HAY???Maulana Ashraf Ali Thanvi (d. 1943)was a veryfamous leading Deobandi / Nasibi scholar fromPakistan. In his monthly magazine Al-Imdad he hadthe audacity to publish a letter written to himby one of his beloved Salafee adherents. This is whathewrote:"I see in a dream that while reciting the Kalima,`There is no god but Allah, and Muhammad is theMessenger of Allah', I am using your name instead of'Muhammad is the Messenger of Allah'.Thinkingthat I am wrong, I repeat the Kalima, but despitewishing inmy heart to say it correctly,my tongue involuntarilysays 'Ashraf Ali' instead of the Holy Prophet's name. .... When I wake up and remember mymistakein the Kalima, to make amends for the mistake Isendblessings upon the Holy Prophet. However, I amstill saying:'O Allah, bless our master, prophet and leaderAshraf Ali', even though I am awake and notdreaming. But I am helpless, and my tongue isnotinmy control.""Al-Imdad", issue for the month of Safar, by MaulanaAshraf Ali Thanvi 1336 A.H., circa 1918, page 35Thanvi in his reply to the letter (also printedstraightafter) interprets the dream as follows:"In this incident, it was intended to satisfy you that the one to whom you turn [for spiritual guidance,i.e.Ashraf Ali] is a follower of the Holy Prophet'sexample" Al-Imdad, issue for the month of Safar, byMaulanaAshraf Ali Thanvi 1336 A.H., circa 1918, page 35 Is there anything more outrageous than this? TheNasibis love for his Master is such that hesubstitutesthe name of the Prophet (s) with that of MaulanaThanvi. Rather than condemn his follower for thiskufr act, Thanvi seeks to rationalise the dream in order to elevate his position to his audience. Woulditnot have been incumbent on Thanvi to put hisfollower in his place putting this dream down to aDevils deception? If a Nasibi scholar condones anaction that takes you out of Islam, and fails to rebuke the perpetrator for this act, what religionare theNasibis following? What is left of Islam and thefinalityof the Prophethood if a Nasibi can substitute theShahada in preference of his teacher and yet this is not deemed kufr? What faith should anyone haveinthe Nasibi Ulema in light of this blasphemy? URDUTERJUMAMaulana Ashraf Ali Thanvi (d. 1943)Pakistan ka aikbohat mashoor Deobandi/Nasbi Alim E Deen tha. Ashraf Ali Thanvi aik mahana Kitabcha shayakertatha AL-IMDAD kay naam say. Es kitabchay main esnay aik Khat(letter) bhi chapa jis main Ashraf AliThanvi kay aik bohat zayada aqeedatmund(MUREED)nay apna khwaab(DREEM) bayaan kya tha OR AshrafAli Thanvi nay ye jawab deya us Mureed ko:" Main nay dekha khwaab(dreem) main kehmainKalma perh raha hoonLA ELAHAELLALLAHmagereskay aagayMOHAMMAD ALLAH KAY RASOOL HAINkehnay kay bajaye main Aapka naam layrahahoonASHRAF THANVI RASOOL ALLAHmain samajhraha hoon khawaab main keh main ghalati kerrahahoon or jub doobara sahi perhnay ki kooshish kertahoon aapni poori taqatlaga ker mager phir bhimeraymoo say yehe nikalta hay kehASHRAF THANVIRASOOL ALLAHor RASOOL PAK KA NAAM nahi nikalraha.... Phir mereaankh khul jati hay or mujhay khwaab main ki janay wali ghalti yaad aati hay tomain chahata hoon keh RASOOL PAK kay leye duakaroon Magerab bhi meray moo say Jagnay kihaalatmain bhi nikal raha hay kehYA ALLAH DROOD OSALAM HOON HAMARAY REHBER, NABI OR SERDAAR ASHRAF THANVI PERhalaan kay main ab jaag rahahoon khwaab nahi daikh raha mager mere zabaanmeray ekhtayaar(control) main nahi hay."" AL-MADAD" kitabcha jiskay nikalnay walayMULANAASHRAF ALI THANVI hain maheena safer . 1336 A.H. circa 1918 , safha(page) 35.ASHRAF THANVI nay jawaab main likha jo keh esikitabchay main khat(letter) kay fooren baad hay" Es waqaye (khawaab) ka matlab ye hay keh tumper saaf zahir ho jaye keh jis say tum apni mazhabior roohani taleemat hasil ker rahay ho ( ASHRAFTHANVI ) wo RASOOL PAK ka misali maannay wala(follower) hay." AL-MADAD" kitabcha jiskay nikalnay walayMULANAASHRAF ALI THANVI hain maheena safer . 1336 A.H.circa 1918 , safha(page) 35.Ab koi musalman khud faisla karay kya ye jahalatki hud nahi hay? En Deobandi/nasbioonkimohabbatetni berh gai keh Kalmay may RASOOL (saww) ka naam ki jagha ASHRAF THANVI ka naam lay saktayhain. Or THANVI ko daikhain keh bajaye un aadmikokehnay keh ye gunha hay or kufr hay THANVI naysoocha keh apni dookan daari chamka lay . Kya uswaqat THANVI ki zimmadaari nahi thi keh us aadmiko sakhti say mana karay es tarah kay kufreya orshaitani jumlay kehnay say ? Ab aap khud he faislakerlain keh yeDeobandi / Nasbi kis qisam kayMazhab per hain. Or kis qisam kay ulma esDeobandi goup ko lay ker chal rahay hain ? Kyaa ye sub KUFRnahi hay?????????????JO LOOG DUNYA MAIN ANDHAY HAIN WOAAKHIRATMAIN BHI ANDHAY HE UTHAYE JAIN GAY. ( SORA EBANI ISRAEEL 17 AYAT 72)
    Blogtrottr <busybee@blogtrottr.com> Jul 01 02:37AM +0100  

    Search Facebook kufr
     
    Search Facebook kufr
     
    Deobandiyon ka KALMAA LANAT LANAT HO INKE
    GANDE AQEEDON PE JISNE KALMAA HI BADAL
    DALA................La Elaha Ellallah " " " " " " " " " Ashraf Ali
    Thanvi Rasool Allah " "
    MUSALMANOO KYA YE HE KALMAY KA EHTARAAM
    HAY ??? KYA YE ALLAH KAY RASOOLKA EHTARAM HAY??? ARAY KUB JAGO GAY , ANKHAIN KHOOLOO
    KYA YEHE DEEN E ISLAM HAY???
    Maulana Ashraf Ali Thanvi (d. 1943)was a very
    famous leading Deobandi / Nasibi scholar from
    Pakistan. In his monthly magazine Al-Imdad he had
    the audacity to publish a letter written to himby one of his beloved Salafee adherents. This is what
    he
    wrote:
    "I see in a dream that while reciting the Kalima,
    `There is no god but Allah, and Muhammad is the
    Messenger of Allah', I am using your name instead of
    'Muhammad is the Messenger of Allah'.Thinking
    that I am wrong, I repeat the Kalima, but despite
    wishing in
    my heart to say it correctly,my tongue involuntarily
    says 'Ashraf Ali' instead of the Holy Prophet's name. .... When I wake up and remember my
    mistake
    in the Kalima, to make amends for the mistake I
    send
    blessings upon the Holy Prophet. However, I am
    still saying:'O Allah, bless our master, prophet and leader
    Ashraf Ali', even though I am awake and not
    dreaming. But I am helpless, and my tongue is
    notin
    my control."
    "Al-Imdad", issue for the month of Safar, by Maulana
    Ashraf Ali Thanvi 1336 A.H., circa 1918, page 35
    Thanvi in his reply to the letter (also printed
    straight
    after) interprets the dream as follows:
    "In this incident, it was intended to satisfy you that the one to whom you turn [for spiritual guidance,
    i.e.
    Ashraf Ali] is a follower of the Holy Prophet's
    example" Al-Imdad, issue for the month of Safar, by
    Maulana
    Ashraf Ali Thanvi 1336 A.H., circa 1918, page 35 Is there anything more outrageous than this? The
    Nasibis love for his Master is such that he
    substitutes
    the name of the Prophet (s) with that of Maulana
    Thanvi. Rather than condemn his follower for this
    kufr act, Thanvi seeks to rationalise the dream in order to elevate his position to his audience. Would
    it
    not have been incumbent on Thanvi to put his
    follower in his place putting this dream down to a
    Devils deception? If a Nasibi scholar condones an
    action that takes you out of Islam, and fails to rebuke the perpetrator for this act, what religion
    are the
    Nasibis following? What is left of Islam and the
    finality
    of the Prophethood if a Nasibi can substitute the
    Shahada in preference of his teacher and yet this is not deemed kufr? What faith should anyone have
    in
    the Nasibi Ulema in light of this blasphemy? URDU
    TERJUMA
    Maulana Ashraf Ali Thanvi (d. 1943)Pakistan ka aik
    bohat mashoor Deobandi/Nasbi Alim E Deen tha. Ashraf Ali Thanvi aik mahana Kitabcha shayakerta
    tha AL-IMDAD kay naam say. Es kitabchay main es
    nay aik Khat(letter) bhi chapa jis main Ashraf Ali
    Thanvi kay aik bohat zayada aqeedatmund
    (MUREED)
    nay apna khwaab(DREEM) bayaan kya tha OR Ashraf
    Ali Thanvi nay ye jawab deya us Mureed ko:
    " Main nay dekha khwaab(dreem) main keh
    mainKalma perh raha hoonLA ELAHA
    ELLALLAHmager
    eskay aagayMOHAMMAD ALLAH KAY RASOOL HAINkehnay kay bajaye main Aapka naam lay
    raha
    hoonASHRAF THANVI RASOOL ALLAHmain samajh
    raha hoon khawaab main keh main ghalati ker
    raha
    hoon or jub doobara sahi perhnay ki kooshish kerta
    hoon aapni poori taqatlaga ker mager phir bhi
    meray
    moo say yehe nikalta hay kehASHRAF THANVI
    RASOOL ALLAHor RASOOL PAK KA NAAM nahi nikal
    raha.... Phir mereaankh khul jati hay or mujhay khwaab main ki janay wali ghalti yaad aati hay to
    main chahata hoon keh RASOOL PAK kay leye dua
    karoon Magerab bhi meray moo say Jagnay ki
    haalat
    main bhi nikal raha hay kehYA ALLAH DROOD O
    SALAM HOON HAMARAY REHBER, NABI OR SERDAAR ASHRAF THANVI PERhalaan kay main ab jaag raha
    hoon khwaab nahi daikh raha mager mere zabaan
    meray ekhtayaar(control) main nahi hay."
    " AL-MADAD" kitabcha jiskay nikalnay walay
    MULANA
    ASHRAF ALI THANVI hain maheena safer . 1336 A.H. circa 1918 , safha(page) 35.
    ASHRAF THANVI nay jawaab main likha jo keh esi
    kitabchay main khat(letter) kay fooren baad hay
    " Es waqaye (khawaab) ka matlab ye hay keh tum
    per saaf zahir ho jaye keh jis say tum apni mazhabi
    or roohani taleemat hasil ker rahay ho ( ASHRAF
    THANVI ) wo RASOOL PAK ka misali maannay wala
    (follower) hay.
    " AL-MADAD" kitabcha jiskay nikalnay walay
    MULANA
    ASHRAF ALI THANVI hain maheena safer . 1336 A.H.
    circa 1918 , safha(page) 35.
    Ab koi musalman khud faisla karay kya ye jahalat
    ki hud nahi hay? En Deobandi/nasbioon
    kimohabbat
    etni berh gai keh Kalmay may RASOOL (saww) ka naam ki jagha ASHRAF THANVI ka naam lay saktay
    hain. Or THANVI ko daikhain keh bajaye un aadmi
    ko
    kehnay keh ye gunha hay or kufr hay THANVI nay
    soocha keh apni dookan daari chamka lay . Kya us
    waqat THANVI ki zimmadaari nahi thi keh us aadmi
    ko sakhti say mana karay es tarah kay kufreya or
    shaitani jumlay kehnay say ? Ab aap khud he faisla
    kerlain keh yeDeobandi / Nasbi kis qisam kay
    Mazhab per hain. Or kis qisam kay ulma es
    Deobandi goup ko lay ker chal rahay hain ? Kyaa ye sub KUFR
    nahi hay?????????????
    JO LOOG DUNYA MAIN ANDHAY HAIN WO
    AAKHIRAT
    MAIN BHI ANDHAY HE UTHAYE JAIN GAY. ( SORA E
    BANI ISRAEEL 17 AYAT 72)
    http://graph.facebook.com/100002278958140/picture
    Jul 1st 2013, 00:52
     
    Deobandiyon ka KALMAA LANAT LANAT HO INKE
    GANDE AQEEDON PE JISNE KALMAA HI BADAL
    DALA................La Elaha Ellallah " " " " " " " " " Ashraf Ali
    Thanvi Rasool Allah " "
    MUSALMANOO KYA YE HE KALMAY KA EHTARAAM
    HAY ??? KYA YE ALLAH KAY RASOOLKA EHTARAM HAY??? ARAY KUB JAGO GAY , ANKHAIN KHOOLOO
    KYA YEHE DEEN E ISLAM HAY???
    Maulana Ashraf Ali Thanvi (d. 1943)was a very
    famous leading Deobandi / Nasibi scholar from
    Pakistan. In his monthly magazine Al-Imdad he had
    the audacity to publish a letter written to himby one of his beloved Salafee adherents. This is what
    he
    wrote:
    "I see in a dream that while reciting the Kalima,
    `There is no god but Allah, and Muhammad is the
    Messenger of Allah', I am using your name instead of
    'Muhammad is the Messenger of Allah'.Thinking
    that I am wrong, I repeat the Kalima, but despite
    wishing in
    my heart to say it correctly,my tongue involuntarily
    says 'Ashraf Ali' instead of the Holy Prophet's name. .... When I wake up and remember my
    mistake
    in the Kalima, to make amends for the mistake I
    send
    blessings upon the Holy Prophet. However, I am
    still saying:'O Allah, bless our master, prophet and leader
    Ashraf Ali', even though I am awake and not
    dreaming. But I am helpless, and my tongue is
    notin
    my control."
    "Al-Imdad", issue for the month of Safar, by Maulana
    Ashraf Ali Thanvi 1336 A.H., circa 1918, page 35
    Thanvi in his reply to the letter (also printed
    straight
    after) interprets the dream as follows:
    "In this incident, it was intended to satisfy you that the one to whom you turn [for spiritual guidance,
    i.e.
    Ashraf Ali] is a follower of the Holy Prophet's
    example" Al-Imdad, issue for the month of Safar, by
    Maulana
    Ashraf Ali Thanvi 1336 A.H., circa 1918, page 35 Is there anything more outrageous than this? The
    Nasibis love for his Master is such that he
    substitutes
    the name of the Prophet (s) with that of Maulana
    Thanvi. Rather than condemn his follower for this
    kufr act, Thanvi seeks to rationalise the dream in order to elevate his position to his audience. Would
    it
    not have been incumbent on Thanvi to put his
    follower in his place putting this dream down to a
    Devils deception? If a Nasibi scholar condones an
    action that takes you out of Islam, and fails to rebuke the perpetrator for this act, what religion
    are the
    Nasibis following? What is left of Islam and the
    finality
    of the Prophethood if a Nasibi can substitute the
    Shahada in preference of his teacher and yet this is not deemed kufr? What faith should anyone have
    in
    the Nasibi Ulema in light of this blasphemy? URDU
    TERJUMA
    Maulana Ashraf Ali Thanvi (d. 1943)Pakistan ka aik
    bohat mashoor Deobandi/Nasbi Alim E Deen tha. Ashraf Ali Thanvi aik mahana Kitabcha shayakerta
    tha AL-IMDAD kay naam say. Es kitabchay main es
    nay aik Khat(letter) bhi chapa jis main Ashraf Ali
    Thanvi kay aik bohat zayada aqeedatmund
    (MUREED)
    nay apna khwaab(DREEM) bayaan kya tha OR Ashraf
    Ali Thanvi nay ye jawab deya us Mureed ko:
    " Main nay dekha khwaab(dreem) main keh
    mainKalma perh raha hoonLA ELAHA
    ELLALLAHmager
    eskay aagayMOHAMMAD ALLAH KAY RASOOL HAINkehnay kay bajaye main Aapka naam lay
    raha
    hoonASHRAF THANVI RASOOL ALLAHmain samajh
    raha hoon khawaab main keh main ghalati ker
    raha
    hoon or jub doobara sahi perhnay ki kooshish kerta
    hoon aapni poori taqatlaga ker mager phir bhi
    meray
    moo say yehe nikalta hay kehASHRAF THANVI
    RASOOL ALLAHor RASOOL PAK KA NAAM nahi nikal
    raha.... Phir mereaankh khul jati hay or mujhay khwaab main ki janay wali ghalti yaad aati hay to
    main chahata hoon keh RASOOL PAK kay leye dua
    karoon Magerab bhi meray moo say Jagnay ki
    haalat
    main bhi nikal raha hay kehYA ALLAH DROOD O
    SALAM HOON HAMARAY REHBER, NABI OR SERDAAR ASHRAF THANVI PERhalaan kay main ab jaag raha
    hoon khwaab nahi daikh raha mager mere zabaan
    meray ekhtayaar(control) main nahi hay."
    " AL-MADAD" kitabcha jiskay nikalnay walay
    MULANA
    ASHRAF ALI THANVI hain maheena safer . 1336 A.H. circa 1918 , safha(page) 35.
    ASHRAF THANVI nay jawaab main likha jo keh esi
    kitabchay main khat(letter) kay fooren baad hay
    " Es waqaye (khawaab) ka matlab ye hay keh tum
    per saaf zahir ho jaye keh jis say tum apni mazhabi
    or roohani taleemat hasil ker rahay ho ( ASHRAF
    THANVI ) wo RASOOL PAK ka misali maannay wala
    (follower) hay.
    " AL-MADAD" kitabcha jiskay nikalnay walay
    MULANA
    ASHRAF ALI THANVI hain maheena safer . 1336 A.H.
    circa 1918 , safha(page) 35.
    Ab koi musalman khud faisla karay kya ye jahalat
    ki hud nahi hay? En Deobandi/nasbioon
    kimohabbat
    etni berh gai keh Kalmay may RASOOL (saww) ka naam ki jagha ASHRAF THANVI ka naam lay saktay
    hain. Or THANVI ko daikhain keh bajaye un aadmi
    ko
    kehnay keh ye gunha hay or kufr hay THANVI nay
    soocha keh apni dookan daari chamka lay . Kya us
    waqat THANVI ki zimmadaari nahi thi keh us aadmi
    ko sakhti say mana karay es tarah kay kufreya or
    shaitani jumlay kehnay say ? Ab aap khud he faisla
    kerlain keh yeDeobandi / Nasbi kis qisam kay
    Mazhab per hain. Or kis qisam kay ulma es
    Deobandi goup ko lay ker chal rahay hain ? Kyaa ye sub KUFR
    nahi hay?????????????
    JO LOOG DUNYA MAIN ANDHAY HAIN WO
    AAKHIRAT
    MAIN BHI ANDHAY HE UTHAYE JAIN GAY. ( SORA E
    BANI ISRAEEL 17 AYAT 72)
     
     
     
    You are receiving this email because you subscribed to this feed at http://blogtrottr.com
     
    If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe here:
    http://blogtrottr.com/unsubscribe/gt/nZS8k4

     

Sie erhalten diese Nachricht, weil Sie in Google Groups die Gruppe 76j4725235b235b891248jv1 abonniert haben.
Sie können Posts per E-Mail erstellen.
Um Ihr Abonnement für diese Gruppe zu beenden, senden Sie eine leere Nachricht.
Für weitere Optionen besuchen Sie bitte diese Gruppe.

--
Sie haben diese Nachricht erhalten, weil Sie der Google Groups-Gruppe News2 beigetreten sind.
Um Ihr Abonnement für diese Gruppe zu beenden und keine E-Mails mehr von dieser Gruppe zu erhalten, senden Sie eine Email an 76j4725235b235b891248jv1+unsubscribe@googlegroups.com.
Weitere Optionen: https://groups.google.com/groups/opt_out